BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi
disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri.Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, manusia hidup
berkelompok. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relative pelik dan sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi
moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama
tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan penting
dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan
mereka.
B. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian Kohesi
kelompok
2.
Mengetahui ciri-ciri kohesi
kelompok
3.
Mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi kohesi kelompok
4.
Mengetahui definisi kepemimpinan
5.
Menjelaskan tipe-tipe kepemimpinan
6.
Menjelaskan masalah-masalah
kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kohesi Kelompok
Kohesivitas kelompok secara umum dapat dijelaskan
bagaimana anggota saling berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional,
akrab, dan solid sehingga dapat mempertahankan anggota tetap berada dalam
kelompok. Untuk lebih jelas dalam melihat pengertian kohesi terdapat beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kohesivitas. Kohesi
kelompok ialah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling
mencintai satu dengan yang lainnya (Walgito, 2007:46). Menurut Collins dan
Raven (dalam Jalaluddin, 2005:164), bahwa kohesi kelompok sebagai kekuatan yang
mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok yaitu perasaan bahwa orang
bersama-sama dalam kelompok (Ahmadi, 2007 :108).
Menurut Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai
sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota
kelompok tersebut.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1. Ketertarikan pada kelompok
termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2. Moral dan tingkatan motivasi
anggota kelompok.
3. Koordinasi dan kerjasama antar
anggota kelompok.
Dari berbagai pengertian tentang kohesivitas
kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok adalah dimana
anggota kelompok saling menyukai satu sama lain, dan bergantung satu sama lain
serta adanya dorongan yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok. Anggota
kelompok dengan kohesi tinggi bersifat kooperatif dan pada umumnya
mempertahankan dan meningkatkan integrasi kelompok, sedangkan pada kelompok
dengan kohesi rendah lebih independen dan kurang memperhatikan anggota lain.
B. Ciri-ciri Kohesi Kelompok
Menurut Purwo Herlianto (20131:29) dalam
penelitiannya mengenai kohesi kelompok dapat
disimpulkan ciri-ciri kohesivitas kelompok antara lain :
1. Mempunyai komitmen yang tinggi
dari masing-masing anggota terhadap kepentingan kelompok.
2. Adanya interaksi yang banyak dan
terus menerus pada semua anggota kelompok.
3. Adanya ketertarikan antar anggota
di dalam kelompok
4. Lebih produktif dalam mencapai
tujuan kelompok
5. Lebih terbuka antar anggota
kelompok dengan intensnya komunikasi di dalam kelompok
6. Semakin patuh terhadap
norma-norma di dalam kelompok.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kohesi kelompok
Dalam prakteknya kohesivitas melibatkan dua dimensi
primer, yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan
dengan individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial.
Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau
anggota yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas antara lain
adalah:
1. Sejumlah usaha yang diperlukan
untuk masuk kelompok, biaya yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan
ketertarikan anggota menjadi lebih besar.
2. Adanya ancaman dari luar atau
kompetensi.
3. Besarnya kelompok, pada kelompok
yang kecil lebih cenderung kohesif.
Mengenai kelompok yang rendah kohesivitasnya
dipastikan tidak memiliki keterikatan interpersonal di antara anggotanya.
Kelompok dapat menarik individu disebabkan oleh adanya :
1. Tujuan kelompok dan anggota saling
mengisi dan spesifikasi yang jelas
2. Kelompok memiliki pemimpin yang
kharismatik
3. Reputasi kelompok tampak yaitu
keberhasilan mencapai tujuan
4. Jumlah anggota kelompok kecil,
sehingga memungkinkan anggota berpendapat, mendengar, dan evaluasi
5. Anggota saling mendukung dan
menolong satu sama lain untuk mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya
terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan
cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
D. Definisi Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Dalam prakteknya, sering
diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal pengertian tersebut
berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan
adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Kepemimpinan
membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan
dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Beberapa teori telah dikemukakan para ahli manajemen mengenai timbulnya
seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Ada tiga
teori yang paling menonjol yaitu sebagai berikut :
Teori Genetis
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan
“leader are born and not made”. Penganut teori ini mengatakan bahwa seorang
pemimpin ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun
seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi
pemimpin.
Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are
born and not made”, maka penganut social mengatakan sebaliknya yaitu
“leaders are made and not born”.Penganut teori ini berpendapat bahwa
setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan
kesempatan untuk itu.
Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori
genetis danteori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa
seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya
telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Teori ini menggabungkan segi-segi
positif dari kedateorigenetis dan teorisosial dan dapat dikatakan teori yang
paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang
jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti
apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Beberapa ahli berpendapat tentang Pemimpin,
beberapa diantaranya :
Menurut Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah
mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol
para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi
demi mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama
harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang
yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib
dan ide ketuhanan yang berlainan.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah
seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak
lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Sedangakan menurut Pancasila, Pemimpin harus
bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya.
Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang
dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang
yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga
tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen. Ketiga
tingkatan tersebut adalah :
Manager puncak (Top Manager)
Manager menengah (Middle Manager)
Manager bawahan (Lower Manager/Supervisor)
E. Tipe-tipe Kepemimpinan
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai,
harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu sebagai berikut :
1) Tipe kepemimpinan otokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena
dia menganggap dialah yang paling benar.
Selalu bergantung pada kekuasaan formal.
Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe otokratis tersebut di atas
dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena
tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
2) Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yag dimaksud dengan seorang
pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi
militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah
mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.
Senang kepada formalitas yang berlebihan.
Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan.
Tidak mau menerima kritik dari bawahan.
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpinmiliteristis jelaslah
bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3) Tipe kepemimpinan fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathernalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu
bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpinan seperti ini menggunakan
pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan.
Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan bersifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin fathernalistis dapat dikemukakan
sebagai berikut :
Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
Bersikap terlalu melindungi bawahan.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
inisiatif daya kreasi.
Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat
diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin
fathernalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.
4) Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil
menemukn sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Yang diketahui
ialah tipe pemimpin seperti inimempunyai daya tarik yang amat besar, dan
karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan
tentang faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan
gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan,
profil, pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria
tipe pemimpin karismatis.
5) Tipe kepemimpinan demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan
demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan
karena tipe kepemimpinan ini selalu mendcahulukan kelompok dibandingkan dengan
kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut
:
Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak pada pendapat
bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.
Mentolelir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada
bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas,
inisiatif dan prakarsa dari bawahan.
Lebih menitikberatkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis,
jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
F. Masalah-masalah dalam kepemimpinan
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah.
Serangkaian masalah tidak lah boleh di diamkan. Setiap masalah yang muncul
haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan
mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi,
dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk
melakukansesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi ,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang
positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment,
berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya :
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa
saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang
berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa
manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga
keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa
dan tanggung- jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang
diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai
orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli
menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan
apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para
pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang-orang sibuk dan mendesak mereka
untuk berproduksi.Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi
konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
sebagai berikut :
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf
kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut.
Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan
apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya
dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal
teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat
dengan anda.
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila
staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita
dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri.
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata,
tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang
pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi
pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu
kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka
makin kuat pula yang dipimpin.Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang
mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas
sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin
bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatanpribadinya. Maka
jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah
diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah
diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka
sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan
menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain
tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa
mengendalikan diri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kohesivitas
kelompok secara umum dapat dijelaskan bagaimana anggota saling berusaha untuk
selalu membentuk ikatan emosional, akrab, dan solid sehingga dapat mempertahankan
anggota tetap berada dalam kelompok. Untuk lebih jelas dalam melihat pengertian
kohesi terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
kohesivitas. Kohesi kelompok ialah bagaimana para anggota kelompok saling
menyukai dan saling mencintai satu dengan yang lainnya (Walgito,
2007:46). Menurut Collins dan Raven (dalam Jalaluddin, 2005:164), bahwa
kohesi kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap
tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi
kelompok yaitu perasaan bahwa orang bersama-sama dalam kelompok
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk
mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan
sesuatu. Seseorang dikatakan sebagai pemimpin apabila dia mempunyai pengikut
atau bawahan. Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan
yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk jadi pemimpin bukan hanya berdasarkan
suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Semakin tinggi kedudukan
seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan
berfikir secara konsepsional dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang
dalam organisasi maka ia akan semakin generalist, sedangkan semakin rendah
kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out).
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar