Rabu, 13 Desember 2017

PENDEKATAN PSIKOLOGI OLAHRAGA

KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas makalah Psikologi olahraga dapat terselasaikan dengan baik dan tepat waktu.
            Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak dapat terselesaikan, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih  kepada teman teman yang turut membantu sehingga makalah ini dapat terselaikan dengan baik.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
                        Makassar,  09 oktober 2017
                    Kelompok 3
KATA PENGANTAR                                                                                i


DAFTAR ISI                                                                            ii
BAB I: PENDAHULUAN   
A.   Latar Belakang                                                                    1
B.   Rumusan Masalah                                                              3
C.   Tujuan Penelitian                                                                3
D.   Manfaat Penelitian                                                              3
BAB II:  PEMBAHASAN
A.   Pengertian Psikologi                                                          4
B.   Pengertian Olahraga                                                          6
C.   Model pendekatan psikologi penjas                           7
BAB III: Penutup
A.   Kesimpulan                                                                       10
B.   Saran                                                                                  10
DAFTAR PUSTAKA                                                                12
                                                                            BAB I


PENDAHULUAN
I.I. Latar belakang
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut. Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan “psikotes”, dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.
1.2     Rumuasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah yang berjudul Pendekatan psikologi olahraga adalah :
a.   Bagaimana pengertian psikologi ?
b.   Bagaimana pengertian olahraga ?
c.   Bagaimana model pendekatan psikologi olahraga ? 
1.3      Tujuan Penulisan
       Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah yang berjudul pendekatan psikologi olahraga adalah :
a.      Untuk mengetahui pengertian psikologi
b.      Untuk mengetahui pengertian olahraga.
c.      Untuk mengetahui model pendekatan psikologi olahraga
1.4     Manfaat Penulisan
           Manfaat yang akan dicapai dalam penulisan makalah yang berjudul pendekatan psikologi olahraga adalah:
1.    Menjelaskan pengertian psikologi
2.    Menjelaskan pengertian olahraga
3.    Mengetahui model pendekatan psikologi olahraga                     

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Psikologi
Secara etimologis “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani: Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam bahasa arab psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”. Yang belakangan kemudian dikembangkan menjadi satu ilmu bernama “Nafsiologi”. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”.
Secara terminologi (menurut istilah pengetahuannya) Psikologi adalah “Ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan jiwa, hakekatnya, asal usulnya, proses bekerjanya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Psikologi dapat diartikan pula dengan “Ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan jiwa, hakekatnya, asal usulnya, proses bekerjanya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Psikologi dapat diartikan pula dengan “Ilmu yang mempelajari prilaku manusia atau tingkah laku manusia”. Setelah Psikologi berkembang luas dan dituntut mempunyai ciri-ciri sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, maka “Jiwa” dipandang terlalu abstrak. Ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dan dicatat dan diukur. Dan ternyata perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat dan diukur. Meskipun demikian, arti perilaku ini diperluas tidak hanya mencakup perilaku “kasat mata” seperti : makan, membunuh, menangis dan lain-lain, tetapi juga mencakup perilaku “tidak kasat mata” seperti : fantasi, motivasi, contoh (mengapa membunuh?), atau proses yang terjadi pada waktu seseorang tidak bergerak (tidur) dan lain-lain.
“Prilaku” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati langsung.
2. Prilaku mengenal berbagai tingkatan. Ada prilaku sederhana dan Stereotip seperti prilaku binatang satu sel, ada juga prilaku yang kompleks seperti dalam prilaku sosial manusia. Ada prilaku yang sederhana seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental-fisiologis yang lebih tinggi.
3. Prilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah: Kognitif, afektif dan psikomotorik, masing-masing merujuk pada yang sifatnya rasional, emosional, dan gerakan-gerakan fisik dalam berprilaku.
4. Prilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita ternyata pada diri sendiri mengapa kita berprilaku seperti itu.
2.    Pengertian Olahraga
Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang setelah olahraga. “Olahraga” datang dari bhs Perancis Kuno desport yang bermakna “kesenangan”, serta pengertian berbahasa Inggris tertua ditemukan seputar th. 1300 yakni “segala hal yang mengasyikkan serta menghibur untuk manusia”. Olahraga adalah satu diantara sumber utama dari hiburan karenanya ada pendukung olahraga yang umumnya terbagi dalam beberapa besar orang dan bisa disiarkan lebih luas lagi lewat tayangan olahraga.

Olahraga adalah kesibukan yang benar-benar utama untuk menjaga kesehatan seorang. Olahraga juga adalah satu diantara cara utama untuk mereduksi stress. Olahraga juga adalah satu tingkah laku aktif yang menggiatkan metabolisme serta memengaruhi manfaat kelenjar didalam badan untuk menghasilkan system kekebalan badan dalam usaha menjaga badan dari masalah penyakit dan stress. Oleh karenanya, benar-benar disarankan pada tiap-tiap orang untuk lakukan aktivitas olahraga dengan cara teratur serta tersetruktur dengan baik.
Manfaat olahraga bagi tubuh manusia dapat membantu melindungi dari penyakit seperti stroke, jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, osteoporosis, nyeri punggung, dan dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stress selain dari manfaat yang telah di sebutkan di atas, olahraga juga bisa membentuk otot- otot yang ada di dalam tubuh manusia baik yang menginginkan bentuk tubuh yang berotot juga bisa menjaga stamina tubuh agar selalu fit.

Agar manfaat yang dicapai lebih maksimal, para ahli merekomendasikan untuk melakukan 20 sampai 30 menit aktivitas aerobik tiga kali atau lebih dalam seminggu serta berbagai kegiatan olahraga lainnya untuk menguatkan otot dan peregangan setidaknya dua kali seminggu. Namun, jika tidak bisa melakukan kegiatan berolahraga setiap hari bisa menggantinya dengan melakukan kegiatan sehari-hari dengan mengumpulkan 30 menit atau lebih dengan melakukan kegiatan mengepel.
3.    Model Pendekatan Psikologi Olahraga
Untuk memahami gejala-gejala psikologik yang terjadi dalam olahraga dapat dilakukan beberapa pendekatan, mengingat situasi aktivitas olahraga bersifat unik yang menggiring guru, pelatih dan pembina olahraga menunjukan perilaku-perilaku khusus yang berbeda dengan perilaku individu yang tidak berolahraga. Dengan begitu perlu dilakukan pendekatan-pendekatan antara lain pendekatan individual, sosiologik-interaktif, multi dimensional dan pendekatan sistem.
1.    Pendekatan individual
Pendekatan individual adalah pendekatan dalam penerapan psikologi olahraga yang didasarkan pada pandangan dan fakta yang menunjukan bahwa setiap individu berbeda dari yang lainnya (individual differences). Setiap individu memiliki bakat, motif, sikap, emosi yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan perilaku dalam olahraga, spektrum diferensiasi setiap individu dan beragamnya perbedaan tuntutan setiap cabang olahraga, misalnya dalam tuntutan kondisi fisik, keuletan, semangat kompetisi, tingkat konsentrasi, ketenangan dll kerap kali menuntut perilaku berolahraga seorang individu bersifat khusus. Untuk itu, guru, pelatih dan pembina olahraga dituntut mengenal sebaik-baiknya sifat-sifat kejiwaan siswa, atlet atau individu masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga.
2.    Pendekatan Sosiologik-Interaktif
Pendekatan sosiologik-interaktif adalah sebuah pendekatan dalam penerapan psikologi olahraga yang didasarkan pada premis pokok tentang eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Eksistensi yang menghubungkan pribadinya dengan orang lain dan lingkungan sosial sekitarnya untuk berinteraksi satu sama lain, baik sesama siswa/atlet, siswa/atlet dengan guru/pelatih, siswa/atlet dengan lingkungannya, ataupun kelompok dengan kelompok lainnya berdasarkan faktor eksternal disekitarnya yang menstimulasinya.
3.    Pendekatan Multidimensional
Pendekatan multi dimensional merupakan pendekatan yang beranjak dari pandangan dan kenyataan bahwa penampilan olahraga terkait dan mengait dimensi yang lebi luas (ekstern) yaitu, dimensi sosial budaya, ekonomi, politik, dll. Sejumlah hasil penelitian di bidang sosiologi olahraga menuatkan pandangan bahwa ada hubungan timbal balik antara penampilan olahraga dengan dimensi sosial budaya, ekonomi, politik, dll. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan multi dimensional adalah pendekatan dalam penerapan psikologi olahraga yang didasarkan pada pandangan dan fakta bahwa aktivitas olahraga berhubungan dengan aspek sosial budaya, ekonomi, politik, antropologi, dll.
4.    Pendekatan sistem
Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan yang beranjak dari pandangan mengenai pentingnya potimalisasi dan maksimalisasi pemanfaatan semua komponen pembinaan olahraga, seperti dana, fasilitas, sarana prasarana, program pembinaan, lingkungan atau iklim pembinaan, organisasi pengelola, dll.

BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
a. Pendekatan individu. Pendekatan yang dilakukan untuk membina anak didik/atlet, dan untuk memilih atlet berbakat.
b. Pendekatan sosiologi. Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan olahraga ketika anak didik/atlet berinteraksi dengan anggota tim, pelatih, pembina, lawan bertanding, dan penonton.
c. Pendekatan interaktif. Pendekatan yang dilakukan saat memperhatikan proses dan produk interaksi interpersonal, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan lingkungannya.
d. Pendekatan multidimensional. Pendekatan yang dilakukan dalam usaha pembinaan olahraga. Yakni pendekatan pada atlet, pelatih, sarana, fasilitas, program latihan dan lingkungannya.
e.Pendekatan system. Pendekatan yang memperhatikan dan memanfaatkan seluruh komponen/factor pembinaan sebagai kesatuan untuk mencapai tujuan.
B.   SARAN
Saya sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran-saran dan kritikan bagi para pembaca yang kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
A.   Prof. Dr. D.Gunarsa Singgih dkk. (1989). Psikologi olahraga. Cet I, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
B.   Dr. H. Sukirno.  (2014). Psikologi Olahraga dan Kepelatihan. Cet. I, Palembang: Unsri Press.
C.   Sardiman, A.M. (2001). Interkasi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Cet. IX, Jakarta: Raja grafindo Persada.
D.   Vallerand, R. J. (2004). Intrinsic and Extrinsic Motivation in Sport.  Encyclopedia of Applied Psychology, Vol. 2

Rabu, 06 Desember 2017

STRATEGI DAN MOTIVASI OLAHRAGA




KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Pemurah,karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat diselesaikan sesuaiyang diharapkan. Dalammakalah ini kami membahas “kohesivitas kelompokdan kepemimpinan”.
Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas  mata kuliah “Psikologi Pendidikan Jasmani”. Atas dukungan moral dan materi , maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dr. Benny Badaru S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan jasmani.
2.      Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini belum sempurna oleh karena itu saran dan kritikyang membangun dari rekan-rekan pembaca dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Makassar,12 Oktober 2017
DAFTAR ISI
Halaman judul..................................................................................    
Kata Pengantar................................................................................    i
Daftar Isi..........................................................................................    ii
                       BAB I
..... A.    Latar Belakang...........................................................................    3
..... B.     Rumusan Masalah......................................................................   4
                       BAB II
    A Apa yang dimaksud emosi    ...........................................................    6
    B.   pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi……………………8           
    C. Bagaimana pengendalian emosi untuk meraih prestasi…………… 18     
                     BAB III
   A.    Kesimpulan dan saran...................................................................    21
                     DAFTAR PUSTAKA                                                                                                       

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Dalam kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Tidak jarang kita juga mendengarkan berita-berita yang beredar dalam dunia olahraga tentang tawuran antar pemain sepakbola, pemukulan terhadap wasit sehingga insan olahraga yang seharusnya menjunjung rasa sportifitas yang tinggi harus menerima sangsi hingga larangan untuk bermain. Alangkah sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang meluap-luap.
Beberapa kejadian buruk diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa? Apa dampak positif dan negatif emosi dalam dunia olahraga? Dan bagaimna cara melakukan pengelolaan emosi untuk mampu meraih sebuah prestasi? Untuk memperjelas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul itu dalam makalah ini  akan dibahas lebih lanjut pada bab berikut tentang apa definisi emosi, dampak emosi dalam olahraga dan bagaimana pengelolaan emosi itu.
1.2  Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih dahulu  masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan emosi?
2.      Apa pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga?
3.      Bagaimana pengendalian emosi untuk meraih prestasi?
1.3  Tujuan
Sebagaimana kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka hasil laporan akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam laporan ini, penulis ingin mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahuiapa yang dimaksud dengan emosi.
2.      Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh positif dan negatif emosi dalam olahraga.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengendalian emosi dalam meraih prestasi.
1.4 Manfaat
1. Untuk Siswa
     Dengan adanya makalah ini diharapkan siswa dapat lebih mengetahui wawasan dan pengatahuan mengenai psikologi khususnya emosi yang hubungannya dengan prestasi olahraga
2. Untuk Guru
     Sehubungan dengan adanya makalah ini diharapkan guru khususnya guru pendidikan jasmani dapat memperdalam lagi tentang psikologi siswanya sehingga tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang definisi emosi adalah suatu tindakan/respon dari rangsangan luar dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
a.       Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
b.   Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
c.   Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
d.  Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
e.   Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.
f.       Terkejut : terkesiap, terkejut.
g.      Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
h.      Malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang
2.2   Pengaruh Positif dan Negatif dari Emosi
2.2.1   Sifat dan Fungsi Emosi
Menurut beberapa ahli sifat dan fungsi emosi antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1.      Emosi memegang peranan penting bagi kehidupan sehat, ekspresi diri, kepemimpinan, dan perkembangan nilai-nilai.
2.      Emosi memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagiindividu. Tetapi kalau emosi terlalu menguasai individu akan berakibat tampaknya tingkah laku yang irrasional, yang akan menyebabkan penganalisaan yang tidak teliti.
3.      Emosi mempengaruhi cara kerja kelenjar-kelenjar yang akibatnya seluruh pribadi dapat terpengaruh baik yang menyangkut cara-cara berfikir, bertindak dalam mengambil suatu keputusan, dan juga sikap mental.
4.      Emosi dapat dirasakan tanpa diketahui dimana tempatnya.
Kalau kita pelajari fungsi dan sifat emosi tersebut di atas, maka tidak mengherankan kalau tindakan seseorang itu juga diwarnai oleh emosi di samping oleh pertimbangan-pertimbangan pikir dan akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sampai beberpa jauh emosi itu dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif dan negtif ?
2.2.2        Dampak positif emosi
            Dampak positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-pengalaman seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik yang bersifat memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman seseorang didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari pengalaman-pengalaman yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tindakan-tindakan berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan emosi dalam batas-batas yang diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan dorongan emosi tanpa menggangu pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam dunia olahraga, pengendalian emosi sangat menentukan dalam pencapaian prestasi.Di dalam dunia olahraga cukup banyak rangsangan-rangsangan yang dapat memacu perkembangan emosi.
Sarat mutlak tergeraknya emosi adalah adanya rangsangan.Sedangkan rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan emosi kalau rangasangan dapat menggerakkan dorongan-dorongan individu.Beberapa jauh efek rangsangan tersebut terhadap emosi sangat tergantung paa sifat dan tempramen serta keadaan individu itu sendiri, di samping juga bergantung pada keteraturan dan kekuatan rangsangan yang memacu emosi tersebut.Pengertian dan pengalaman terhadap situasi sesaat ikut menentukan pula.
Di dalam kegiatan olahraga, pengalaman bertanding sangat menentukan bagi perkembangan emosi.Dengan bertanding olahraga para olahragawan selalu dapat rangsangan-rangsangan emosi yangb beraneka ragam, baik yang datang dari penonton, lawan bertanding ataupun wasit, dan sebagainya. Kadang rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat bagi olahragawan yang lain. Adalah paling baik apabila rangsangan tersebut mampu merangsang emosi setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinngi tanpa kehilangan pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang harus diusahakan oleh seorang pelatih meskipun agak sulit. Kepekaan emosi tidaklah sama. Setiap olahragawan mempunyai kepekaan emosi yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.
2.2.3        Dampak negatif
Dalam kondisi-kondisi tertentu dalam suatu pertandingan atau perlombaan dalam olahraga seperti rasa lelah, ejekan penonton, angka lawan di atas kita dan lainya. Mungkin olahragawan akan mudah sekali menjadi tersinggung, marah-marah, kesal, dan tidak bisa berfikir lagi dengan tenang. Akhirnya tindakan-tindakannya didominasi oleh emosi kemarahannya dibandingankan dengan pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya. Emosi yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif  dalam olahraga antara lain adalah sebagai berikut :
a.   Gelisah
Gelisa adalah gejala takut atau dapat pula dikatakan saraf takut yang masih ringan. Biasanya rasa gelisah ini terjadi pada saat-saat menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa gelisah akan terjadi apabila seseorang itu belum mengalami apa yang akan dilakukanya atau dapat pula terjadi oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang akan dikerjakan atau mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak pastian. Rasa gelisa akan berubah menjadi menggembirakan manakala penyebab rasa gelisah  (pertandingan akan dimainkan) tertunda pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan jalan merasionalisasi emosi, yaitu segala hal yang negative dianggap positif. Hal-hal demikian dapat dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:
1.      Merumuskan persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan sebab kegelisahan secara jelas.
2.      Memperhitungkan segala kemungkinan yang menjadi akibatnya sejak yang paling ringan sampai pada yang paling berat atau paling jelek.
3.      Membuat persiapan untuk menghadapi setiap kemungkinan yang biasanya terjadidengan segala rumus pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun dengan orang lain.
4.      Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah dan serta percaya pada kemampuan diri sendiri.
Dengan cara-cara tersebut di atas dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit demi sedikit bisa dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b.      Takut
Hampir semua orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang menentukan. Takut biasanya berakar pada pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang pengaruhnya pada tingkah laku dan kepribadian seseorang yang membekas sepanjang hidupnya. Takut banyak macam-macamnya,  misalnya takut pada binatang, takut sendirian takut jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan sebagainya.
kegelishan yang menjngkit pada atlit dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya. Rasa takut dapat member pengaruh yang negative atau positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Dlam batas-batas yang masih normal rasa takut akan member pengruh yang positif, karena dengan rasa takut tersebut seseorang akan lebih berhati-hati terhadap apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaiknya mungkin dia lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik jangan dihindari sama sekali, tetapi dikendalikan.misalnya seorang atlit yangtidak memiliki ketakutan terhadap kekalahap keklahan dalam pertandingan yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehenakiny, akhirnya ia akan tersesat oleh perasaan “kalah ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu berat untuk meraih keunggulan nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena dipandang terlalu menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang sama sekali tidak takut jatuh dari pohon, maka sikap hati-hati waktu memanjat pohon akan berurang kalau dibandingkan dengan anak-anak yang takut jatuh. Begitu pula anak yang tidk takut jatuh dri sepeda motor, akan lebih berani dan terlalu berani sewaktu mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi yang kadang-kadang tidak memikirkan kemungkinan adadanya kecelakaan yang dapat ditimbulkan akaibat perbuatannya.
Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang yang tidak diperlukan.akibatnya orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang timbul.
Yang paling baik adalah kalau takut dikendalikan, artinya tidak ditahan, tetapi juga tidak dihilangkan sama sekali. Hal ini memang sulit sampai seberapa jauh takut itu harus dikendalikan, karena kalau salah cepat menjadi hobi.
Dalam dunia olahraga rasa takut kalah di dalam batas-batas normal adalah baik, karena dengan demikian seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan. Melatih diri, berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga / penghematan penghamburan tenaga yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi sekali-sekali jangan menartikan pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.
Menurut beberapa pendapat yang dikumpulkan oleh Reuben B. Frost dari Springfield College mengenai bagaimana harus/menangani masalah takut ini, antara lain diajukan beberapa pendapat sebagai berikut:
1.      Mencoba menemukan dan memahami sebab-sebab terjadi rasa takut.
2.      Mendekati dan mengenali situasi yang di takuti secara sedikit demi sedikit.
3.      Mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ditakuti dengan membuat perencanaan yang pasti dan taktik yang tepat guna.
4.      Menguji dan menganalisa alasan-alasan mengapa sampai terjadi ketakutan. Menolong mencarikan sebab-sebab timbulnya kesulitan-kesulitan yang ditakuti (adakah pengaruh kecelakaan yang dulu-dulu atau memang belum mengenal problimnya).
5.      Menanamkan keakraban antara anggota group dan rasa saling percaya antara anggota (berdiskusi bersama-sama, ngomong-ngomong, menyanyi bersama, dsb.)
6.      Memberikan sugesti bahwa orang-orang yang banyak pengalaman akan selalu memberikan pertolongan kepada yang muda-muda.
7.      Meningkatkan kekuatan dan ketrampilan (skill).
8.      Kerjakan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa takut.
9.      Kebanyakan rasa takut akan lenyap pada waktu kegiatan-kegiatan yang ditakutkan itu telah mulai dilakukan.
c.       Marah
Marah adalah emosi yang sering timbul juga dalam dunia olahraga, dan marah ini pernyataanya selalu dijunjukan pada benda-benda atau orang-orang di sekitarnya dalam bentuk-bentuk yang bersifat agresif dan spontan.
Manifestasi marah bentuknya bermacam-macam bergantung pada taraf pendidikan, kebisaan, umur, dan sebagainya. Marah juga dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa yang tidak mungkin dapat diperbuat oleh orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada saat-saat dia tak marah.
Karena marah juga termasuk emosi, maka seseorang yang sedang marah sudah jelas akan kehilangan pertimbangan-pertimbangan akalnya sehingga orang yang sedang marah itu tidak mungkin lagi untuk mengerjakan hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian. Begitu pula dalam kehidupan berolahraga, terutama dalam pertandingan-pertandingan, banyak sekali rangsangan-rangsangan yang memancing kemarahan para olahragawan yang sedang bertanding, sehingga mengakibatkan tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu menjadi lebih agresif, spontan, kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga berkurang. Karena ketelitiannya hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang dapat mencelakakan atau merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain bola volley keinginannya juga hanya bermain keras saja artinya dia ingin men-smash bola sekeras-kerasnya, syukur-syukur kalau tangan yang men-block itu cidera karena akibat dari kerasnya smash yang dilakukan, misalnya jari tangan lawan itu dapat tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola kearah tempat-tempat yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia belum merasa puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula tindakan-tindakannya atau usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan emosi amarahnya dan jauh dari pertandingan akalnya.
Karena sifat marah memerlukan spontanitas dan ditunjukkan dalam bentuk-bentuk agresifitas, maka jalan paling baik adalah jika atlit-atlit tersebut dapat dapat menghambat spontanitasnya dan mengurangi sikap agresifitasnya. Artinya menanggapi kemarahan itu dengan sikap-sikap yang baik atau positif. Kalau dalam olahraga yang ada time-out, lebih baik diambil time-out terlebih dahulu agar spontanitas kemarahan itu tertunda pelaksanaanya. Meskipun hanya beberapa detik, biasanya sudah cukup untuk mengurangi derajat kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang marah dapat mengatasi kemarahanya dengan cara mengambil nafas dalam-dalam beberapa kali dengan menghitung sampai beberapa puluh atau menghadapi kemarahan itu dengan senyum untuk mengurangi kemarahan tersebut.
Dalam pertandingan-pertandingan adalah sukar untuk dapat menghilangkan sumber darai kemarahan, sebab dalam dunia olahraga kadang-kadang memancing kemarahan lawan adalah disengaja dengan harapan kalau lawan itu sudah tidak sadar lagi, akibatnya dia ingin tetapi main keras yang dapat mengakibatkan banyaknya energy yang harus dikeluarkan sehingga pada suatu saat dia kehabisan tenaga dapat dengan mudah untuk dikalahkan.hal-hal seperti diatas harus disadari , dimengerti dan disadari oleh para olahragawan, jangan sampai dia kena pancing siasat lawan untuk menjadi marah. Ingat marah memang dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa, tetapi jangan sampai mengakibatkan hilangnya pertimbangan akal dalam menyalurkan timbulnya tenaga tersebut.
Manfaat tenaga itu untuk usaha-usaha yang produktif. Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemarahan perlu dicari bagaimana jalan meredahkan kemarahan yang terjadi. Hal ini dapat diusahakan antara lain dengan cara:
1.      Menghambat spontanitas tindakan kemarahan
2.      Mengurangi agresifitas tindakan kemarahan.
3.      Menanggapi kemarahan dengan tindakan-tindakan atau usaha yang positif.
4.      Melupakan atau menghilangkan/menghindari sumber kemarahan.
2.3      Pengendalian Emosi kunci Meraih Prestasi
Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain.
Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
            Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, mendivinisikan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins dalam Awaken the Giant Within menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan.            Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ) semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.
Emosinya merupakan sumber kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya kelemahannya merupakan kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya dengan baik.
Lantas timbul satu pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.
1.          Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2.          Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3.          Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4.          Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5.          Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dengan kelima hal inilah maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu. Kita mampu mengelola emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri. Contohnya, seorang Peter Gade yang mampu mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan karena sering disepelekan karena usianya yang sudah tua) menjadi pemicunya dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si pecundang tua yang dapat disepelekan dalam TUC kemarin.
Tetapi yang tak boleh dilupakan, sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindarkan diri untuk berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam hal ini dengan kemampuan menggunakan emosi sebagai pembawa informasi, kita bisa melihat sisi, kadar intensitas emosi orang lain yang muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun bahasa tubuh yang dipakainya. Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka bisa diupayakan tindakan kontra reaksi dari emosi orang tersebut.
Umpamanya, jika kita lihat ada gejala mitra atau lawan bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi dengan dengan berbicara yang bersifat menetralkan perasaan orang tersebut. Setelah kita pahami masalah emosi diri maupun emosi orang lain, maka secara mudah kita menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Sehingga diharapkan muncul pribadi yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan peka terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga dengan mudah menyiapkan strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.

BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Emosi dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pengaruh posifif dari emosi adalah memiliki semangat yang tinggi, energi lebih untuk beraktifitas dan motivasi diri.Semua hal tersebut sangat berpengaruh tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat.Pengaruh negatif dari emosi adalah gelisah, takut, dan marah.
            Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Daniel Goleman pada 1995 mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.
 Adapun cara untuk mengelola emosi adalah sebagai berikut :
1.      Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2.      Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3.      Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4.      Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5.       Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
3.2              Saran
Emosi dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Bagi para olahragawan harus memiliki kekayaan pengalam, pengertian dan pengetahuan yang baik agar emosi dapat dikelola dengan baik agar memperoleh hasil yang positif berupa semangat juang yang tinggi, energi tambahan dan memacu motivasi diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar