KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan
kehadiran Tuhan yang Pemurah,karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat
diselesaikan sesuaiyang diharapkan. Dalammakalah ini kami membahas “kohesivitas
kelompokdan kepemimpinan”.
Makalah ini di buat dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan
Jasmani”. Atas dukungan moral dan materi , maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Benny Badaru S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah psikologi pendidikan jasmani.
2. Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan saran dan
motivasi kepada penulis
Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini belum sempurna oleh karena itu saran dan kritikyang
membangun dari rekan-rekan pembaca dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Makassar,12 Oktober 2017
DAFTAR ISI
Halaman
judul..................................................................................
Kata Pengantar................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................... ii
BAB I
..... A. Latar
Belakang...........................................................................
3
..... B. Rumusan
Masalah......................................................................
4
BAB II
A Apa
yang dimaksud emosi ...........................................................
6
B. pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi……………………8
C. Bagaimana pengendalian emosi untuk meraih prestasi…………… 18
BAB III
A. Kesimpulan dan
saran...................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Dalam kehidupan banyak
sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui
hanya karena tidak dapat menahan emosi.
Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Tidak jarang kita juga
mendengarkan berita-berita yang beredar dalam dunia olahraga tentang tawuran
antar pemain sepakbola, pemukulan terhadap wasit sehingga insan olahraga yang
seharusnya menjunjung rasa sportifitas yang tinggi harus menerima sangsi hingga
larangan untuk bermain. Alangkah sayangnnya permasalah itu timbul hanya
karena masalah sepele dan emosi yang meluap-luap.
Beberapa kejadian buruk
diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa? Apa dampak
positif dan negatif emosi dalam dunia olahraga? Dan bagaimna cara melakukan
pengelolaan emosi untuk mampu meraih sebuah prestasi? Untuk memperjelas
pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul itu dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut pada bab berikut tentang apa definisi emosi, dampak emosi
dalam olahraga dan bagaimana pengelolaan emosi itu.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam
pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih
dahulu masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun
rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan emosi?
2. Apa pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi
dalam kegiatan olahraga?
3. Bagaimana pengendalian emosi untuk meraih prestasi?
1.3 Tujuan
Sebagaimana
kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan ini memiliki tujuan-tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka hasil laporan
akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam laporan ini, penulis ingin
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuiapa yang dimaksud dengan emosi.
2. Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh positif dan negatif
emosi dalam olahraga.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian emosi dalam
meraih prestasi.
1.4 Manfaat
1. Untuk Siswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan siswa dapat lebih mengetahui wawasan dan
pengatahuan mengenai psikologi khususnya emosi yang hubungannya dengan prestasi
olahraga
2. Untuk Guru
Sehubungan dengan adanya makalah ini diharapkan guru khususnya guru pendidikan
jasmani dapat memperdalam lagi tentang psikologi siswanya sehingga tujuan yang
akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Emosi
Kata emosi berasal dari
bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu
aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku
intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Dapat ditarik sebuah
kesimpulan tentang definisi emosi adalah suatu tindakan/respon dari rangsangan
luar dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.
Beberapa tokoh
mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa
macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihi diri, putus asa.
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang,
senang, terhibur, bangga.
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.
f. Terkejut : terkesiap, terkejut.
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
h. Malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah
diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk
memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the
Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan
memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan
hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal
itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai
emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman,
2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan
mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan
pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki
kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan
hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu tindakan/respon dari
rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak
dalam keadaan seimbang
2.2 Pengaruh
Positif dan Negatif dari Emosi
2.2.1 Sifat dan Fungsi
Emosi
Menurut beberapa ahli
sifat dan fungsi emosi antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Emosi memegang peranan penting bagi kehidupan sehat,
ekspresi diri, kepemimpinan, dan perkembangan nilai-nilai.
2. Emosi memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagiindividu.
Tetapi kalau emosi terlalu menguasai individu akan berakibat tampaknya tingkah
laku yang irrasional, yang akan menyebabkan penganalisaan yang tidak teliti.
3. Emosi mempengaruhi cara kerja kelenjar-kelenjar yang
akibatnya seluruh pribadi dapat terpengaruh baik yang menyangkut cara-cara
berfikir, bertindak dalam mengambil suatu keputusan, dan juga sikap mental.
4. Emosi dapat dirasakan tanpa diketahui dimana tempatnya.
Kalau kita pelajari fungsi
dan sifat emosi tersebut di atas, maka tidak mengherankan kalau tindakan
seseorang itu juga diwarnai oleh emosi di samping oleh
pertimbangan-pertimbangan pikir dan akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang
adalah sampai beberpa jauh emosi itu dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif
dan negtif ?
2.2.2 Dampak positif emosi
Dampak
positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-pengalaman
seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik yang
bersifat memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman
seseorang didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari
pengalaman-pengalaman yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap tindakan-tindakan berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan
emosi dalam batas-batas yang diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan
dorongan emosi tanpa menggangu pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam
dunia olahraga, pengendalian emosi sangat menentukan dalam pencapaian
prestasi.Di dalam dunia olahraga cukup banyak rangsangan-rangsangan yang dapat
memacu perkembangan emosi.
Sarat mutlak tergeraknya
emosi adalah adanya rangsangan.Sedangkan rangsangan-rangsangan dapat
menimbulkan emosi kalau rangasangan dapat menggerakkan dorongan-dorongan
individu.Beberapa jauh efek rangsangan tersebut terhadap emosi sangat
tergantung paa sifat dan tempramen serta keadaan individu itu sendiri, di
samping juga bergantung pada keteraturan dan kekuatan rangsangan yang memacu
emosi tersebut.Pengertian dan pengalaman terhadap situasi sesaat ikut
menentukan pula.
Di dalam kegiatan
olahraga, pengalaman bertanding sangat menentukan bagi perkembangan
emosi.Dengan bertanding olahraga para olahragawan selalu dapat
rangsangan-rangsangan emosi yangb beraneka ragam, baik yang datang dari
penonton, lawan bertanding ataupun wasit, dan sebagainya. Kadang
rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat bagi olahragawan yang lain. Adalah
paling baik apabila rangsangan tersebut mampu merangsang emosi
setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga
olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinngi tanpa
kehilangan pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang harus diusahakan
oleh seorang pelatih meskipun agak sulit. Kepekaan emosi tidaklah sama. Setiap
olahragawan mempunyai kepekaan emosi yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan
pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak
lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.
2.2.3 Dampak negatif
Dalam kondisi-kondisi
tertentu dalam suatu pertandingan atau perlombaan dalam olahraga seperti rasa
lelah, ejekan penonton, angka lawan di atas kita dan lainya. Mungkin
olahragawan akan mudah sekali menjadi tersinggung, marah-marah, kesal, dan
tidak bisa berfikir lagi dengan tenang. Akhirnya tindakan-tindakannya
didominasi oleh emosi kemarahannya dibandingankan dengan
pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya. Emosi yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh
negatif dalam olahraga antara lain adalah sebagai berikut :
a. Gelisah
Gelisa adalah gejala takut
atau dapat pula dikatakan saraf takut yang masih ringan. Biasanya rasa gelisah
ini terjadi pada saat-saat menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa gelisah
akan terjadi apabila seseorang itu belum mengalami apa yang akan dilakukanya
atau dapat pula terjadi oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang
akan dikerjakan atau mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak
pastian. Rasa gelisa akan berubah menjadi menggembirakan manakala penyebab rasa
gelisah (pertandingan akan dimainkan) tertunda pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk
menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan
jalan merasionalisasi emosi, yaitu segala hal yang negative dianggap positif.
Hal-hal demikian dapat dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:
1. Merumuskan persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan
sebab kegelisahan secara jelas.
2. Memperhitungkan segala kemungkinan yang menjadi akibatnya
sejak yang paling ringan sampai pada yang paling berat atau paling jelek.
3. Membuat persiapan untuk menghadapi setiap kemungkinan
yang biasanya terjadidengan segala rumus pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun
dengan orang lain.
4. Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah
dan serta percaya pada kemampuan diri sendiri.
Dengan cara-cara tersebut
di atas dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit
demi sedikit bisa dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b. Takut
Hampir semua orang
mempunyai pengalaman-pengalaman yang menentukan. Takut biasanya berakar pada
pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang pengaruhnya pada tingkah
laku dan kepribadian seseorang yang membekas sepanjang hidupnya. Takut banyak
macam-macamnya, misalnya takut pada binatang, takut sendirian takut
jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan sebagainya.
kegelishan yang menjngkit
pada atlit dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak mendapat
penyelesaian yang sebaik-baiknya. Rasa takut dapat member pengaruh yang
negative atau positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Dlam
batas-batas yang masih normal rasa takut akan member pengruh yang positif,
karena dengan rasa takut tersebut seseorang akan lebih berhati-hati terhadap
apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaiknya mungkin
dia lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik
jangan dihindari sama sekali, tetapi dikendalikan.misalnya seorang atlit
yangtidak memiliki ketakutan terhadap kekalahap keklahan dalam pertandingan
yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehenakiny, akhirnya ia akan
tersesat oleh perasaan “kalah ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu
berat untuk meraih keunggulan nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena
dipandang terlalu menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga
menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari
kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang sama sekali tidak takut jatuh dari
pohon, maka sikap hati-hati waktu memanjat pohon akan berurang kalau
dibandingkan dengan anak-anak yang takut jatuh. Begitu pula anak yang tidk
takut jatuh dri sepeda motor, akan lebih berani dan terlalu berani sewaktu
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi yang kadang-kadang tidak
memikirkan kemungkinan adadanya kecelakaan yang dapat ditimbulkan akaibat
perbuatannya.
Rasa takut juga tidak
boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil
resiko, akhirnya orang tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak
perhitungan yang kadang-kadang yang tidak diperlukan.akibatnya orang tersebut
tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang timbul.
Yang paling baik adalah
kalau takut dikendalikan, artinya tidak ditahan, tetapi juga tidak dihilangkan
sama sekali. Hal ini memang sulit sampai seberapa jauh takut itu harus
dikendalikan, karena kalau salah cepat menjadi hobi.
Dalam dunia olahraga rasa
takut kalah di dalam batas-batas normal adalah baik, karena dengan demikian
seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan. Melatih diri,
berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga / penghematan
penghamburan tenaga yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi sekali-sekali jangan
menartikan pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.
Menurut beberapa pendapat
yang dikumpulkan oleh Reuben B. Frost dari Springfield College mengenai
bagaimana harus/menangani masalah takut ini, antara lain diajukan beberapa
pendapat sebagai berikut:
1. Mencoba menemukan dan memahami sebab-sebab terjadi rasa
takut.
2. Mendekati dan mengenali situasi yang di takuti secara
sedikit demi sedikit.
3. Mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ditakuti
dengan membuat perencanaan yang pasti dan taktik yang tepat guna.
4. Menguji dan menganalisa alasan-alasan mengapa sampai terjadi
ketakutan. Menolong mencarikan sebab-sebab timbulnya kesulitan-kesulitan yang
ditakuti (adakah pengaruh kecelakaan yang dulu-dulu atau memang belum mengenal
problimnya).
5. Menanamkan keakraban antara anggota group dan rasa saling
percaya antara anggota (berdiskusi bersama-sama, ngomong-ngomong, menyanyi
bersama, dsb.)
6. Memberikan sugesti bahwa orang-orang yang banyak
pengalaman akan selalu memberikan pertolongan kepada yang muda-muda.
7. Meningkatkan kekuatan dan ketrampilan (skill).
8. Kerjakan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa takut.
9. Kebanyakan rasa takut akan lenyap pada waktu
kegiatan-kegiatan yang ditakutkan itu telah mulai dilakukan.
c. Marah
Marah adalah emosi yang
sering timbul juga dalam dunia olahraga, dan marah ini pernyataanya selalu
dijunjukan pada benda-benda atau orang-orang di sekitarnya dalam bentuk-bentuk
yang bersifat agresif dan spontan.
Manifestasi marah
bentuknya bermacam-macam bergantung pada taraf pendidikan, kebisaan, umur, dan
sebagainya. Marah juga dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa yang tidak
mungkin dapat diperbuat oleh orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu
pada saat-saat dia tak marah.
Karena marah juga termasuk
emosi, maka seseorang yang sedang marah sudah jelas akan kehilangan
pertimbangan-pertimbangan akalnya sehingga orang yang sedang marah itu tidak
mungkin lagi untuk mengerjakan hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian.
Begitu pula dalam kehidupan berolahraga, terutama dalam
pertandingan-pertandingan, banyak sekali rangsangan-rangsangan yang memancing
kemarahan para olahragawan yang sedang bertanding, sehingga mengakibatkan
tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu menjadi lebih agresif, spontan,
kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga berkurang. Karena ketelitiannya
hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang dapat mencelakakan atau
merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain bola volley keinginannya
juga hanya bermain keras saja artinya dia ingin men-smash bola
sekeras-kerasnya, syukur-syukur kalau tangan yang men-block itu cidera karena
akibat dari kerasnya smash yang dilakukan, misalnya jari tangan lawan itu dapat
tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola kearah tempat-tempat
yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia belum merasa
puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula tindakan-tindakannya atau
usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan emosi amarahnya dan jauh dari
pertandingan akalnya.
Karena sifat marah
memerlukan spontanitas dan ditunjukkan dalam bentuk-bentuk agresifitas, maka
jalan paling baik adalah jika atlit-atlit tersebut dapat dapat menghambat
spontanitasnya dan mengurangi sikap agresifitasnya. Artinya menanggapi
kemarahan itu dengan sikap-sikap yang baik atau positif. Kalau dalam olahraga
yang ada time-out, lebih baik diambil time-out terlebih dahulu agar spontanitas
kemarahan itu tertunda pelaksanaanya. Meskipun hanya beberapa detik, biasanya
sudah cukup untuk mengurangi derajat kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang
marah dapat mengatasi kemarahanya dengan cara mengambil nafas dalam-dalam
beberapa kali dengan menghitung sampai beberapa puluh atau menghadapi kemarahan
itu dengan senyum untuk mengurangi kemarahan tersebut.
Dalam pertandingan-pertandingan
adalah sukar untuk dapat menghilangkan sumber darai kemarahan, sebab dalam
dunia olahraga kadang-kadang memancing kemarahan lawan adalah disengaja dengan
harapan kalau lawan itu sudah tidak sadar lagi, akibatnya dia ingin tetapi main
keras yang dapat mengakibatkan banyaknya energy yang harus dikeluarkan sehingga
pada suatu saat dia kehabisan tenaga dapat dengan mudah untuk
dikalahkan.hal-hal seperti diatas harus disadari , dimengerti dan disadari oleh
para olahragawan, jangan sampai dia kena pancing siasat lawan untuk menjadi
marah. Ingat marah memang dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa, tetapi
jangan sampai mengakibatkan hilangnya pertimbangan akal dalam menyalurkan
timbulnya tenaga tersebut.
Manfaat tenaga itu untuk
usaha-usaha yang produktif. Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat
ditimbulkan oleh kemarahan perlu dicari bagaimana jalan meredahkan kemarahan
yang terjadi. Hal ini dapat diusahakan antara lain dengan cara:
1. Menghambat spontanitas tindakan kemarahan
2. Mengurangi agresifitas tindakan kemarahan.
3. Menanggapi kemarahan dengan tindakan-tindakan atau usaha
yang positif.
4. Melupakan atau menghilangkan/menghindari sumber kemarahan.
2.3 Pengendalian Emosi kunci Meraih Prestasi
Anthony Dio Martin penulis
buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004),
mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan
emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan
yang lain.
Seringkali kita menganggap
bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita
menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias,
bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
Daniel
Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, mendivinisikan emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony
Robbins dalam Awaken the Giant Within menunjuk emosi sebagai sinyal untuk
melakukan suatu
tindakan. Di
sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru
sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif,
yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya
kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi
pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan
mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau
kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Sejak diperkenalkan
Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995
tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ)
semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang
itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.
Emosinya merupakan sumber
kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya kelemahannya merupakan
kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya dengan baik.
Lantas timbul satu
pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya
Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan
cara belajar.
1. Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu
emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2. Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di
sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan
pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan
kita.
4. Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu
secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5. Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dengan kelima hal inilah
maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu. Kita mampu mengelola
emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya
maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri. Contohnya, seorang
Peter Gade yang mampu mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan
karena sering disepelekan karena usianya yang sudah tua) menjadi pemicunya
dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si
pecundang tua yang dapat disepelekan dalam TUC kemarin.
Tetapi yang tak boleh
dilupakan, sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindarkan diri untuk
berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam hal ini dengan kemampuan
menggunakan emosi sebagai pembawa informasi, kita bisa melihat sisi, kadar
intensitas emosi orang lain yang muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa
ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun bahasa tubuh yang dipakainya.
Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka bisa diupayakan tindakan kontra
reaksi dari emosi orang tersebut.
Umpamanya, jika kita lihat
ada gejala mitra atau lawan bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi
dengan dengan berbicara yang bersifat menetralkan perasaan orang tersebut.
Setelah kita pahami masalah emosi diri maupun emosi orang lain, maka secara
mudah kita menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Sehingga
diharapkan muncul pribadi yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosi yang baik akan peka terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga
dengan mudah menyiapkan strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Emosi dapat diartikan sebagai suatu
tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis
dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pengaruh posifif dari
emosi adalah memiliki semangat yang tinggi, energi lebih untuk beraktifitas dan
motivasi diri.Semua hal tersebut sangat berpengaruh tergantung pada
kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat.Pengaruh
negatif dari emosi adalah gelisah, takut, dan marah.
Anthony
Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book
Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh
visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Daniel Goleman pada
1995 mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh
EQ ketimbang IQ.
Adapun cara untuk mengelola emosi
adalah sebagai berikut :
1. Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu
emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2. Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di
sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan
pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan
kita.
4. Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu
secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5. Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
3.2 Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar