FRUSTASI DALAM OLAHRAGA DAN AGRESIVITAS DALAM OALHRAGA
KELOMPOK
X :
SABRI
(151040083)
MUHAEMIN
(1531040085)
MARI’E
WAHAB (1531040087)
DHIAULHAQ.
Z (15310489)
A. AL
AZIR MULKI (1531040091)
PENDIDKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “FRUSTASI
DAN AGRESIFITAS DALAM OLAHRAGA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah. Kami menyadari bahwa selama penulisan makalah ini, penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:Dosen bersangkutan,teman-teman,serta OM GOOGLE kami
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini, serta teman-teman yang
telah memotivasi kami untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Makassar, 12 Oktober 2017
KELOMPOK X
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR
ISI------------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------ 1
B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------ 3
D.
Manfaat
---------------------------------------------------------------------3
BAB II.
PENCEGAHAN MASALAH DALAM PENJAMINAN MUTU
A. Pengertian
Frustasi ------------------------------------------------------------- 4
B. Reaksi-reaksi
Frustasi yang sifatnya positif -------------------------------6
C. Reaksi-reaksi
Frustasi yang sifatnya Negatif------------------------------- 7
D. Faktor-faktor Penyebab Frustasi --------------------------------------------- 12
E. Cara
Penanggulan -------------------------------------------------------------- --13
F. Pengertian Agresifitas ----------------------------------------------------------- 15
G. Perilaku Agresif dalam Olahraga -----------------------------------------
18
H. Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga ----------------------------
21
I. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Agresivitas ------------------------ 23
J. Mengurangi
Agresivitas ------------------------------------------------------ 28
BAB
III. PENUTUP
A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------- 31
B. Saran---------------------------------------------------------------------------------- 31
DAFTAR
PUSTAKA---------------------------------------------------------------------- 32
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan dari lahir hingga
dewasa, kebutuhan-kebutuhan seseorang tidak selalu dapat terpenuhi dengan
lancar. Seringkali terjadi hambatan dalam pemuasan
suatu kebutuhan, motif dan keinginan.Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan
dinamakan frustasi. Keadaan frustasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak
dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan
dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk
mengatasi beban itu.
Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara
penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai
cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari
kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan dan
bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam menghadapi stres,seseorang dapat
mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada
sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab stres.
Tindakan yang diambil orang yang mengalami stres
kemungkinan hanya berfungsi melindungi diri terhadap kemungkinan
disorganisasi.Tindakan-tindakan ini merupakan tingkah laku yang sifatnya
defensif. Reaksi defensif tidak
diarahkan pada sumber stres sehingga menghabiskan energy secara tidak efisien.
Reaksi defensif juga tidak objektif tetapi subjektif dan emosional (tidak
rasional).Reaksi defensif terjadi secara otomatis atau tidak disadari.
Agresifitas adalah istilah umum yang di kaitkan dengan adanya perasaan
–perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan
tindakan kekerasan secara fisik, verbal maupun menggunakan ekpresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Tindakan agresif pada umumnya
merupakan tindakan yang di sengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Ada 2 tujuan utama agresif yang saling bertentangan satu dengan yang
lain, yakni untuk membela diri di satu pihak dan di pihak lain adalah untuk
meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak berdaya.
B.Rumusan masalah
1
Bagaimana pengertian frustasi dan cara menangani orang yang frustasi?
2.Bagaimana
reaksi-reaksi frustasi yang sifatnya baik dan yang tidak baik?
3.Bagaimana
pengertian agresifitas, perilaku agresifitas serta cara factor-faktor ?
C.Tujuan
1.Untuk
mengetahui pengertian frustasi dan komponen-komponen apa saja yang terdapat
dalam frustasi.
2.Untuk
mengetahui penyebab stress dan bagaimana gejala orang yang mengalami frustasi.
3.Untuk
mengetahui kaitan penyesuaian diri terhadap frustasi.
D.Manfaat
1.Pembaca dapat memahami
pengertian frustasi serta dapat menangani frustasi!
2.Pembaca dapat reaksi-reaksi frustasi
negative maupun yang positif!
3.Pembaca dapat mengetahui pengertian
agresifitas serta factor-faktor yang mempengaruhinya!
|
ISI
A.Pengertian Frustasi
Frustrasi
berasal dari bahasa Latin frustratio,
yaitu perasaan kecewa atau
jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustasi dapat diartikan juga
sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan (Markam,2003). Frustasi
merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan
aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan
hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri
(eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam
termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau
ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari
frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi
satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di
luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung
mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang
biasanya dihadapi oleh individu seperti :
·
Hambatan fisik : Kemiskinan, kekurangan gizi,
bencana alam dan sebagainya.
·
Hambatan social : Kondisi
perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak
pasti berbagai aspek kehidupan.
·
Hambatan pribadi : Keterbatasan-keterbatasan
pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik
bisa menjadi pemicu frustasi dan stress pada individu.
Seorang
psikolog biasanya menggunakan istilah ini untuk :
Mengetahui
keadaan yang timbul apabila terdapat halangan dalam usaha untuk memenuhi
keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu.
Keinginan,
kebutuhan, tujuan, harapan dan tindakan tiap orang berbeda-beda.Hal-hal
tertentu mungkin membuat orang lai tidak demikian.Salah satu sebab yang membuat
orang frustasi adalah rintangn fisik, pribadi dan sosial.Frustasi ini juga bisa
menimbulkan dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang
menguntungkan (positif) dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi
yang destruktif merusak (negatif).Frustasi dengan demikian bisa memunculkan
reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa negatif dan positif.
B.Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya
positif
1.Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam
usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy,
potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua
kesulitan.Frustasi tersebut dengan demikian menjadi stimulus untuk memobilisir
segenap energy dan tenaga hingga mampu menmbus setiap rintangan.
2.Berfikir secara mendalam disertai wawsan
jernih
Setiap frustasi memang memberikan
masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan
mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar
dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3.Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang
dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah.Semua ini dilakukan jika
kita mulai belajar menggunakan pola yang positif dalam menanggulangi setiap
kesulitan sejak berusia masih sangat muda.
4.Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami
lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan
sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5.Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk
mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang
di bidang lainnya.Dan semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit
perjuangan yang agresif dan tidak mengenal rasa menyerah.
6.Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu
usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic,
dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam
bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
C.Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya
Negatif
1. Agresi
Yaitu
kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang
mengalami kegagalan.Biasanya ada pula tindakan sadistic dan membunuh
orang.Agresi ini sangat mengganggu fungsi intelegensi sehingga harga dirinya
merosot.
2.Regresi
Yaitu
kembalinya individu pada pola-pola primitive dan kekanak-kanakan.Tingkah laku
tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tidak mampu
memecahkan masalah.Tingkah laku di atas adalah ekspresi rasa menyerah, kalah,
putus asa dan mental yang lemah.
3.Fixatie
Merupakan
suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype,
yaitu selalu memakai cara yang sama. Semua itu dilakukan sebagai alat
pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
4.Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan
adalah usaha untuk menghilangkan atau menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan,
pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.Karena
didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak
yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang
menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
5.Rasionalisme
Adalah
cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan
jalan membuat sesuatu yang tidak rasionaldengan tidak menyenangkan.
6.Proyeksi
Proyeksi
adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang
negatif pada orang lain.
7.Tehnik
anggur masam
Usaha
memberikan atribut yang jelek atau negatif pada tujuan yang tidak bisa
dicapainya.
8.Tehnik jeruk manis
Adalah
usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan,
kelemahan dan kekurangan sendiri.
9.Identifikasi
Adalah
usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Semua itu bertujuan untuk
memberikan keputusan semu pada dirinya.
10.Narsisme
Adalah
perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diti yang
patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah
peduli dengan dunia luar.
11.Autisme
Ialah
gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi
lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan
mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian
dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup, makin
bertambah konflik-konflik batin yang kronis lalu terjadilah disintregasi
kepribadian.
Frustasi
timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan.
Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu tidak
terwujud, maka dapat menimbulkan frustasi.
Frustasi
dapat terjadi pada atlet yang mempunyai sifat pesimis maupun pada atlet yang
memiliki sifat optimis yang sangat tinggi. Atlet yang mempunyai sifat pesimis
dapat dikatakan “kalah sebelum berperang” karena atlet yang memiliki sifat
pesimis ini mudah terkena frustasi sehingga mengalami kegagalan sedikit saja,
diangapnya sebagai kegagalan yang akan terjadi dialami seterusnya.
Sedangkan
apabila atlet memiliki sifat optimis yang sangat tinggi (over confidence) maka
akan sangat mudah mengalami frustasi. Kegagalan yang dialaminya akan membuat
atlet tersebut kecewa serta kehilangan keseimbangan emosi.
Frustasi
adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai
dengan yang diharapkan.Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor,
masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai. Frustasi inipun
terjadi juga bila tujuan yang dicapai mendapatkan rintangan.Frustasi memiliki
dua sisi.
1.Frustasi adalah fakta tidak tercapainya
harapan yang diinginkan.
2.Frustasi adalah perasaan dan emosi yang
menyertai fakta tersebut.
Pada
contoh diatas adalah fakta mendapatkan nilai jelek di sekolah dan mendapat
marah oleh bos dalam kesalahan di kantor. Perasaan dan emosi yang muncul adalah
kesal, marah dan perasaan-perasaan lainnya yang mungkin muncul.
Akibat
dari frustasi bisa munculkan gejala-gejala ketubuhan yang disebut psikosomatis.
Bayangkan
anda mendapatkan nilai atau penghargaan yang tidak sesuai dengan yang anda
harapkan, padahal anda sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Seumpama anda
mendapat nilai D pada ujian akhir. Ini tidak hanya terjadi sekali saja, tetapi
telah beberapa kali. Anda lalu menjadi kesal bahkan marah atau muncul
perasaan-perasaan lainnya. Pada malam harinya anda tidak bisa tidur. Segudang
pemikiran muncul, berputar-putar silih berganti, mulai mencari sebab-sebab
kegagalan, upaya mencari jalan lain supaya lebih berhasil sampai pada
pemikiran-pemikiran buruk. Sehingga nantinya akan terlintas jalan pintas dan
lain sebagainya. Anda mencoba untuk mengusir pemikiran-pemikiran tersebut tapi
tetap saja tidak bisa dan akhirnya anda jatuh tidur karena memang betul-betul
kecapaian. Pada pagi harinya anda bangun dengan tubuh yang kurang segar karena
susah tidur. Selama siang hari perasaan maupun tubuh anda akan terasa tidak
enak. Sekali-kali akan teringat mengenai kegagalan pada hari sebelumnya dan itu
akan muncul dan mengganggu.
Namun
selain contoh diatas ada juga contoh frustasi yang berakibat agresi karena
frustasi yang dialami melahirkan reaksi kemarahan. Tindakan agresi diambil
apabila individu merasa lebih kuat dari lawannya. Sebalinya bila individu
merasa lemah, maka biasanya tindakan yang diambil ketika terjadi frustasi
adalah menghindar atau melarikan diri.
D.Faktor-faktor Penyebab Frustasi
Frustasi disebabkan oleh beberapa
faktor,yaitu:
1.kegagalan dalam bertanding
2.tidak bisa mencapai keinginannya
3.sifat-sifat individu dan pengalaman hidupnya
4.lawan yang tangguh atau memang diatas kemampuan dirinya
5.petugas lapangan yang bertindak berat sebelah
1.kegagalan dalam bertanding
2.tidak bisa mencapai keinginannya
3.sifat-sifat individu dan pengalaman hidupnya
4.lawan yang tangguh atau memang diatas kemampuan dirinya
5.petugas lapangan yang bertindak berat sebelah
E.Cara Penanggulan
Teknik-teknik
untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi frustasi yaitu sebagai berikut:
1.Teknik Intervensi
Konsentrasi (Pemusatan
perhatian)
Cara
ini pertama-tama menyingkirkan aneka ragam pikiran yang mengganggu atlet dan
hanya memusatkan seluruh perhatian dan pikiran pada tugas yang sedang dihadapi.
Memang ada atlet yang mampu dengan cepat menghalau berbagai pikiran yang mengganggu
perhatian dan konsentrasinya pada pertandingan yang sedang dihadapinya, namun
tidak sedikit atlet yang begitu lama termakan oleh gangguan pikirannya.
Pengaturan pernapasan
Pada
orang yang mengalami ketegangan atau kecemasan serta respirasi akan meninggi.
Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan pernapasan yang dalam dan pelan,
sehingga irama pernapasan yang semula cepat atau meninggi secara
berangsur-angsur melambat atau menurun. Mengatur pernapasan juga merupakan
usaha penenangan diri.
Relaksasi otot secara
progresif
Caranya
adalah melakukan kontraksi otot secara penuh kemudian dikendurkan. Latihan ini
dilakukan secara berulang-ulang selama kurang lebih 60 menit. Bila otot-otot
telah mencapai keadaan rileks yang sungguh-sungguh, maka keadaan ini akan
mengurangi ketegangan emosional juga menurunkan tekanan darah serta denyut
nadi. Karenanya pada saat-saat tengan, orang sedapat mungkin memusatkan
perhatiannya pada relaksasi otot dengan cara seperti diatas (S. horn;1986)
2. Mencari sumber stress, kecemasan dan
prustasi itu sendiri.
Disini
peran pelatih besar sekali. Hubungan hati-kehati antara atlet dan pelatih akan
memungkinkan pelatih mengorek apa yang sebenarnya sedang dialami oleh atlet.
Demikian atlet juga akan dengan terbuka menceritakan apa yang sedang dialami.
3.Pembiasan/berlatih
Cara
ini dimaksudkan untuk melatih atlet menghadapi situasi-situasi yang bisa timbul
dalam pertandingan. Bentuk pelatihan pembiasaan adalah dengan simulasi. Yaitu
dalam latihan sengaja diabut situasi yang dapat menimbulkan ketengangan dalam
batas-batas tertentu. Dengan cara ini atlet tidak lagi peka (sensitif) terhadap
pengaruh lingkungan.
4.Teknik-teknik khusus.
Penanganan
ketegangan dengan menggunakan teknik khusus itu lebih menekankan pada
pendekatan individual, misalnya;
Melalui
music yang menjadi kegemaran atlet yang sedang mengalami ketegangan atau
kecemasan.
Menanamkan
dan memperkuat keyakinan atlet bahwa persiapan yang mereka lakukan sudah mantap
dan menyeluruh.
Menjauhkan
atlet dari official yang pencemas.
Menjelaskan kepada
atlet bahwa ketegangan/kecemasan dalam pertandingan adalah wajar. Bahkan dalam
batas-batas tertentu hal itu memang diperlukan.
F.Pengertian Agresifitas
Agresifitas adalah istilah umum yang di kaitkan dengan
adanya perasaan –perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang
lain baik dengan tindakan kekerasan secara fisik, verbal maupun menggunakan
ekpresi wajah dan gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Tindakan
agresif pada umumnya merupakan tindakan yang di sengaja oleh pelaku untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ada 2 tujuan utama agresif yang saling
bertentangan satu dengan yang lain, yakni untuk membela diri di satu pihak dan
di pihak lain adalah untuk meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak
berdaya.
Agresifitas yang wajar. Tidak setiap
tindakan agresif merupakan perilaku yang bermasalah.Agresif mungkin muncul
sebagai pelampiasan perasaan marah dan frustasi. Bila agresifitas muncul karena
kondisi psikologis yang bersifat temporer dan dipahami berdasarkan konteks
situasi yang dihadapi anak maka itu merupakan tindakan yang masih bisa
diterima. Justru ketidakmampuan seorang anak untuk mengekspresika dorongan
agresif pada situasi-situasi tertentu merupakan indikasi adanya permasalahan
perkembangan pada dirinya. Mungkin itu merupakan akibat dari mekanisme hambatan
yang berlebihan yang secara psikologis tidak terlalu sehat untuk perkembangan
selanjutnya. Agresifitas yang tidak wajar. Namun ada kecenderungan
agresifitas yang bersifat menetap pada anak tertentu. Secara umum kecenderungan
ini menandakan kepribadian yang agresif. Ini menandakan kepribadian yang
agresif merupakan perkembangan kepribadian. Dampak negatif pada diri sendiri
dan pada lingkungan cukup serius.
Individu yang memiliki emotional instability yang
tidak mudah marah, mudah benci, mudah kecewa, mudah bingung, mudah kesal, dsb.
Karena emosinya mudah terombang ambing, maka gejala emosional tersebut akan mengganggu
fungsi jiwa yang lain. Sebagaimana diketahui bahwa jiwa kita merupakan kesatuan
yang organis, dimana sumber kemampuan jiwa yang satu dapat mempengaruhi sumber
kemampuan jiwa yang lain. Karena itu goncangan emosional akan mempengaruhi
pertimbangan akal, sehingga individu tersebut akan bertindak tidak sesuai
dengan akal sehat.
Individu yang menunjukkan gejala kematangan emosional
atau “emotional maturity ” dapat meredam goncangan-goncangan emosional
sehingga dapat tenang, dan dapat menjalankan fungsi akalnya dengan baik.Secara
umum, individu yang memiliki kemarahan tinggi tiga kali lebih mungkin untuk
mengembangkan angina atau serangan jantung dibandingkan orang yang memiliki
kemarahan rendah, bahkan setelah pengaruh berisiko seperti faktor genetik, alkohol,
berat badan, kolesterol, hipertensi dan merokok diperhitungkan pada rendah
-kemarahan individu. Hal ini mencerminkan pengalaman banyak psikolog dan dokter
yang menemukan korelasi langsung antara risiko kesehatan secara keseluruhan dan
kemarahan intens. Secara umum, individu yang memiliki sikap bermusuhan berisiko
tinggi menderita penyakit lain juga. Hal ini terjadi karena alasan seperti
kesenangan untuk perilaku berisiko dan peningkatan aktivitas biologis ketika
sangat marah dan mengalami dukungan sosial yang rendah.
Suasana kompetisi dan kelas pendidikan jasmani dan
olahraga kerap kali menjadi media potensial yang mendorong perilaku terjadinya
perilaku agresif. Perilaku ini dalam kadar yang sesuai sangat perlu dimiliki
oleh para pemain untuk dapat memenangkan pertandaingan misalnya pertnadingan
sepak bola, tinju dan lain-lain. Tetapi jika berlebihan dan tidak terkendali
dapat menjurus pada tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, berbahaya,
mencederai lawan, melanggar peraturan, tidak fair play, bahkan dapat berakibat
fatal. Tindakan agresif tidak sama peluangnya pada setiap cabang olahraga dan
setiap atlet.
Beberapa rekomendasi untuk upaya mengendalikan
agresifitas antara lain :
a.Teknik time out.
b.Memberikan
pemahaman dan contoh perilaku non agresif sebagai metode konstruktif untuk memecahkan masalah.
c.Menciptakan atau mendesain
lingkungan belajar atau lingkungan latihan yang kondusif.
d.Memberikan latihan empati.
G.Perilaku
Agresif dalam Olahraga
Orang yang agresivitasnya kurang terkontrol
kemungkinan lebih besar melakukan tindakan kriminal kekerasan, karena ia tidak
bimbang melakukan kekerasan pada waktu marah. Dalam upaya memahami agresivitas,
Worchel dan Cooper (1970) mengemukakan kasus Charles J. Whitman pada usia 12
tahun ia adalah pandu garuda, kemudian menjadi pitcher time base ball disekolah
gereja dimana dia bergabung. Ia dikenal sebagai pemuda yang menyukai anak-anak
kemudian menjadi mahasiswa jurusan teknik arsitektur. Dilaporkan oleh majalah Newsweek,
pada tanggal 5 Agustus 1966. Ia telah membantai 13 orang dan melukai 31 orang
di menara Universitas Texas dengan senjata revolver sebelum ditembak oleh
polisi. Whitman sebelumnya telah membunuh isteri dan ibu kandungnya.
Perlu diketahui bahwa Whitman dibesarkan dalam
keluarga yang diliputi situasi penuh ketegangan, Ayahnya seorang perfeksionis,
dan berdisiplin serta selalu menuntut anaknya mengerjakan sesuatu yang besar,
serta tidak jarang member hukuman apabila anaknya tidak menurut. Dari kasus diatas
bias dilihat bahwa Whitman memiliki kepribadian yang agresivitasnya selalu
dikontrol dengan ketat, dapat diduga bahwa ia selalu mengontrol tingkah laku
namun selama itu rasa marah dan kecewa terus berkembang dalam dirinya sehingga
tidak terkendali dan akhirnya meledak yaitu dalam bentuk tindakan ekstrim
berupa kekerasan.
Lebih lanjut Worchel dan Cooper membedakan dua tipe
kepribadian yaitu (1) yang agresifitasnya kurang terkontrol dan (2) yang
agresivitasnya selalu dikontrol dengan ketet.ipe kepribadian yang
agresivitasnya kurang terkontrol menunjukkan kurangnya larangan terhadap
pengungkapan tingkah laku agresif dan kecenderungan untuk mengadakan respons
terhadap frustasi dan tindakan agresif. Tipe kepribadian yang agresivitasnya
selalu dikontrol ketat, menunjukkan adanya kontrol yang ekstrim kuat terhadap
pengungkapan agresivitas dalam berbagai kondisi.
Tindakan agresif cenderung terjadi pada situasi yang
tidak seimbang atau berlawanan. Pada atlet umumnya terikat pada beberapa
kelompok social, seperti keluarga, sekolah, teman latihan, teman bergaul dan
sebagainya. Tindakan agresif akan tertuju pada orang yang tidak disenangi atau
yang berlawanan. Misalnya atlet dimarahi oleh pelatihnya dia tidak berani
melawan pelatihnya tetapi dia akan bertindak agresif dengan menyerang temannaya
atau lawannya.
Pemain yang agresif pada situasi tertentu sangat
diperlukan untuk dapat memenangkan pertandingan. Seperti dalam sepak bola, bela
diri dan sebagainya. Tetapi sifat-sifat agresif tersebut apabila tidak
terkendali justru dapat menjerumuskan dan mengarah pada tindakan-tindakan
berbahaya misalnya melukai lawan, melanggar peraturan serta mengabaikan
sportivitas.Niat untuk menyerang secara agresif tidak disertai rasa marah.
Tindakan agresif demikian jelas bukan disebabkan oleh karena frustasi. Tindakan
agresif yang bukan karena frustasi diantaranya dapat terjadi berupa
gejala-gejala :
1.Tindakan agresif instrumental ialah
Tindakan agresif yang tidak disertai rasa marah.
2.Tindakan agresif karena meniru,
misalnya tindkan agresif karena meniru tokoh gangster yang suka menyerang dan
melukai orang lain.
3.Tindakan agresif atas dasar
perintah, sering terjadi dalam olahraga bela diri misalnya karena inisiatif
menyerang akan mendapat penilaian lebih dari wasit.
4.Tindakan agresif dalam hubungannya
dengan peran sosial, dapat dilihat pada tindakan agresif yang dilakukan penjaga
keamanan yang harus bertindak tegas dan jika perlu dengan kekerasan.
5.Tinddakan agresif karena pengaruh
kelompok, pengaruh penonton atau tim juga dapat merangsang dan menimbulkan
gejala agresif. Tindakan agresif pemain karena pengaruh penonton sering
terjadi. Hal ni dapat dilihat bagaimana tindakan dia sebagai bagian dari
kelompok dan tindakan dia manakala dia bertindak sendiri.
Dari uraian tersebut maka dapat dikemukakan bahwa
tindakan agresif seseorang atau atlet tidak harus dihubungkan dengan gejala
frustasi. Kita membutuhkan pemain yang agresif untuk dapat memenangkan suatu
pertandingan. Oleh karena itu, menjadi kewajiban pembina dan pelatih untuk
memanfaatkan sifat-sifat agresif dari atletnya sehingga dapat tersalur dan
terarah sesuai dengan aktivitas olahraga yang diikutinya.
H.Pengendalian
Agresivitas dalam Olahraga
Sifat agresif yang dimiliki pemain yang juga memiliki
kesetabilan emosional, disiplin, rasa tanggung jawab yang besar, tidak akan
menjadi masalah dalam pengarahannya. Pelatih dapat menyiapkan atlet tersebut
untuk bermain agresif dengan tidak perlu khawatir bahwa ia akan melukai lawan
dan bertindak desttruktif dalam upaya untuk mencaoai tujuan atau memenangkan
pertandingan. Dengan memberikan dorongan, pemberian stimulus yang positif dan
sebagainya. Atlit akan bermain agresif tanpa mengalami frustasi.
Bertitik tolak dari “social-learning Theory”yaitu
pemain akan meniru dan belajar dari pengalaman pemain lainnya maka pelatih
harus menyiapkan pemain dengan petunjuk dan langkah praktis sebagai berikut :
1.Anjuran untuk bermain agresif harus
terarah, kapan da bagaimana cara yang tepat agar tidak menimbulkan hal-hal
negative dan melukai lawan.
2.Bermain agresif harus disertai
peningkatan penguasaan diri agar dapat selalu mengontrol diri
sendiri.
3.Bermain agresif harus disertai
disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu mematuhi peraturan dan tunduk
pada keputusan wasit serta dapat mempertanggungjawabkan tindakannya.
4.Perlu adanya pemberian penghargaan bagi mereka yang bertindak agresif
tetapi tidak melukai lawan, memelihara sportivitas dan sebaliknya berikan
hukuman apabila berusaha melukai lawan atau tindakan tercela dan melanggar
peraturan.
Dalam upaya mengendalikan tindakan kekerasan atau
agresivitas yang menyimpang, dikemukakan Richard H. Cok sebagai berikut :
1.Atlet-atlet mudah harus sudah diberi
pengetahuan tentang contoh tingkah laku non agresif, penguasaan diri, dan
penampilan yang benar.
2.Atlet yang terlibat tindakan agresif
harus dihukum. Harus disadarkan bahwa tindakan agresif dengan melukai lawan
adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
3.Pelatih yang memberi kemungkinan
para atlet terlibat dengan kekerasan harus
ditelitih dan harus dipecat dari tugasnya sebagai pelatih.
4.Pengaruh dari luar yang memungkinkan
terjadinya tindakangan kekerasan dilapangan pertandingan harus dihindari.
5.Para pelatih dan wasit didorong dan
dianjurkan untuk menghindari lokakarya-lokakrya yang membahas tindakan agresif
dn kekerasan.
6.Disamping hukuman terhadap tindakan
agresif dengan kekerasan atlet harus didorong secara positif meningkatkan
kemampuan bertindak tenang menghadapi situasi-situasi emosional.
7.Penguasaan emosi menghadapi
tindakan agresif dengan kekerasan harus dilatih secara praktis antara lain
melalui layihan mental
I.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Agresivitas
1.Sosial
Frustasi, terhambatnya atau
tercegahnya upaya pencapaian tujuan kerap menjadi penyebab agresi. Tetapi
agresi tidak selalu muncul karena frustasi. Manusia, misalnya petinju dan
tentara, dapat melakukan agresi karena alasan lain. ( Miller dalam Sarlito,
2009:152) Provokasi verbal atau fisik adalah salah satu penyebab egresi.
Contohnya, kasus Zinedine. Manusia cenderung untuk membalas denga derajat yang
sama atau sedikit lebih tinggi daripada yang diterimanya ( balas dendam ).
Menyepelekan dan sombong adalah prediktor yang kuat bagi munculnya agresi
(Sarlito, 2009).
Faktor sosial lainnya adalah alkohol
(Baron dan Byrne, 2003). Kebanyakan hasil penelitian yang terkait dengan
konsumsi alkohol menunjukkan agresivitas. Misalnya, kawasan Timur Indonesia
mencatat banyak kekerasan, khususnya di Manado. Mengungkapkan bahwa masyarakat
menehag ke atas yang emngkonsumsi alkohol tidak selalu menunjukkan agresivitas,
tetapi pada masyarakat ekonomi rendah sebaliknya. Mereka melakukan tindakan
kekerasan, menghadang mobil, memalak, melempari rumah dengan betu, dan
sebagainya. Akan tetapi dilakukan secara kolektif, karena bentuk kebudayaan
mereka yang berkumpul-kumpul.
2.Personal
Pola tingkah laku berdasarkan
kepribadian ada dua pola agresi berdasarkan kepribadian (Sarlito, 2009):
a.Hostile
aggression merupakan agresi yang bertujuan untuk melukai atau
menyakiti korban, yang melakukan pola ini biasanya adalah orang-orang dengan
karakter terburu-buru dan kompetitif.
b.Instrumental aggression,
yaitu tingkah laku agresif yang dilakukan karena ada tujuan utama dan tidak
di tujukan untuk melukai atau menyakiti korban. Yaitu mereka yang mempunyai
karakter sabar, kooperati, nonkompetisi, dan nonagresif, cenderung melakukan.
Hal dasar lain yang harus diperhatikan adalah narsissm,
bahwa orang narsis memiliki tingkat agresif yang lebih tinggi (Bushman, dalam
Sarlito, 2009:153). Demikian juga dengan perbedaan pada jenis kelamin.
Diungkapkan bahwa lelaki lebih agresif daripada perempuan (Haris dalam Sarlito,
2009:154). Sedangkan pada anak perempuan agresivitas diwujudkan secara tidak
langsung.
3.Kebudayaan
Lingkungan geografis, seperti
pesisisr/pantai, menunjukkan karakter lebih keras dari pada masyarakat yang
hidup di pedalaman. Nilai dan norma yang mendasari tingkah laku masyarakat juga
berpengaruh terhadap agresivitas suatu kelompok.
4.Situasional
Penelitian terkait dengan cuaca dan
tingkah laku menyebutkan bahwa ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan
kerusuhan dan bentuk agresi lainnya (Harries dalam Sarlito, 2009:155).
5.Sumber Daya
Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya.
Daya dukung alam terhadap kebutuhan manusia tak selamanya mencukupi, sehingga
perlu upaya lebih untuk memnuhi kebutuhan. Dua kemungkinan besar yang dapat
dilakukan adalah mencari sumber pemenuhan kebutuhan lain dan mengambil paksa
dari pihak yang memiliknya (Sarlito, 2009)
6.Media Massa
Khusus untuk media massa televisi
yang merupakan media tontonan dan secara alami mempunya kesempatan lebih bagi
pemirsanya untuk mengamati apa yang disampaikan dengan jelas. Sesuai dengan
teori bandura, pemirsa melakukan pengamatan atas kekerasan dan meningkatkan
agresifitas setelah itu (Sarlito, 2009)
Penelitian oleh Tiffany, dkk (2008)
juga menyimpulkan bahwa orang yang menonton sebagian besar program dengan
gambar pertempuran atau yang kekerasan juga akan mendapatkan kesulitan di
sekolah lebih dari tiga kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang
menyaksikan kekerasan di televisi sebagai dapat mempengaruhi tindakan agresif
dalam cara yang negatif.
7.Kekerasan Rumah Tangga
Anak-anak menjadi rentan terhadap
kekerasan karena posisi sosialnya dalam masyarakat yang tergantung pada orang
tua. Kekerasan dalam rumah tangga banya kterjadi pada anak-anak dan perempuan.
Setidaknya kekerasan pada perempuan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
pelecehan seksual, kekerasan seksual, dan pemerkosaan (Sarlito, 2009) Dalam
prespektif biologis, prilaku agresif didasarkan oleh kedua hal berikut ini:
a.Hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah
hormon androgen dan testosteron. Secara kebetulan hormon ini terdapat paling
banyak pada laki-laki. Penilitian longitudinal baru-bari ini terhadap 96 remaja
pria 12 hingga 21 tahun, menemukan bahwa mereka yang memiliki catatan kriminal
lebih tinggi dalam kadar testosteronnya pada usia 16 tahun ( Bokhven dalam
Laura, 2012:194).
Tingkat testosteron yang lebih
tinggi juga dikaitkan dengan tingkat agresi yang lebih tinggi dan perilaku
kenakalan yang dilaporkan sendiri. Tingkat testosteron dipengaruhi oleh prilaku
dan pengalaman; dengan demikian, perilaku dengan cara yang agresif dapat
meningkatkan testosteron seseorang (Sarlito,2009).
Dalam penelitian lain, subjek
penelitian dapat dianggap agresif bahkan jika mereka tidak terlibat langsung.
Misalnya, mereka tidak benar-benar memukul muka seseorang. Setiap individu
mempunyai kesempatan untuk “ agresif “ terhadap orang lain, dengan memberikan
seseorang ledakan suara yang keras, menyiapkan sengatan listrik yang ringan,
atau memberi dosis saos cabe yang besar pada makanan seseorang ( Laura,2012).
b.Otak
Bagian dari otak disebut hipotalamus
terkait dengan tingkah laku agresi. Hipotalamus adalah bagian kecil dari otak
yang terletak di bawah otak. Berfungsi untuk menjaga homeostatis serta
membentuk dan mengatur tingkah laku vital, seperti makan, minum, dan hasrat
seksual. Sebuah penilitian oleh Albert ( dalam Sarlito,2009;150 ) menemukan
bahwa tumor yang tumbuh di bagian hipotalamus memicunya.
Sebuah
otopsi mengungkapkan sebuah tumor di dalam sistem limbik otak Withman, suatu
wilayah yang dikaitkan dengan emosi, mendorong reaksi ia untuk memanjat ke
puncak menara kampus, lalu membunuh 15 orang dan kemudian bunuh diri.Dalam
situasi lainnya, sebuah elektroda ditanamkan pada amigdala seorang pasien
kejiwaan yang lembut. Segera setelah arus listrik merangsang amigdala,
perempuan tersebut menjadi kasar. Ia berteriak , menggeram, dan memukul-mukul (
King dalam Laura,2012:194)
J. Mengurangi Agresivitas
Sebagai manusia, peluang utuk
mengendalikan agresi sangatlah ada. Hal ini mungkin karena manusia memiliki
fungsi-fungsi kognisi yang lebih baik dari hewan. Berikut beberapa cara
mengatasi agresivitas menurut Sarlito (2009):
1. Pengamatan
tingkah laku yang baik
Keterpaparan seseorang dari
agresivitas melalui televisi sangat banyak. Jika televisi banyak menampilkan
teladan-teladan yang baik, maka dapat memberikan gambaran kegiatan non-agresi.
Pemilihan tontonan untuk anak dan bimbingan orang tua sekiranya perlu dilihat
peruntukan acara tersebut, seperti BO adalah untuk bimbingan orang tua.
2.
Hukuman
Sejarah manusia mencatat lebih
banyak hukuman sebagai cara penanganan atas agresivitas. Hal ini bisa dilihat
mulai dari agresivitas yang dilakukan individu hingga oleh institusi Negara.
Pada individu, pelaku melakukan kekerasan seperti pemerkosaan dan pembunuhan
akan dihukum hukuman penjara atau hukuman mati. Namun tetap saja agresivitas
muncul. Hal yang paling penting dalam penggunaan hukuman adalah hukum harus
jelas dan segera mungkin mengikuti agresivitas yang dilakukan. Hukuman yang
diberikan haruslah amat keras sehingga mengurangi kemungkinan pengulangan oleh
pelaku.
3. Katarsis
Katarsis adalah upaya untuk
menurunkan rasa marah dan kebencian dengan cara yang lebih aman sehingga
mengurangi bentuk agresivitas yang sekiranya akan muncul. Umumnya katarsis
berupa kegiatan fisik yang menguras tenaga seperti olahraga, atau menonton film
laga. Namun agresi bisa muncul jika adanya provokasi.
4. Kognitif
Ketika seseorang melakukan kesalahan
pada orang lain, maka tak ayal jika orang lain yang dizalimi akan marah. Namun,
bagaimana dengan seseorang yang dizalimi bisa memaafkan. Hal ni bisa terjadi
ketika kognisi orang yang dizalimi diisi dengan informasi bahwa perlunya
memaafkan orang yang menzalimi. Memaafkan tentunya dengan tulus dan ikhlas. Hal
ini bisa mengurangi agresivitas
5. Penguatan
Pada sebuah penelitian (Cole &
Cole dalam Mayang, 2011) terhadap agresi anak usia pra sekolah, penanganan
perilaku agresif lebih efektif dengan memberikan penguatan pada anak yang
berprilaku non-agresif atau perilaku kooperatif dengan memberikan perhatian,
baik berupa waktu bermain lebih, memberikan mainan, atau yang lainnya, serta
mengabaikan anak yang menunjukkan perilaku agresif.
Mayang
(2011) dalam penelitiannya, mengajukan penguatan tersebut dalam bentuk
potongan gambar senyum bintang. Gambar bintang berekspresi senyum akan
diberikan pada anak yang dapat menjalankan ketentuan yang telah ditetapkan,
yakni tidak berprilaku agresif.
penutupnya mana kak
BalasHapus