Kamis, 16 November 2017

Laporan Pertanggung Jawaban NRA CAVING Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng


LEMBAR PERSETUJUAN


Disetujui untuk ujian Laporan Pengambilan Nomor Registrasi Anggota dan Slayer KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG Angkatan V dengan kategori Susur Gua di Gua Salukang kallang.



Makassar, 14 Oktober 2016





PENDAMPING


MUJAHIDIN        ( ............................ )
LEMBAR PENGESAHAN

Pengambilan Nomor Registrasi Angkatan dan Slayer KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG ANGKATAN V dengan Kategori SUSUR GUA di Gua Salukangkallang.

Disahkan oleh :
Pengurus KAPAS
Periode 2016 – 2017
Ketua Umum
        

ANDRI SAPUTRA
NRA.III.KAPAS.14.SG-SLK.041


PEMBINA                        : ERWIN YAMIN, S.Pd., Gr         ( ............................. )
PENDAMPING                : MUJAHIDIN                               ( ............................. )
STEERING COMMITE   : SUTI DIRHAMSAH, S.Sos        ( ............................. )
                                           : MASKUR                                     ( ............................. )
                                           : AGUSRIADI                               ( ............................. )
                                           : FIRMAN.S                                   ( ............................. )
                                           : ASWANDI                                   ( ............................. )
PENGUJI                          : MANSUR SYAH N                     ( ............................. )
                                           : HERIYATI                                   ( ............................. )




KODE ETIK PENCINTA ALAM


1.      PENCINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA.

2.      PENCINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR.

3.      PENCINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA SEGENAP PENCINTA ALAM INDONESIA SAUDARA SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA.


SEMBOYANG

1.         JANGAN MENGAMBIL SESUATU KECUALI WAKTU
2.         JANGAN MENINGGALKAN SESUATU KECUALI JEJAK
3.         JANGAN MEMBUNUH SESUATU KECUALI WAKTU










MOTTO
TINDAKAN HARUS BERSUARA LEBIH NYARING DARI PADA KATA – KATA
GUA MEMANG GELAP DAN MEMILIKI BERIBU KEINDAHAN ITU BERNILAI DARI PADA HATI YANG GELAP TANPA PERJUANGAN.
ABSTRAK


YENNI OKTAVIA, MEGAWATI, ASLINDA PUTRI, RISMAN. LAPORAN PENGAMBILAN NOMOR REGISTRASI ANGGOTA DAN SLAYER KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG ANGKATAN V DENGAN KATEGORI SUSUR GUA DI DUA SALUKANGKALLANG.

Penelitian ini bertujuan diantaranya untuk memenuhi salah satu syarat untuk menjadi Anggota Penuh KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG Angkatan IV sesuai yang tercantum didalam aturan kelembagaan, mengkaji lebih dalam baik dari segi histori, keadaan alam maupun budaya dalam kehidupan masyarakat di sekitar gua salukangkallang.

Terima kasih kami panjatkan atas segala rahmat dan hidayah sehingga kami mampu menyelesaikan prosesi pengambilan Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer Di Gua Salukangkallang desa Kappang Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.

Dengan dilakukan prosesi pengambilan Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer Di Gua Salukangkallang, hobi serta serta bakat dalam hal susur gua yang dimiliki oleh peserta dapat tersalurkan. Begitupula terhadap rasa kecintaan pada alam terkhusus dalam penyelusuran gua semakin bertambah.
Dengan terselesainya prosesi pengambilan Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng, adanya data-data yang dikumpulkan sebagai bentuk hasil serta dokumentasi kepada teman-teman sesama pencinta alam lainnya sebagai bahan acuan dan referensi. Meski kami akui bahwa data yang kami peroleh belum sepenuhnya lengkap dan kapan saja bisa bertambah.


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga kami dapat menyusun karya ilmiah ini dapat terselesainya dengan baik meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan mengenai “Pengambilan Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk menambah kelengkapan dan kesempurnaan laporan ini kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun.
Atas terselesainya laporan ini, kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas dukungan, bantuan kerjasama semua pihak, khususnya :
1.    Kanda Pendiri Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng.
2.    Angkatan I, II dan III.
3.    Teristimewa kami ucapkan kepada kedua orang tua kami dan keluarga.
Agar kiranya semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan ini senantiasa mendapat berkah da rahmat dari ALLAH SWT . semoga laporan ini dapat bermanfaat dan sebagai bahan informasi bagi para pembaca.
Amin....
Makassar, 9 Oktober 2016
                                    Penyusun


DAFTAR TABEL

Nomor                                                                                                          Halaman
1.         Tabel Data Hasil Penelian ....................................................................    77
2.         Tabel Logistik .....................................................................................    79
3.         Tabel Perlengkapan Kelompok ............................................................    81
4.         Tabel perlengkapan Pribadi .................................................................    83
5.         Tabel Perlengkapan Alat Penelitian ......................................................    85
6.         Tabel Laporan Keuangan ....................................................................    86


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
KODE ETIK PENCINTA ALAM INDONESIA
KODE ETIK LINGKUNGAN HIDUP
MOTTO
ABSTRAK .................................................................................................       i
KATA PENGANTAR ................................................................................     iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................     iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................      v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................    vii
BAB I      PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ........................................................................      1
B.   Tujuan Penelitian ......................................................................      2
C.  Gambar Umum Kegiatan .........................................................      2
D.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..............................................      3
BAB II    DATA DAN INFORMASI
A.       Sekilas Tentang Gua Salukangkallang ....................................      4
B.        Materi Penunjang Perjalanan .................................................      7
C.       Perizinan ...............................................................................    58
D.       Kebudayaan Setempat ..........................................................    58
BAB III   STRUKTUR PERSIAPAN PERJALANAN
A.       Struktur dan Personil .............................................................    59
B.        Uraian Tugas .........................................................................    59
BAB IV   PELAKSANAAN KEGIATAN
A.     Jurnal Kegiatan .....................................................................    60
B.     Operasi Perjalanan ................................................................    60
C.     Kronologi Perjalanan .............................................................    61
D.     Transportasi ..........................................................................    69
E.      Logistik .................................................................................    69
F.      Daftar Perlengkapan Kelompok ............................................    71
G.     Daftar Perlengkapan Pribadi ..................................................    73
H.     Daftar Alat Penelitian .............................................................    75
I.        Daftar Pengeluaran Keuangan ................................................    76
BAB V     PENUTUP
A.       Evaluasi ................................................................................    81
B.        Kesimpulan ...........................................................................    82
C.       Saran ....................................................................................    82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................    83
LAMPIRAN ...............................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................


DAFTAR GAMBAR

Nomor                                                                                                          Halaman
1.         Pemetaan Pengukuran Gua ..................................................................    68
2.         Dokumentasi perjalanan .......................................................................    61
3.         Dokumen Riwayat Hidup Peserta ........................................................       
 
   
BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Proses datang dan pergi dalam sebuah lembaga merupakan suatu siklus yang akan terjadi selama dalam lembaga tersebut berlangsung sebuah regenerasi. Regenerasi yang akan melahirkan generasi baru untuk menggantikan generasi yang lama. Proses ini idealnya dilakukan oleh generasi yang telah lebih dulu bergabung dalam lembaga itu, dengan membekali generasi yang baru dengan kesiapan-kesiapan dalam rangka menghadapi dunia organisasi. Kesiapan-kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan mental yang meliputi intelektual, emosional, dan spiritual serta jiwa persaudaraan dan kekeluargaan dalam Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng
Sebuah perencanaan yang terstruktural dalam satu visi misi kelembagaan menuju transformasi  merupakan sebuah wujud dan cita – cita semua lembaga. Kemampuan dari setiap individu yang akan mengawal lembaga tersebut pasti akan berbeda namun visi misi lembaga tersebut  yang akan menampung setiap aspirasi setiap indivudu yang berbeda karakter. Mahasiswa dengan segala potensi yang dimiliki tentu bukan hal baru jika kemudian mencapai kesempurnaan dan pencapaian visi misi tersebut, yang kemudian mendorong kami dalam mahasiswa olahraga pencinta alam dengan tujuan yang lebih mengedepankan nilai – nilai kebersamaan dengan tingkat solidaritas yang tinggi.
Dalam konteks internal lembaga kepencinta alaman mengharuskan anggota memiliki kemampuan yang spesifik dan profesional dalam pengembangan sumber daya manusia yang merupakan tolak ukur dari pengaplikasian ilmu kepecintaalaman guna mengawal dan menjalankan visi misi kelembagaan.
Berangkat dari pemikiran tersebut maka kami sebagai anggota muda KAPAS (Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng) angkatan IV ingin meneruskan tongkat estafet yang telah dijalankan para pendahulu kami dan salah satu langkah awalnya adalah sebuah proses pengambilan nomor registrasi anggota yang merupakan salah satu persyaratan untuk menjadi anggota penuh.

B.            Tujuan Penelitian
1.    Untuk bisa menjadi anggota penuh KAPAS (Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng).
2.    Menanamkan rasa peduli dan tanggung jawab terhadap lembaga pencinta alam
3.    Untuk mensyukuri salah satu keindahan alam dari Sang Pencipta
4.    Sebagai salah  satu  proses pembelajaran dan penelitian.
5.    Untuk menyalurkan minat dan bakat kami akan kepencintaalaman khususnya kegiatan penelusuran gua.

C.           Gambaran Umum Kegiatan
Berdasarkan tujuan kegiatan pengambilan Nomor Registrasi Anggota, maka gambaran umum kegiatan adalah sebagai berikut:
1.    Penelitian dilaksanakan di gua salukang kallang, Maros
2.    Jenis gua yang akan diteliti memiliki karakter vertikal horizontal
3.    Mengukur kedalaman gua sebagai bentuk penelitian

D.           Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pengambilan Nomor Registrasi Anggota dan Slayer akan dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 25 September 2016 di Gua Salukang Kallang desa Labuaja Kec.Cenrana Kab. Maros.

      4
BAB II
DATA DAN INFORMASI

A.  Sekilas tentang Gua Salukang Kallang
1.    Gua Salukangkallang   
Kekayaan alam Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Maros, selama ini memang terkenal dengan gugusan gunung karstnya. Suguhan barisan tebing yang menjulang indah tersebut kerap diistilahkan The Spectacular Tower Karst, yang memiliki Khazanah alam bawah tanah atau gua. Tidak hanya itu, gua terindah di Indonesia pun terletak di daerah ni, tepatnya di Desa Labuaja. Keindahan panorama bawah tanah dan guanya sangat memukau sehingga dijuluki sebagai surga alam bawah tanah. Gua yang dimaksud tersebut adalah Salukang Kallang.
Gua Salukang Kallang merupakan Gua horizontal dengan panjang lebih kurang 27 kilometer ini menjadikan Salukang Kallang sebagai gua terpanjang di Indonesia. Gua ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang dikelola dan dilindungi pemerintah.Letaknya di jalan poros antar kota Makassar dan kabupaten Bone. Jarak lokasi goa dengan kota Maros sekitar 25 kilometer atau dapat ditempuh kurang dari satu jam perjalanan sambil menikmati pemandangan sawah dan pepohonan liar yang tumbuh di sepanjang jalan.
Setiba di area gua, anda bisa memarkirkan kendaraan di pinggir jalan atau menitipkannya diwarung dan rumah penduduk. Dari sini masih butuh perjalanan lebih kurang satu kilometer lagi untuk menemukan mulut goa. Anda pun harus berhati-hati dan teliti dalam menemukan rute jalan kaki. Mulut gowa Salukang Kallang sangat kecil hanya berdiameter kurang lebih 50 cm di kedalaman kurang lebih 10 meter sehingga membutuhkan peralatan panjat tebing (Rapling) untuk meraihnya.
Terdapat berbagai macam ornament yang tersusun rapi dan bisa ditemukan dalam penelusuran gua di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung ini. Antara lain adalah gordam, gordin, stalagtit, stalagmite, sodastaw, dan berbagai macam ornament lainya. Mereka berkilauan bagaikan tambang permata. Mereka juga bisa mengeluarkan bunyi indah ketika diketuk. Namun, tetap berhati-hati ketika bermain dengan batu tetes (Dropstone) ini. Jangan sampai merusaknya karena butuh waktu ratusan tahun membentuk gugusan kerucut indah (Sodastraw) di dalam goa. Pembentukan ornament membutuhkan waktu beratus-ratus tahun lamanya agar menjadi indah seperti yang dilihat saat ini. Saat ini keberadaan ornament-ornament tersebut sangat terancam dari kehancuran.
Jika dipelajari lebih dalam, kehidupan didalam goa adalah sesuatu yang sangat unik. Berbagai macam biota goa dapat beradaptasi dan berevolusi menyesuaikan kondisi lingkungannya. Peralatan seperti helm, head lamp dan sepatu boot adalah perlengkapan dasar yang harus dikenakan sebab medan yang ditelusuri seringkali memberikan kejutan. Selain, tidak ada sama sekali sinar matahari yang masuk, lantai goa juga basah dan lembab, serta tekstur langit-langit goa kebanyakan landai dan kasar. Terkadang akan membuat kepala dan punggung cedera jika tidak menggunakan pengaman.
Semakin ke dalam goa tantangan semakin besar, tidak hanya menunduk dan merayap tapi juga berenang menyusuri sungai. Ya.. tepat di tengah-tengah goa terdapat aliran sungai jernih. Sungai bawah tanah ini menjadi pemasok utama ketersediaan air bersih bagi kehidupan warga kabupaten Maros dan sekitarnya. Salukang Kallang diakui para peneliti sebagai goa yang memiliki system air yang baik yaitu sungai Permukaan dasar aliran sungai Bantimurung. Sungai seringkali dijadikan tempat periristirahatan oleh pengunjung yang ingin menginap di dalam goa.
Aliran sungai bawah tanah yang terdapat di goa Sallukang Kallang merupakan sumber air utama yang biasa digunakan sebagai konsumsi. Baik oleh masyarakat Maros ataupun pemerintah kabupaten Maros melalui PDAM Tirta Bantimurung. Keberadaan sungai bawah tanah tersebut patut dijaga kelestariannya. Tidak hanya sistem perguaannya, namun juga vegetasi diatas system perguaan tersebut. Dengan adanya vegetasi yang bagus maka sistem tata air perguaan pun teratur dengan sendirinya. Selain menjadi tempat wisata petualangan, Salukang Kallang biasa dijadikan obyek penelitian dan tempat pelatihan penelusuran goa (Caving). Konon, goa yang terbentuk sejak ribuan tahun lalu ini menjadi tempat tinggal bagi para manusia prasejarah. Disini juga banyak biota dan vegetasi khas menarik untuk dikaji.

2.    Keadaan penduduk sekitar Gua Salukangkallang
Gua Salukangkallang adalah gua yang terletak di kawasan desa wisata Samangki, Kabupaten Maros, provinsi Sulawesi Selatan.Kabupaten ini dikenal dengan keindahan alamnya, banyak gua dan tebing-tebing yang menjulang indah serta berbagai macam-macam peninggalan sejarah dari zaman purba kala.
Aliran sungan bawah tanah yang terdapat di goa Sallukang Kallang merupakan sumber air utama yang biasa digunakan sebagai konsumsi. Baik oleh masyarakat ataupun pemerintah melalui PDAMnya. Keberadaan sungai bawah tanah tersebut patut dijaga kelestariannya. Tidak hanya sistem pergoaannya, namun juga vegetasi diatas system pergoaan tersebut. Dengan adanya vegetasi yang bagus maka sistem tata air pergoaan pun teratur dengan sendirinya dan kebanyakan para penduduk di Desa wisata Samangki masyarakat disini bermata pencaharian sebagai petani dengan memanfaatkan kekayaan yang ada di sekitar mereka misalnya pohon aren, yang bisa menghasilkan  bahan baku pembuatan gula merah, ataupun hanya diolah sebagai minuman tradisional saja (dalam bahasa bugisnya Tua Cenning), dan sebagaian masyarakat yang ada di pinggir jalan raya memanfaatkan untuk menambah penghasilan kesehariannya seperti membuka warung makan ataupun eceran biasa,dan juga membuka usaha pembengkelan.

B.  Materi penunjang perjalanan
1.    Caving
Penelusuran gua atau caving adalah salah satu cabang dari kegiatan alam bebas yang kini mulai banyak digemari di Indonesia. Bentang alam Indonesia yang luas dan memiliki berbagai tipe geografi tanah menjadikan wiliyah negara kita ini banyak memiliki gua-gua alam. "Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang" menurut IUS (International Union of Speleology) tentang definisi dari gua. Sedangkan ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya dinamakan speleologi, yang berasa dari kata Yunani yaitu spalion (gua) dan logos (ilmu).
Speleologi di Indonesia tergolong ilmu yang masih baru dan mulai berkembang sekitar tahun 1980. Sedangkan di Perancis dan Jerman sudah mempelajari ilmu tersebut sejak abad -19. Speleologi adalah ilmu-ilmu yang mempelajari gua-gua. Kata tersebut diambil dari Bahasa Yunani : SPELALION : Gua, LOGOS : ilmu. SPELEOLOGI dapat diartikan secara umum sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya. Sebelum membicarakan Speleologi lebih lanjut , kita perlu mengetahui definisi dari gua : Menurut IUS (International Union of Speleology) yang berkedudukan di Wina, Austria Gua adalah setiap ruangan bawah tanah, yang dapat dimasuki orang Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara didalamnya, yaitu pada saat udara diluar panas maka didalarn gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua di pergunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak diternukan di Pulau Jawa dan pulau pulau lainnya di Indonesia , sebagian besar adalah gua batu gamping atau gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan kini kering (gua fosil) atau di masa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst dibawah permukaan (endo karst phenomena) supava memahami cara-cara gua terbentuk dan bagaimana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam, yang mempunyai nilai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua, atau sebagai sumber air, tanpa mencemarinya.

a.    Sejarah Penelusuran Gua
Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalan peninggalan, berupa sisa makanan, tulang belulang, dan juga lukisan-lukisan, dapat disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang tersebar di benua Eropa, Afrika, dan Amerika.
Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMONT, ahli bedah dari Somerset, England (1674). la seorang ahli tambang dan geologi amatir, tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing) sedalam 20 meter dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3 meter. Serta ketinggian plafon 10 meter, a-3,dan menggunakan penerangan Win. Menurut catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). la mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. la melaporkan penemuan ini pada Royal Society, Lembaga Pengetahuan Inggris. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON JOHANN VALSAVOR dari Slovenia. la mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa, dan melahirkan empat buku setebal 2800 hataman.
JOSEPH NAGEL, pada tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di Kerajaan Austro-Hongaria. Sedangkan wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bemama gua Postojna) tertetak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip Jersinovic mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi penerangan dan pengunjung dikenai biaya masuk. New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk mencari keuntungan. Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa, ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang membeli tanah di sekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika Serikat pada tahun 1838. Dan kini gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia. Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik gua sebagai tempat pemujaan. sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk. Namun semuanya memiliki nilai budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu terhadap gua perluloh didokumentasi dan dihargai sebagai potensi budaya bangsa. Maka Antropotogi juga merupakan bagian dari Speleologi.

b.    Macam dan fungsi Gua
Gua adalah suatu lorong yang terdapat di bawah tanah yang terbentuk karena proses alami dan bisa dilalui oleh manusia, sedangkan gua berlorong kecil disebut sebagai gua mikro. Gua juga dapat terbentuk oleh manusia yang disebut sebagai gua buatan, dan biasa dugunakan sebagai tempat perlindungan. Gua alam berdasarkan letak dan batuan pembentuknya di bedakan menjadi empat, yaitu:
1.    Gua lava. Terbentuk karena kejadian yakni gejala aktivitas vulkanologi yang biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak ditemui ornamen khas gua.
2.    Gua Litoral. Sesuai dengan namanya yang terdapat di daerah pantai, palung laut, atau pada tebbing muara sungai. Terbentuk akibat terpaan ombak pantai sehingga membentuk lorong-lorong yang akhirnya menjadi sebuah gua. Namun untuk menelusuri gua ini, kita harus berhati-hati karena gua biasanya akan terendam oleh air pasang laut.
3.    Gua batu gamping (karst). Gua yang satu ini merupakan jenis gua yang paling banyak kita temui di seluruh dunia, yang prosentasenya mencapai 75% dari gua yang terdapat di seluruh dunia. Terbentuk akibat proses pelarutan batuan kapur akibat aktivitas air. Sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik melalui proses kristalisasi dan pelarutan. Ornamen gua banyak kita temui pada jenis gua ini. Gua pasir, gua batu halit, gua es. Gua jenis sangat jarang untuk kita temui diseluruh dunia. Hanya berkisar 5% dari gua di dunia.
Ø Fungsi gua:
·      Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano)
·      Sebagai tempat perburuan sarang walet atau kelelawar
·      Sebagai obyek wisata
·      Obyek sosial budaya
·      Indikator perubahan lingkungan. Karena gua memiliki kesensitifan pada perubahan lingkungan sekitarnya.
·      Laboratorium ilmiah
·      Gudang air tanah potensial
·      Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua.

c.    Proses terjadinya gua dan ornamen dalam gua
1.    Proses terbentuknya gua
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu  cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah, atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi. Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air,bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan dibawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga mineral- mineral hasil reaksi yang tidak larut dalam air, misalnya kuarsa dan mineral  ‘lempung’ . Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, ditempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, dan variasi-variasi ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tempat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di di tempat yang lebih dalam .rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang lebih kecil dan sempit sekalipun. Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu berlangung. Sedangkan pola rongga  yang terjadi di bwah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek geologis lainnya.
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan tejadinya gu, demikian pula batuan yang memebentuk lereng  curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Gua yang terjadi disini adalah gua laut. Didalam proses pembentukan lorong ada banyak seklai kemungkinan bentuk, termasuk juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem.


2.    Ornament dalam Gua
Berapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama diantaranya:
1.    Stalagtit. Ornamen yang satu ini terbentuk karena  rekahan kecil yang memungkinkan terjadinya tetesan kecil yang mengandung kalsium karbonat. Pada saat itulah terjadi “persipitasi”, sehingga terlepaslah karbon dioksida dan terbentuk endapan bening yang disebut mineral kalsit. Stalagtit tumbuh dari atap gua menuju ke bawah.
2.    Stalagmit. Terbentuk karena tetesan air stalagtit berlebih yang menetes kebawah dan jatuh ke lantai gua dan terakumulasi selama beribu tahun dan membentuk dekorasi sendiri. Dekorasi yang terbentuk di lantai gua ini yang dinamakan stalagmit.
3.    Coloumn atau pilar. Terbentuknya ornamen ini terjadi ketika stalagtit yang berasal dari atap gua menyambung dengan stalagmit yang berasal dari lantai gua yang kemudian membentuk seperti pilar. Sehingga memerlukan waktu berjuta tahun hingga dapat terbentuknya ornamen yang satu ini.
4.    Flowstone. Terbentuk selama milayaran tahun yang disebabkan berjuta tetes air yang mengalir menyelubungi bongkahan batu di dalam gua.
5.    Shawl atau drapery.ornamen ini dinamakan seperti ini karena ornamen ini memiliki tampilan yang hampir sama dengan namanya. Terbentuk dari tetesan air yang mengalir pada dinding gua. Jika kita lihat, kadang ornamen tersebut tembus cahaya dan berwarna-warni akibat kandungan mineral besi yang terkandung di dalamnya.
6.    Helectit. Ukuran dari ornamen ini kecil dan terkesan tidak beraturan. Terkadang cabangnya melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari tetesan
7.    air yang mengalir melalui alur kecil sebagai akibat gaya kapiler. Pembentukan dekorasi ini menyalahi gravitasi bumi.
8.    Cave pearl. Terbentuk pada saat kerikil yang terkena tetesan air dan terus menerus sehingga terselimuti oleh kandungan mineral kalsit. Mutiara gua dapat kita temui menempel pada ornamen lain atau pada dinding dan lantai gua. Akan tetapi cave pearl sulit untuk kita temui.
9.    Aragonit: Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai
10.     Gours: Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung ba]nyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
11.     Marble:  Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur uang unik dari batu tersebut.
12.     Straw : Seperti stalactic tapi diameternya kecil, sebesar tetesan air.
13.     Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
14.     Pearls: Kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
15.     Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat,menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
16.     Couli Flower
17.     Rimstone Poool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.

3.    Etika Penulusuran Gua
a.    Tidak mengambil sesuatu kecuali mengambil potret (Take nothing but picture.)
b.    Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali jejak kaki yang penempatannya hati-hati (Leave nothing but carefully placed footprint)
c.    Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (Kill nothing but time)

d.   Teknik dalam penelusuran gua
1.    Penelusuran Gua Horisontal
Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit. Malah dalam sebuah buku teks disebutkan, apabila badan terasa kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru, beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena terserang penyakit ini.
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
Peralatan pribadi untuk gua horisontal ;
a)    Helm
b)    Caving sling
c)    Cover all
d)   Caving pack sack
Peralatan tim untuk gua horisontal ;
a)    Perahu karet
b)   Tali
c)    Kamera
d)   Kompas
e)    Topofil
Penelusuran Gua Vertikal
Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique (SRT).
SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
Peralatan Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT, dan sedikit alternatifnya.
a.    Peralatan Pribadi
Perlengkapan/4alatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3, yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
b.   Peralatan Naik (ascender)
Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, g memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.
1.    Foot Loop Jammer
Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan, dihubungkan dengan webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada alat ini ditempatkan foot-loop (sling injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini menggunakan gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.
2.    Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga agar badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut Croll yang memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.
c.    Peralatan Turun (Descender)
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan, mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih mudah rusak apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin Descender
Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk menuruni tali pada SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman, kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. Rack
Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur friksi antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan. Rack akan relatif lebih dingin setelah pengunaan jangka panjang.
4. Auto Stop Descender
Auto Stop merupakan alat turun yang paling aman untuk digunakan dalam melakukan SRT. Hal ini karena Auto Stop dilengkapi dengan sistem kunci otomatis, dan dapat dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke harness.
d.   Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan prinsip sama
1. Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam melakukan SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif lain dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp” dapat dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier atau sling.
4. Security Link
Disebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih. Pada kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop jammer dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan webbing.
5. Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness berguna untuk menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar. Alternatif lain memakai sling/chest strap.
6. Main Attachment
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau aluminium. Main attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link, cow’s tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah digunakan carabiner.
7. Cow’s tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu menuruni tali atau menaiki tali. Cow’s tail dapat dibuat dari “climbing rope 11mm”. Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya dibuat figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. “loop” pada bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate karabiner untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan ‘oval screw gate carabiner’.
9. Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. ‘Petzl helmet’ diperlengkapi dengan lampu karbit.
Perlengkapan Tim
1. Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas tali). Cucilah tali setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali di tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor, dan lain-lain.
3. Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle bag), juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk membawa karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor. Untuk mengarungi sungai di dalam gua diperlukan perahu karet khusus.
Tali Temali (Knots)
Merupakan pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpul-simpul yang biasa digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:
1. Bowline
Digunakan untuk membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila mendapat beban. Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat simpul ini,  ujung tali harus overhand knot.
2. Figure of eight
Merupakan simpul yang paling penting karena sering digunakan. Mudah membuatnya dan melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay dan untuk menyambung tali.
3. Tape knot
Simpul ini digunakan untuk menyambung webbing dengan menggabungkan kedua ujungnya. Tidak ada simpul lain untuk keperluan tersebut.
4. Butterfly knot
Berfungsi untuk mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul  ini untuk tali dengan beban vertikal.
5. Prusik knot
Untuk prusikking (naik tali dengan bantuan prusik)
Sistim Anchor
Anchor merupakan sebuah “titik keamanan”. Anchor yang baik, menjamin keselamatan penelusur gua, saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat kembali naik. Dalam verical caving dikenal sistim “back up” dengan menggunakan beberapa titik (point). Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang belay) , guna menghindari gesekan batu. Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan untuk keperluan tertentu, seperti hauling, lowering, rescue dll.
Ada dua macam sistim anchor, yaitu :
1. Anchor Alam (Natural Anchor)
Natural Anchor relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain. Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung menggunakan tali, dengan simpul bowline.


2. Artificial Anchor
Dinding gua biasanya tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat anchor buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan ‘bolt’, sedangkan piton dan chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan :
1 . Posisi Anchor : Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan batu
2. Periksa keadaan dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara mengetukkan hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan batu yang rapuh.
Abseiling (teknik menuruni tali)
Dengan sistem SRT, teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman, dibandingkan dengan penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah ketika melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam kondisi aman, dalam artian ada paling tidak satu buah pengaman yang menjaga apabila terjadi sesuatu. Dalam hal ini, pengaman yang paling ter akhir dilepas dan paling awal dipasang adalah Cow’s Tail.
Cara menuruni tali :
Pertama pasang cow’s tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender. Setelah descender terpasang, lepaskan cow’s tail dan lakukan abseiling. Tangan kiri pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol laju pada waktu turun.
Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau tersendat-sendat selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju percepatan gunakan carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main attachment. Sebelum melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung tali.
Pindah Anchor (passing a re-bellay on the descend)
Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik pindah anchor.
Teknik pindah atau melewati anchor :
-    Pasang cow’s tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan anchor.
-    Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail pendek, pasang cow’s tail panjang pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
-    Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
-    Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot loop jammer.
Pindah Sambungan (Passing a knot on the descend)
Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Teknik melewati sambungan :
-    Turunkan descender hingga menyentuh sambungan tali
-    Pasang cow’s tail pada safety loop figure of eight
-    Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau terlalu dekat
-    Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci
-    Buka croll, dengan bantuan foot loop
-    Lanjutkan abseiling setelah melepas cow’s tail dan foot loop jammer.
Prussiking (teknik menaiki tali)
Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam vertikal caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan dan kelebihannya.
Ada dua system, yaitu :
1. Rope Walking System
Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah, sehingga setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti seorang yang sedang menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin efisien sistim ini berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell system, Pigmy system dan gabungan ketiganya.
2. Sit-stand system
Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua ascender, tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga beban ditopang bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk istirahat. Sit stand system terdiri dari frog system, inchworm system, texas system dan a one ascender prusik system. Dari keempat sistim, frog system paling sering digunakan karena efisien dan aman.
Frog system menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah jummar. Demikian seterusnya.
Pindah anchor (passing a re-belay on the ascend)
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda. Teknik melewati anchor :
-    Pasang cow’s tail pada anchor
-    Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
-    Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
-    Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)
-    Pasang cow’s tail pada ‘safety loops’ figure of eight knot.
-    Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
-    Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
-    Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Kemungkinan Kecelakaan Yang Terjadi
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lobang tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua.
Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib dikenakan untuk melindungi kepala.
Jenis kecelakaan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan ragu-ragu untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan, misalnya.
Bahaya banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi di gua yang basah.
Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
Zona Gua dan Habitat dalam Gua
1. Karakteristik lingkungan gua
Meski di dalam gua kondisi lingkungan beragam, tetapi bila dibandingkan Caving_Repel_Pic_thumbdengan kondisi fisik lingkungan di luar gua akan mempunyai keragaman yang lebih kecil. Beberapa parameter fisik yang berkaitan dengan kondisi fisik gua antar lain :
a. Suhu di dalam gua mendekati rata-rata suhu tahunan daerah di luar gua.
b. Kelembaban yang sangat tinggi mencapai lebih dari 90% dan jarang dibawah 80 %.
c. Secara kimiawi air gua dicirikan dengan kadar alkali dan pH yang relatif tinggi.
d.  Pada aliran sungai di gua, kosentrasi oksigen biasanya tinggi, tapi dalam kolom Rimstone yang airnya berasal dari rembesan dan resapan, kandungan oksigennya bisa rendah.
2. Zona lingkungan gua
Moore dan Sullivan, 1978 membagi lingkungan gua menjadi 3 bagian,   yaitu :
a. Zona terang ( Twilight Zone)
Merupakan daerah yang dekat dengan mulut gua yang memungkinkan mendapat sinar matahari secara langsung. Zona ini memiliki densitas organisme yang tinggi.
b. Zona peralihan ( Middle Zone)
Zona ini dicirikan dengan adanya daerah gelap total, tetapi memiliki kelembaban dan temperature yang berfluktuasi pada siang dan malam hari. Zona ini masih bisa mendapatkan cahaya matahari walaupun tidak secara langsung, yaitu melalui pantulan.
c. Zona gelap (Totally Dark Zone)
Merupakan cirri gua yang memiliki kegelapan abadi, dimana secara alami tidak ada cahaya matahari yang bisa masuk. Temperaturan dan kelembaban relative konstan sepanjang tahun, kalaupun ada variasi mempunyai fluktuasi kecil.
Sejalan dengan perubahan zonasi diatas, tekanan atmosfer dan temperature dalam gua akan semakin menurun. Adanya penurunan diatas mengakibatkan aliran udara didalam gua sangat kecil.
3. Adaptasi biota gua
Guna menjaga kelangsungan hidupnya dan kelestarian generasinya, maka organisme gua melakukan bentuk-bentuk adaptasi guna menghadapi kondisi lingkungan guayang sangat ekstreem dan spesifik.
Adapun bentuk adaptasi yang dilakukan oleh biota-biota tersebut secara garis besar dibagi 4, yaitu :
a. Kompensasi sensori (Alat perasa)
Sensor terhadap cahaya (penglihatan) mengalami kemunduran / reduksi dan digantikan dengan sensor terhadap gerakan dan perabaan yang mengalami peningkatan menjadi sangat peka. Peningkatan kepekaan alat perasa pada saatnya akan menghasilkan pertambahan anggota tubuh yang berfungsi sebagai alat perasa.
b. Adaptasi terhadap kelembaban tinggi
Organisme gua yang hidupnya di daerah tidak berair (terrestrial) harus beradaptasi dengan udara yang jenuh dengan uap air. Ada batas maksimum toleransi terhadap kelembababan hewan gua yang masuk Arthropoda terrestrial yang hidup di permukaan tanah. Howarth (1983) menyatakan bahwa hewan-hewan gua mampu melakukan mekanisme ekskretori (pengeluaran) air yang efektif sehingga akan meningkatkan permeabilitas kutikuler dengan cara mereduksi kutikula.
c. Metabolisme Ekonomi
Karena maknan sangat jarang di dalam gua, hewan gua akan menurunkan laju metabolisme yang bertujuan menghemat energi yang memungkinkan hewan untuk bertahan terhadap kelaparan. Selain itu, hewan akan mempunyai cadangan energi untuk keperluan yang lebih penting seperti reproduksi.
Neoteni
Kondisi keterbatasan tersedianya makanan menyebabkan hewan gua harus mengembangkan strategi tertentu untuk mengatasinya. Strategi adaptasi tersebut adalah neoteni (perlambatan pertumbuhan tubuh). Hal ini juga dimaksudkan untuk mengalihkan penggunaan energi untuk reproduksi. Hewan akan menunjukkan morfologi masih muda (juvenile) seperti ukuran badan dan kepala meskipun mereka telah dewasa, bentuk yang demikian dinamakan Paedomorph.
Berdasarkan tingkat adaptasi dan tingkat siklus hidupnya, Moore & Sullivan (1978) membagi biota gua menjadi 3 kelompok :
1).    Trogloxene
Kelompok biota ini tidak pernah melengkapi siklus hidupnya di dalam gua. Biasanya mereka tinggal di mulut gua untuk mencari tempat istirahat dan perlindungan sementara. Setelah keadaan membaik/sesuai, mereka meninggalkan gua. Contoh hewan yang hidup di daerah ini ialah musang, ular, dan sebagainya.
2).    Troglophile
Biota di dalam kelompok ini biasanya hidup di zona gelap, walaupun bisa hidup di luar gua apabila lingkungannya tidak jauh berbeda. Adaptasi yang telah dilakukan menyebabkan mereka dapat menyelesaikan siklus hidupnya di dalam gua. Contoh hewan yang hidup di daerah ini ialah kekelawar dan burung wallet.
3).    Troglobion / Trogobite
Kelompok biota ini adalah hewan yang hidup permanent di dalam gua dan hanya ditemui di dalam gua. Seluruh siklus hidupnya diselesaikan di dalam gua. Biasanya mereka mempunyai pigmenyang telah mereduksi dan mata yang kecil bahkan tidak ada sama sekali (Moore & Sullivan, 1978).
4). Jaring- Jaring Makanan di Dalam Gua
Jaring- jarring makanan merupakan perputaran kembali materi-materi organic diantara populasi yang ada di dalam gua. Sebagai contoh jaring makanan yang terjadi di dalam gua ialah : Jamur mendapat nutrisi dari proses peruraian dan dengan cara menyerap substansi organik dari materi tersebut atau yang terdapat di dalam kotoran hewan. Serangga pemakan jamur seperti Beetles, Springtail, Mites memakan jamur benang dan bakteri. Hewan akuatik gua dapat mencerna materi organic yang mengapungsecara langsung. Hewan-hewan ini pada gilirannya akan disantap oleh pemangsa yang lebih besar seperti Salamender, Crayfish, dan ikan-ikan. Dalam siklus makanan ikan-ikan ini akan mati dan terurai sehiongga menghasilakn materi organic ke dalam lingkungan gua. Kotoran gua merupakan sumber lain materi organic.
Perputaran makanan di dalam gua seringkali dikatakan sebagai Closed Ecologic System ( Ekosistem Tertutup). Dalam suatu system yang benar-benar tertutup, setiap organisme pemakan organisme lain pada gilirannya akan dimakan oleh organisme lainnya dalam system yang sama. Tetapi system ini tidak bisa terpelihara tanpa adanya bantuan secara tidak langsung dari sinar matahari.
Di dalam gua tidak ada produsen primer kecuali beberapa bakteri Autotrof Khemosintetic yang menggunakan besi dan sulfur sebagai donor elektron. Jadi secar umum komunitas gua hanya terdiri dari dekomposer dan predator. Sumber makanan/energi untuk biota gua berasal dari luar ekosistem gua , yaitu berupa :
Faeces/kotoran (guano) dan sisa makanan dari kekelawar dan hewan trogloxene lain.
Management penelusuran
     Management penelusuran terbagi dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:
·      Sebelum penelusuran
1.    Non teknis
a)    Pengumpulan data dan informasih mengenai gua
b)   Perizinan dan surat jalan yang dibutuhkan
·      Teknis
a)    Perlengkapan/logistik yang dibutuhkan
b)   Jumlah personil yang memadai minimal 3 orang
c)    Meninggalkan pesan kepada orang lain tentang  pelaksanaan kegiatan
·      Selama penelusuran
Ada pembagian tugas dan wewenang dalam team selama kegiatan berlangsung sehingga terkordinir dengan baik.
a.    Setelah penelusuran
1.    Cheeking peralataan
2.    Perawatan peralatan
3.    Evaluasi kegiatan
4.    Pembuatan laporan kegiatan
5.    Pelaporan kegiatan
P3K dan Kesehatan Perjalanan
a. Definisi P3K
Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.
b. Tujuan P3K
Tujuan dari P3K adalah sebagai berikut:
a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
- Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban
- Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) kalau perlu
- Mencari dan mengatasi pendarahan
b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)
- Mengadakan diagnose
- Menangani korban dengan prioritas yang logis
- Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi.
c. Menunjang penyembuhan
- Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
- Mencegah infeksi
- Merencanakan pertolongan medis serta transportasi korban dengan tepat
c. Prinsip P3K
Beberapa prinsip yang harus ditanamkan pada jiwa petugas P3K apabila menghadapi kejadian kecelakaan adalah sebagai berikut:
a. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik. Anda diharapakan menjadi penolong bukan pembunuh atau menjadi korban selanjutnya (ditolong)
b. Gunakan mata dengan jeli, kuatkan hatimu karna anda harus tega melakukan tindakan yang membuat korban menjerit kesakitan untuk keselamatannya, lakukan gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa menambah kerusakan.
c. Perhatikan keadaan sekitar kecelakaan, cara terjadinya kecelakaan, cuaca dll
d. Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dll
e. Periksa pernafasan korban. Kalau tidak bernafas, periksa dan bersihkan jalan nafas lalu berikan pernafasan bantuan (A, B = Airway, Breathing management)
f. Periksa nadi atau denyut jantung korban. Kalau jantung berhenti, lakukan pijat jantung luar. Kalau ada perdarahan berat segera hentikan (C = Circulatory management)
g. Apakah penderita Shock? Kalau shock cari dan atasi penyebabnya
h. Setelah A, B, dan C stabil, periksa ulang cedera penyebab atau penyerta. Kalau ada patah tulang lakukan pembidaian pada tulang yang patah, Jangan buru-buru memindahkan atau membawa ke klinik atau rumah sakit sebelum tulang yang patah dibidai.
i. Sementara memberikan pertolongan, anda juga harus menghubungi petugas medis atau rumah sakit terdekat.
d. Prioritas Pertolongan
Ada beberapa prioritas utama yang harus dilakukan oleh penolong dalam menolong korban yaitu henti napas, henti jantung, pendarahan berat, shock, ketidaksadaran, pendaraahan ringan, patah tulang atau cedera lain
e. Tindakan Pertama Saat Menemukan Korban
-    Pastikan ABC korban telah stabil, kalau perlu lakukan RJP
-    Mengadakan diagnosa (mendapatkan informasi tentang keadaan korban)
- Melakukan pertolongan dan perawatan terhadap hasil diagnosa diatas sesuai dengan prioritas pertolongan.
f. Keluhan Dan Gejala Penyakit Atau Derita
a. Keluhan yang mungkin diungkapkan korban:
     Misalnya: nyeri, takut, panas, tidak dapat mendengar secara normal, hilang penginderaan, penginderaan abnormal, haus, mual, perih, mau pingsan, kaku, tidak sadar sebentar, lemah, gangguan daya ingat, pening, tulang terasa patah.
b. Gejala yang mungkin dilihat (ekspresi):
     Misalnya: Cemas dan nyeri, gerakan dada abnormal, berkeringat, luka, pendarahan dari liang tubuh, bereaksi bila disentuh, bereaksi atas ucapan, lebam, warna kulit abnormal, kejang otot, bengkak deformitas (kelainan bentuk), benda asing, bekas suntikan, bekas gigitan, bekas muntahan, dll.
c. Gejala yang didapatkan dari perabaan:
     Misalya: lembab, suhu tubuh abnormal, nyeri dan luka lunak bila disentuh, pembengkakan, deformitas (perubahan bentuk ke yang buruk), ujung-ujung tulang bergeser.
d. Gejala yang mungkin didengar:
     Misalnya: napas bising atau sesak, rintihan, suara hisapan, bereaksi bila disentuh, reaksi atas ucapan.
e. Gejala yang mungkin dicium:
     Misalnya: Aseton, alcohol, gas atau uap, asap atau terbakar.
g. Tindakan Dan Perawatan Lanjutan
Tindakan dan perawatan lanjutan ini tergantung kepada penilaian anda terhadap kondisi korban, anda biasa:
- Membawa korban ke tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat
- Menghubungi rumah sakit atau pihak berwewenang
- Mengatur evakuasi dan transportasi korban ke rumah sakit
- Menghubungi keluarga korban
- Mengijinkan korban pulang
h. Pertolongan Dan Perawatan Korban
KELAINAN JALAN NAPAS DAN PERNAPASAN
1. Tenggelam
Tindakan :
a. Ketika mengangkat korban kepala harus lebih rendah dari badan, ini bertujuan untuk mengurangi resiko menghirup air.
b. Baringkan korban pada tempat yang hangat (atasi Hipothermia) dan siap-siap untuk RJP
2. Asthma
Tindakan :
a. Tenangkan korban
b. Dudukkan pasien bersandar ke depan dengan posisi ½ duduk dan istirahat sambil berpegangan. Pastikan pasien cukup mendapat udara segar
c. Suruh pasien untuk mengatur napasnya
d. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
e. Bila pasien mempunyai obat, suruh ia menggunakannya / meminumnya
GANGGUAN SIRKULASI
1. Shock
Tindakan :
a. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat anda tangani
b. Pasien dibaringkan dengan posisi kepala harus lebih rendah
c. Kaki ditinggikan dan ditopang. Hati-hati kalau anda menduga ada patah tulang
d. Longgarkan pakaian yang mengikat agar tekanan pada keher, dada, dan punggang berkurang
e. Pasien diselimuti agar tidak kedinginan
f. Periksa dan catat pernapasan, nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
2. Pingsan
Tindakan :
a. Pasien dibaringkan dengan posisi kaki di tinggikan dan ditopang
b. Baringkan korban dalam posisi terlentang
c. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
d. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
e. Beri udara segar
f. Periksa kemungkinan cedera lain
g. Selimuti korban
h. Korban diistirahatkan beberapa saat
i. Bila tak segera sadar , periksa nafas dan nadi, posisi stabil, Rujuk ke instansi kesehatan
3. Luka
Tindakan :
a. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
b. Tutup luka dengan kasa steril/plester
c. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
d. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
a. Anda harus memperhatikan dan mengecek apakah ada benda asing pada luka, bila ada:
Keluarkan tanpa menyinggung luka
Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
Evakuasi korban ke pusat kesehatan
b. Bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika di buang maka luka akan berdarah lagi.
PENGARUH PANAS DAN DINGIN
1. Hipotermia
Hipotermia merupakan suatu kedaan dimana korban dalam keadaan dingin atau suhu badan korban meknurun karena lingkungan yang dingin.
Gejala :
a. Menggigil atau gemetar
b. Kulit dingin, pucat dan kering, kulit terasa dingin seperti marmer
c. Apatis, konfusi atau perilaku yang tidak masuk akal, sering menjadi agresif
d. Mengantuk
e. Gangguan kesadaran
f. Pernapasan dangkal, cepat dan nadi lambat
g. Pada kasus yang eksterna henti jantung
h. Pandangan terganggu.
i. Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat
Tindakan :
a. Bawa korban ketempat hangat
b. Korban dibaringkan dan diselimuti
c. Jaga jalan nafas tetap lancar
d. Korban yang sadar di beri minuman hangat, sup atau makan yang berenergi tinggi seperti coklat dll
e. Jaga korban agar tetap sadar
e. Kalu anda ragu akan kondisi korban yang sudah tua atau masih bayi, panggil dokter
d. Jika korban menjadi tidak sadar, periksa nadi dan napasnya, serta melakukan resusitasi jika perlu
2. Dehidrasi
yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala :
a. Dehidrasi ringan
Defisit cairan 5% dari berat badan
Penderita merasa haus
Denyut nadi lebih dari 90x/menit
b. Dehidrasi sedang
Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
Denyut Nadi lebih dari 90x/menit
Nadi lemah
Penderita merasa sangat haus
c. Dehidrasi berat
Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
Hipotensi
Mata cekung
Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
Kejang-kejang
Tindakan :
a. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
b. Mengganti elektrolit yang lemah
c. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
d. Memberantas penyebabnya
e. Rutinlah minum jangan tunggu haus


GIGITAN BINATANG
Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis yaitu yang berbisa (beracun) dan yang tidak berbisa (tidak beracun). Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa. Oleh karena itu yang harus kita lakukan untuk menolong korban di gigit binatang adalah:
1. Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
2. Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

ROCK CLIMBING (PANJAT TEBING)
A.      DEFINISI PANJAT TEBING
Panjat Tebing adalah Seni olahraga atau Hobi yang dilakukan dengan mengandalkan kelenturan dan kekuatan otot serta tekhnik tersendiri untuk memanjat mencapai Puncak Tertinggi.
B. ETIKA PEMANJATAN
Secara umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1.Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2.Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3.Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1.Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2.Menjaga kelestarian alam.
3.Merintis jalur baru.
4.Memanjat jalur bernama.
5.Pemberian nama jalur.
6.Memberi keamanan bagi pemanjat lain
C.ALAT – ALAT PEMANJATAN
1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
–Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.
–Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.
2. Harnest adalah alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yg nantinya dihubungkan dengan tali.
3. Carabiner adalah cincin kait yg terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dgn alat lainnya.
–Karabiner Skrup/carabiner srew gate
–Karabiner Snap/carabiner non screw gate
4. Helmet adalah pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.
5. Webbing, peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai harnest
6. Prusik, merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik, seperti pada SRT
7. Sepatu Panjat, sbg pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras)
8. Chock bag/Calk bag, sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yg berfungsi agar tangan tdk licin karena berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.
9. Descender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering digunakan adalah figure of eight dan auto stop.
10. Ascender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan biasanya jumar dan croll
11. Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.
12. Hammer, berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.
13. Pulley, mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yg berat. Digunakan untuk perlengkapan evakuasi.
14. Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.
SIMPUL YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
Simpul – simpul yang digunakan dalam pemanjatan
1.    Simpul Delapan Ganda
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
2.    Simpul Delapan Tunggal
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.
3.    Simpul Pangkal
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
4.    Simpul Jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
5.    Simpul Kambing / bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
6.    Simpul Kupu – kupu / Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
7.    Simpul Nelayan / Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%
8.    Simpul Frusik
Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT
9.    Simpul Pita
Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau berbentuk pipih (umumnya digunakan untuk menyambung Webbing)
10.     Simpul Italy
Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.


Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.
Clove hitch knot
Untu mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat selesai dan turun dari tebing tanpa meninggalkan alat.
BAGIAN – BAGIAN TEBING
– Poin  : Bagian Pada Tebing yang bias dijadikan tempat Pegangan dan Pijakan
–Rekahan : Bagian Tebing Yang retak membentuk rekahan
–Rock  : Bagian/ Poin tebing yang terjatuh kedasar tebing
–Roof  : Bagian Tebing yang berbentuk Kursi terbalik.
F. JENIS ANCOR
–Natural Ancor/ Penambat Alami adalah penambat alamiah yang tersedia oleh alam,Contoh : Batang pohon, Akar pohon, Batu besar yang dijamin kuat
–Artificial Ancor/ Penambat Buatan adalah Alat yang didesain secara khusus untuk digunakan sebagai penambat, contoh : Piton, sky hook, Brigbo, ramset, hunger, stoper,
Contoh – contoh Artificial ancor:
1)      Paku Piton
Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
2)      Stopper
Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi
3)      Sky Hook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
4)      Ramset dan Hanger
Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
5)      Friend
Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran. Friend ada 2 macam :
–Regular Friend
Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
–Fleksibel Friend
Bentuknya sama dengan regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yg menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.
6)      Etrier/tangga gantung &daisy chain
oEtrier : alat yg terbuat dari webbing yg menyerupai tangga untuk membantu menambah ketinggian.
oDaisy chain : terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.
KODE – KODE YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
Kode – kode pemanjatan adalah sebagai berikut :
1. Climb          : Pemanjat Menginstrusi kepada Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat
2. Climbing     : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia siap mengamankan pemanjat
3. On Belay     : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa pemanjat memulai memanjat
4. Belay On     : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia telah mengamankan pemanjat
5. Full  : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikencangkan
6. Slack           : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikendorkan
7. Rock            : Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada batuan tebing yang jatuh
8. Top  : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak
9. Belay of : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan lagi pengamanan
10. Of Belay   : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa dia tidak mengamankan lagi
JENIS PEGANGAN
1. Open Grip   : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan dengan posisi tangan terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar
2. Cling Grip   : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan degan menggunakan seluruh
jari tangan dan dan agak mirip mencubit biasanya digunakan pada tebing yang permukaannya banyak tonjolan,
3. Pinch Grip   : Pegangan pada pemanjatan yang mirip dengan mencubit,dan mengandalkan kekuatan jempol dan telunjuk yang biasa digunakan untuk memegang poin – poin kecil pada tebing
4. Poket Grip   : Pegangan pada pemanjatan dilakukan dengan cara memasukkan jari – jari kedalam celahan/ lobang tebing, biasanya digunakan pada tebing limenstone ( kapur ) yang banyak memiliki poin lobang.
5. Vertikal Grip           : Pegangan pada pemanjatan yang bertumpu pada poin tebing dengan menggunakan kekuatan lengan untuk bertumpu dan menaikkan badan.


JENIS PIJAKAN
1. Frinction Steep        : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depan dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
2. Eadging       : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan sisi luar kaki.
3. Mearing       : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan seluruh alas kaki (Pijakan Biasa)
4. Hel Hooking           : Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi poin2 yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya.
JENIS – JENIS/ TEKHNIK PEMANJATAN
1. Artificial Climbing
Adalah olahraga yang dilakukan pada tebing-tebing dengan tingkat kesulitan yang  tinggi dengan bermodalkan alat yang diselipkan pada celah-celah batu atau memanfaatkan pengaman alam (natural anchor). Artificial climbing ini dimana alat benar-benar digunakan sebagai penambah ketinggian disampin sebagai pengaman pemanjatan.
2. Soloing
Adalah Pemanjatan yang dilakukan dengan mengandalkan kekuatan tubuh untuk langsung mencapai top tanpa menggunakan pengaman, biasanya dilakukan oleh pemanjat profesional karna sangat berbahaya.



3. Boldering
Pemanjatan yang dilakukan untuk melatih kekuatan dan kelenturan badan yang biasanya dilakukan secara enyamping pada tebing – tebing pendek atau tebing buatan.
4. Free Climbing
Pada prinsipnya hampir sama dengan pemanjatan artificial hanya dalam free climbing alat digunakan hanya sebagai pengaman saja sedangkan untuk menambah ketinggian menggunakan pegangan tangan dan friksi (gaya gesek) kaki sebagai pijakan.
5. Runer to runer
Pemanjatan yang dilakukan tahap demi tahap,dilakukan pada pemanjatan yang sudah memiliki jalur yang berupa ancor/penambat, biasa juga diperlombakan pada wall buatan.
MACAM – MACAM TEBING
Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan Limenstone Batuan yang banyak memiliki lobang – lobang dan berwarna putih.
2.  Batuan Beku- Andersit,berwarna hitam keabu-abuan massif dan kompak
–Lava Andersit,seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis
–Breksi lava,menyerupai batu breksi pada umumnya
–Granit,berwarna terang dengan warna dasar putih
3. Batuan Sedimen
–Batu Gamping,berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau lubang,dan biasanya berlapis.
–Breksi Sedimen,seperti halnya breksi lava tapi batu ini biasanya berupa batu pasir.
4. Batu Metamorf
Hampir sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan warnanya sangat beragam.
PERSIAPAN PERJALANAN ALAM TERBUKA (PPAT)
            Persiapan untu merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus disusun secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan 4 W & 1 H, yang kepanjanganannya adalah Where, who, why, when dan how.berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut.
Ø  Where (dimana) : lokasi atau tempat pelaksaan kegiatan, untuk melakukan suatu kegiatan alam terbuka kita harus mengetahui dimana kita akan melakukan kegiatan, misalnya: Gua Salukangkallang
Ø  Who (siapa) : pelaksana kegiatan , apakah anda akan melakukan kegiatan alam terbuka tersebut sendiri atau dengan berkelompok, contoh satu kelompok(25 personil) terdiri dari 20 orang panitia dan 5 orang peserta
Ø  Why (Mengapa) : harus melakukan kegiatan tersebut, ini adalah pertanyaan melakukan pengambilan NRA
Ø  When (Kapan) : waktu pelaksanaan kegiatan, waktu pelaksanaan tersebut berapa lama?
Ø  How (bagaimana): proses pelaksanaan kegiatan, merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan
Jawaban dari pertanyaan yang diambil itulah kita dapat menyusun rencana kegiatan yang didalamnya mencakup rincian sebagai berikut:
1.      Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi  base camp panitia, pembagian waktu dan sebagainya
2.      Pengurusan perisinan
3.      Pembagian tugas panitia
4.      Persiapan kebutuhan acara
5.      Kebutuhan peralatan dan perlengkapan dan lain sebagainya dan yang tidak kalah pentingya adalah anda akan mendapatkan point- point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut
a.       Jenis PPAT
1.      PPAT darat 65%
2.      PPAT laut 25%
3.      PPAT udara 10%
b.      Yang harus dilakukan sebelum PPAT
1.      Mengetahui medan
2.      Mengetahui jalur
c.       Perlengkapan jalan
1.      Ransel carrier
2.      Penutup carrier atau cover bag
3.      Kantong sampah
4.      Pakaian jalan bajun dan celana
5.      Sepatu dan kaos kaki
6.      Jas hujan
7.      Kecamata hitam
8.      Botol peples
9.      Goltes
10.  Jam tangan 
11.  Kaos tangan
12.  Headlamp
13.  Senter
14.  Slayer
15.  Guitter
d.      Perlengkapan tidur
1.      Training
2.      Jacket
3.      Sleeping bag
4.      Kaos tangan
5.      Kaos kaki
6.      Matras
e.       Perlengkapan masak
1.      Kompor
2.      Nesting
3.      Korek api
4.      Kompor tranggea atau kompor kupu”
f.       Perlengkapan cadangan
1.      Pakaian dag kresek
2.      lam
3.      Celana panjang atau pendek
g.      Perlengkapan lapangan
1.      Tenda
2.      Flysheet
3.      Ponco
4.      Tali pramuka
5.      Kantong kresek
h.      Perlengkapan navigasi
1.      Peta
2.      Kompas mini
3.      Douglas proktektor
i.        Perlengkapan makan dan minum
1.      Gelas
2.      Piring/mangkok
3.      Sendok
j.        Perlengkapan mandi dan mencuci
1.      Sampo
2.      Pasta gigi(odol)
3.      Sikat gigi
4.      Rinso
5.      Sabun
k.      P3K
1.      Obat-obatan
b.      Perizinan
1.       Perizinan kepada pengurus
2.      Perizinan/penyampain kepada aparatur daerah setempat
3.      Perizinan kepada orang tua
Kebudayaan setempat
Gua Salukangkallang terletak di daerah Kappang desa labuaja, kecamatan Cenrana, kabupaten Maros, masyarakatnya cenerung menganut agama islam dan memiliki tempat ibadah yaitu masjid serta juga terdapat sebuah gereja yang letaknya tak jauh dari lokasi penelitian pengambilan nomor registrasi anggota dan slayer. Kepercayaan adat dan isitiadat daerah tersebutmasih kental dengan kebudayaaan tradisional meskipun beberapa masyarakatnya sudah mengarah modernisasi. Dan juga konon, Gua Salukangkallang yang terbentuk sejak ribuan tahun lalu ini menjadi tempat tinggal bagi para manusia prasejarah.



       59
BAB III
STRUKTUR PERSIAPAN DAN PERJALANAN

A.      Struktur Dan Personil
1.    Andri Saputra                          (Penangggungjawab)
2.    Mansyur Syah N                     (Leader)
3.    Mujahidin                                (Sweaper-Pendamping)
4.    Aslinda putri                           (Peserta)
5.    Megawati                                (Peserta)
6.    Risman                                    (Peserta)
7.    Yenni oktavia                          (Peserta)
B.       Uraian Tugas
1.    Penanggung jawab umum bertugas untuk mengkordinir  seluruh anggota tim dan bertanggung jawab terhadap seluruh anggota tim
2.    Leader bertugas untuk menjadi penunjuk arah jalan, baik pada saat memasuki gua maupun keluar dari gua atau orang yang dituakan.
3.    Sweaper bertugas untuk menjadi orang yang ada di belakang tim dan mengkordinir seruh anggota dari belakang
4.    Pendamping bertugas mendampingi peserta dalam perjalanan penelitian
5.    Peserta yaitu orang yang ada di tengah bertugas untuk melakukan penelitian.

    60
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A.      Jurnal Kegiatan
1.    Ujian proposal pengajuan pengambilan NRA
2.    Training Camp
3.    Simulasi
4.    Operasi perjalanan
5.    Presentase perjalanan
                                                   
B.       Operasi Perjalanan
1.    TC: 20-21 September 2016
2.    Simulasi: 22 September 2016
3.    packing perlengkapan :23 September 2016
4.    Tanggal 24 September 2016 dari Makassar menuju desa Labuaja Kec. Cenrana Kab. Maros ( camp ).
5.    Tanggal 24 September 2016 dari tempat camp menuju mulut gua dan Melakukan pengukuran, kembali ke camp.
6.    Tanggal 25 November 2015 dari tempat camp kembali ke Makassar (Sekretariat Kapas)




C.      Kronologi Perjalanan
1.    Jum’at, 23 September 2016
Pada hari jum’at tepat pada pukul 15.25 Wita, kami berkumpul disekretariatan KAPAS untuk pergi belanja perlengkapan ransum.
2.    Sabtu, 24 September 2016
Hari sabtu pada pukul 01.30 Wita packing perlengkapan serta pengecekan alat yang akan kami bawa untuk camp besok. Dan pada jam 02.50 Wita semua perlengkapan telah selesai di packing. Setelah Packing selesai, seluruh anggota tetap tinggal di sekretariatan Kapas  untuk beristirahat.
Setelah terbangun, pada pukul 07.38 Wita, kami melakukan persiapan untuk sarapan, kami memasak pada pukul 08.18 Wita, dan Sarapan pada pukul 09.28 Wita. Setelah selesai sarapan pada pukul 09.44 Wita, sebagian dari kami yakni Delta bersama Aven bergegas berangkat ke toko Agung untuk membeli Termometer (Pengukur suhu), sesudah membeli termometer dan dalam perjalanan pulang ke secret, Delta sebagai pengendara motor menerobos rambu lalulintas dan ditilang di pos polisi dan alasannya delta tidak melihat rambu lalu-lintas, terasa sudah lama Delta bersama Aven di pos polisi yang sedang member penjelasan sambil bernegosiasi dengan pak polisi, alhasil pak polisi mengembalikan kunci motor yang dipakai Delta bersama Aven. Mungkin baju kaos, celana training  dan dengan alasan buru-buru, dan mungkin ditambah muka kasihan  yang menjadi alasan diberikan kunci motornya kembali dan memberinya uang sebesar Rp.10.000,00.
Setelah itu kami berangkat pada pukul 11.50 Wita dengan memulai pembacaan doa dan sedikit wejangan dari kakanda senior. Pada pukul 12.10 singgah di pertamina dan kemudian berangkat lagi. Ketemu dengan kakanda batok pada pukul 12.45 Wita. Dengan menempuh perjalanan hampir 2jam dikarenakan macet dan hujan, kami pun sampai ditujuan pada pukul 02.10 Wita. Kami pun mulai perjalanan menuju mulut gua dengan kondisi gerimis yang sedikit menghambat dan sampai di mulut gua pada pukul 03.54 dengan suhu 26̊ C kondisi mulut gua banyak bebatuan yang licin karena terpaan air hujan yang juga membasahi kami dengan di temani suara jangkrik yang melengking berbunyi persekian detik. Dan kami memulai pemasangan Angkor pada pukul 04.02 Wita yang dibantu oleh pendamping kami.pada pukul 05.40 Wita hujan semakin deras dan kami memulai repling dimulut gua vertikal tersebut dengan suhu 26̊ C. Kemudian  repling kedua pada 05.45 Wita. Dan kemudian berjalan menuju Aula pertama dan memulai persiapan pengukuran dengan membentangkan meteran per-30m di suhu 26̊ C, pada pukul 06.01 Wita dimulai pengukuran kedalam pertama sebanyak tiga belas kali pengukuran dan selesai pada pukul 18.40 Wita sehingga total pengukuran mulai dari aula pertama sampai aula sungai adalah 390m. Setelah beristirahat dan makan, pada pukul 19.12 Wita, kami bersiap-siap melanjutkan pengukuran, sebelum berangkat kami terlebih dahulu berdoa, setelah selesai berdoa kakanda senior memberikan arahan serta masukan sebelum melakukan pengukuran. setelah kakanda selesai memberikan arahan kami pun segera melanjutkan pengukuran, didalam perjalanan kami melewati sungai dan melihat berbagai ornament serta flora dan fauna, diperjalanan kami kesulitan untuk melanjutkan perjalanan karena sebagian dari kami tidak bisa berenang, dan bebatuan yang sangat licin sering kali membuat salah satu diantara kami terjatuh dan tergores, serta headlamp dari salah satu anggota muda mati dan tidak  bisa  dipakai, tetapi dengan instruksi dan kekompakan anggota muda kamipun dapat  melewati medan-medan yang sulit, setelah pukul 20.16 Wita dengan suhu 290C kamipun sampai di kubangan dengan jumlah pengukuran 670 m sehingga total keseluruhan pengukuran kami saat ini berjumlah 1060 m. Pada pukul 20.24 Wita kami pun bergegas kembali menuju  ke aula untuk beristirahat, pada pukul 21.17 Wita kami pun sampai di aula, sesampai di aula kami telah mendapati kakanda Kompas dan Runner yang telah mempersiapkan makanan, kamipun membersihkan diri dan langsung menikmati makanan yang telah dipersiapkan. Pada pukul 21.48 Wita semua anggota telah selesai menyantap makanan dan kami pun bergegas mencuci piring dan beristirahat sejenak, sementara itu kakanda sibuk membersihkan tempat yang sudah ditempati untuk memasak, setelah kami selesai membersihkan, kamipun beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga. Pada pukul 22.51 Wita kamipun bergegas melanjutkan pengukuran menuju ke air tejun, lagi-lagi kami mendapati medan yang sulit serta arus yang sangat deras sehingga menyulitakan kami untuk melakukan pengukuran, di pengukuran menuju air terjun ini kami banyak mendapati bebatuan besar serta bebatuan tajam yang sangat licin. Pada pukul 23.52 Wita dengan pengukuran 500 m dengan suhu 290C menuju air tejun kami mendapati sebuah pintu yang biasa disebut pintu 2 Salukangkallang  disana kami mendapati bebatuan serta fauna seperti jangkrik dan kelelawar, kami menyempatkan diri untuk mengamati serta beristirahat sejenak, setelah melewati pintu 2 Salukangkallang kami melanjutkan pengukuran ke air terjun, di perjalanan ini banyak sekali ditemui kesulitan dalam menyebrangi sungai, tetapi dengan kekompakan  serta kerja sama yang baik kami mampu melewai medan tersebut. Akhirnya pada pukul 00.36 Wita kamipun sampai di air terjun dengan pengukuran 913 m yang bersuhu 280C, dengan total pengukuran sementara 1973 M, disini kami mengamati serta mengukur ketinggian air terjun yang tingginya ± 6 M, tak lama kemudian kami membersihkan dan menggulung meteran, pada pukul 00.49 Wita kami pun  bergegas kembali ke aula, diperjalanan pulang kami sangat keletihan sehingga diantara kami banyak yang sering jatuh dan terpleset, pada pukul 01.37 kamipun sampai di aula, sesampainya di aula kami pun mulai memasak sementara yang lain membersihkan diri, setelah selesai menyantap makanan, pada pukul 02.23 Wita kamipun mulai beristirahat.
3.      Minggu 25 September 2016
 pada pukul 09.12 dengan suhu 280c kami mulai bangun dan membersihkan tempat tidur, setelah pukul 09.28 kami memulai memasak dengan sisa ransum yang ada, dan pada pukul 12.23 kami memulai mempacking barang barang serta mempersiapkan diri untuk melanjutkan pengukuran. setelah pukul 12.30 kami mulai melanjutkan perjalanan ke aula pertama untuk menyimpan carrier, pada pukul 13.05 kamipun tiba diaula pertama, kamipun menyimpan carrier dan mulai mengukur sementra kakanda yang lain membawa carrier dan perlengkapan lain keluar dari gua, di pengukura ini kami mendapati banyak ornamen yang berupa stalaktit, stalakmit, mountmilk, gordam, serta pilar dll, dipengukuran medan yang kami lewati tidak cukup sulit tetapi kami juga menemui beberapa jalur yang mengharuskan kami untuk menggunakan tekhnik penelusuran gua, pada pengukuran 300 M kami pun menemui sebuah tempat yang katanya merupakan sebuah air terjun akan tetapi saat kami tiba disana kami tidak menemui adanya air terjun dikarenakan kurangnya air yang masuk ke gua. Pada` pukul 13.58 Wita  kami pun sampai pada akhir pengukuran sepanjang 566 m sehingga total keseluruhan pengukuran kami yaitu 2539 M, disini kami pun menyempatkan mengambil beberapa gambar sebagai bukti dokumentasi. Pada pukul 14.15 Wita kamipun kembali menuju ke mulut gua, setelah pukul 15.06 Wita akhirnya kamipun sampai ke mulut gua dan kami pun mempersiapkan diri untuk climbing keatas, pada pukul 15.17 Wita satu demi satu kami menaiki tebing setinggi 10 M tersebut. Tak jarang kaki dan tangan kami gemetar untuk memegang dan berpijak pada dinding tebing yang kapan saja bisa terlepas dengan sesukanya. Kami dengan tegar menaiki tebing dengan bantuan tali carmantel yang terpasang erat pada tebing. Sesampainya kami diatas  kami melakukan prosesi pemasangan selayer. Perasaan lega terpancar dari raut wajah kami masing-masing setelah kami sampai di atas dengan selamat meski banyaknya lecet ataupun luka-luka kecil yang kami rasakan. Pukul 16.46 Wita akhirnya semua anggota pun berhasil sampai kembali mulut gua dengan selamat, dan kami pun melanjutkan perjalanan kembali mengambil motor di parkiran, sembari menunggu kakanda pulang mengambil motor kami beristirahat di pinggir jalan sambil menikmati sisa ransum dan membersihkan diri, setelah beberapa lama ada seseorang yang mengendarai mobil memberikan gorengan kepada kami kami pun langsung menyantap makanan sambil menikmati suasana disekitar pingggir jalan. Pukul 19.10 Wita kami bergegas berangkat kembali menuju Makassar dengan kendaraan masing-masing, akan tetapi kami menyempatkan singgah beristirahat sejenak didaerah camba. Pada pukul 19.54 Wita kami pun melanjutkan perjalanan, pukul 20.05 Wita kami pun singgah dipertamina mengisi bahan bakar kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan. Pukul 20.49 Wita tiba-tiba ditengah perjalanan tepatnya di Kabupaten Maros ban motor saudara Delta bocor sehingga kami harus singgah sejenak untuk menambalnya. Pada pukul 21.02 Wita ban motor saudara Delta pun selesai ditambal dan kami pun melanjutkan perjalanan, dan tidak lama kemudian ban motor saudara Delta kembali bocor tepatnya ditello. Akhirnya pada pukul 21.31 Wita ban motor saudara Delta selesai ditambal dan kamipun melanjutkan perjalanan. Pukul 10.05 Wita kamipun sampai pada sekretariat KAPAS
Data-data hasil penelitian
Tgl/waktu
zona
kedalaman
ornamen
habitat
suhu
24-11-2016
pukul 03.54
Terang
0-20 M
-
Nyamuk, kupu-kupu, dan lalat
26̊ C
24-11-2016
pukul 03.54
Senja
20m-40m
Stalagtit dan stalagmite
Nyamuk dan jangkrik
260C
24-11-2016
pukul 03.54
Gelap
40m-450m
Stalagtit, stalagmite, mountmilk, dan coloumn
Jangkrik, kelelawar, kepiting
260C
24-11-2016
pukul 03.54
Gelap abadi
450m-2520m
Stalagtit, stalagmite,, mountmilk, coloumn gordam, serta pilar
Jangkrik, kelelawar, laba-laba, dan kepiting,
290C

CATATAN : 
 -    Suhu ditentukan pada saat team berada di zona tersebut.
-    Habitat yang kami catat hanya habitat yang dilihat team kami.
-    Adapun tumbuhan/hewan yang tidak kami ketahui namanya.

D.    Transportasi
a)      Makassar – Maros (Desa Labuaja)…………….Motor
b)      Maros – Makassar (Manuruki 9)……………….Motor
E.      Logistik
NO.
Jenis Ransum
Jumlah
Keterangan
1.
Beras
± 2 liter
kelompok
2.
Kol
2 buah
Pasar manuruki
3.
Wortel
4 buah
Pasar manuruki
4.
Tomat
5 buah
Pasar manuruki
5.
Roti samdys surya
1 buah
Indo mode
6.
Roti gardenia selei
1 buah
Indo mode
7.
Telur ayam
22 butir
Indo mode
8.
Minyak goreng filma
2 liter
Indo mode
9.
Terigu mila
1 kg
Indo mode
10.
Kapal api
1 bungkus
Indo mode
11.
Biscuit stik
2 bungkus
Indo mode
12.
Roma biscuit kelapa
1 bungkus
Indo mode
13.
Sambal Indofood pedas
1 botol
Indo mode
14.
Indomie
15 bungkus
Indo mode
15.
Garam halus 500 kg
1 bungkus
Indo mode
16.
Gula putih 1 kg
1 bungkus
Indo mode
17.
Roti gardenia coklat susu
1 bungkus
Indo mode
18.
Susu cap enak sashet
1 pak
Indo mode
19.
Bumbu nasi sajiku rasa pedas
3 bungkus
Indo mode
20.
Roti gardenia bludwer
1 bungkus
Indo mode
21.
Roti gardenia kasur
1 bungkus
Indo mode
22.
Royco
1 gantung
Indo mode
23.
Skm Gold
1  bungkus
Indo mode
24.
Bumbu nasi goreng rasa ayam
2 bungkus
Indo mode
25.
Abc kecap manis
1 botol
Indo mode
26.
Miwon 500 gram
1 bungkus
Indo mode
F.      Daftar Perlengkapan
Perlengkapan kelompok
No.
Nama barang
Jumlah
1.
Tenda
1 buah
2.
Carrier
4 buah
3.
Nesting
2 buah
4.
Tabung
5 buah
5.
Kompor fortable
2 buah
6.
Pisau
2 buah
7.
Matras
6 buah
8.
Korek api
3 buah
9
Kotak  p3k
1 set
10.
ransum
Terlampir
11.
Perlengkapan makan dan minum
1 set
12.
Lilin
2 bungkus
13.
Tali carmantel
20 M x 1 buah
14.
Hanrest
2 buah
15.
carbiner
5 buah
16.
Thermometer
2 buah
17.
Webbing
8 buah
18.
Runner
2 buah
19.
figure
1 buah
20.
Pelampung
3 buah
21.
Tissue basah mitu baby
1 buah
22.
Tissue paseo
1 buah


Perlengkapan pribadi masing – masing peserta
Megawati
No.
Nama Barang
 Jumlah
1.
Pakaian lapangan
4 buah
2.
Pakaian dalam
4 buah
3.
Perlengkapan mandi
1 set
4.
Obat pribadi
1 set
5.
Baterai
2 pasang
6.
Buff
1 buah
.7.
Headlamp
1 buah
Yenni Oktavia
No.
Nama Barang
 jumlah
1.
Pakaian lapangan
3 buah
2.
Pakaian dalam
3 buah
3.
Perlengkapan mandi
1 set
4.
Obat pribadi
1 set
5.
Baterai
2 pasang
6.
Headlamp
1 buah
Aslinda Putri
No.
Nama Barang
 jumlah
1.
Pakaian lapangan
3 buah
2.
Pakaian dalam
3 buah
3.
Perlengkapan mandi
1 set
4.
Obat pribadi
1 set
5.
Baterai
1pasang
6.
Headlamp
1 buah

Risman
No.
Nama Barang
 jumlah
1.
Pakaian lapangan
3 buah
2.
Pakaian dalam
3 buah
3.
Perlengkapan mandi
1 set
4.
Obat pribadi
1 set
5.
Baterai
2 pasang
G.    Daftar Alat penelitian
No.
Nama barang
Jumlah
1.
Alat tulis
1 buah
2.
Thermometer
2 buah
3.
Meteran / Tali ukuran
30 M x 1 buah
4.
 Pelampung
4 buah

H.    Daftar Pengeluaran Keuangan
NO.
HARI/TANGGAL
URAIAN
DEBET
KREDIT
SALDO
1.
Jumat,23 September 2016
Kontrobusi 4 orang Rp. 75.000
Rp. 300.000

Rp. 300.000
2.

Roti samdys surya

Rp. 6.000
Rp. 94.000
3.

Roti gardenia selei

Rp. 6.000
Rp. 288.000
4.

Telur 8 butir

Rp. 22.600
Rp. 265.400
5.

Minyak goreng 2 Liter

Rp. 27.000
Rp. 238.400
6.

Terigu Mila 2 kg

Rp. 14.600
Rp. 223.800
7.

Kapal api

Rp. 11.600
Rp. 212.200
8.

Biscuit stick 2 bungkus

Rp. 15.000
Rp. 197.200
9.

Biskuit roma kelapa

Rp. 8000
Rp. 189.200
10.

Sambal Indofood pedas

Rp. 8.400
Rp. 180.400
11.

Indomie

Rp.30.000
Rp. 150.000
12.

Garam halus 500 gram

Rp. 1.500
Rp. 148.900
13.

Gula putih 1 kg

Rp. 13.000
Rp. 135.900
14.

Roti gardenia coklat susu

Rp. 6.000
Rp. 129.900
15.

Susu cap enak sashet

Rp. 5.400
Rp. 124.500
16.

Sajiku nasi goreng pedas

Rp. 4.200
Rp. 120.300
17.

Roti gardenia bluder

Rp.5.000
Rp. 115.300
18.

Roti gardenia kasur

Rp.6.000
Rp. 109.300
19.

Royco sapi

Rp.4.000
Rp. 105.300

20.

Susu gold

Rp. 9.000
Rp. 96.300
21.

Bumbu  nasi goreng

Rp. 2.800
Rp. 93.500
22.

Abc kecap manis

Rp.5.800
Rp. 87.700
23.

Miwon

Rp. 2.200
Rp. 85.500
24.

Tissue paseo

Rp. 10.200
Rp. 75.300
25.

Sunlight

Rp. 1.700
Rp. 73.600
26.

Spon yonaga

Rp. 1.500
Rp. 72.100
27.

Soffel

Rp. 11.200
Rp. 60.900
28.

Lilin cakrawala

Rp. 13.800
Rp. 47.100
29.

Mitu baby

Rp. 9.900
Rp. 51.900
30.

Sayuran

Rp. 20.000
Rp. 31.900
31.

Bensin @pendamping

Rp. 30.000
Rp. 1.900
32.

thermometer

Rp. 7.400
Rp.-5.500
Jumlah Pemasukan                  : Rp. 300.00
Jumlah Pengeluaran                : Rp. 305.000
Saldo                                       : Rp. – 5.500






     81
BAB V
PENUTUP
Segala puji bagi Allah pemilik mata air cinta yang tiada pernah kering karena dengan kasih sayangya penulis bisa menyelesaikan proposal pengambilan nomor registrasi anggota dan slayer dengan kesabaran dan kebahagiaan, penulis menyadai bahwa masih banyak kesalahn dan kekurangan. Maka dari itu saran kritik yang membangun dari pembaca merupakan modal utama untuk meraih tangga kesuksesan.
Akhirnya tiada kata paling indah kecuali pujian syukur Alhamdulillah pada pemilik kasih saying sempurna atas berjuta nikmat yang tercura.
A.    EVALUASI
1.      Rancangan dan yang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan apikassi di lapangan untuk itu diperlukan informasih dari masyarakat sekitar, pecinta alam lainnya.
2.      Minimya peralatan yang sangat jadi masalah dalam perjalanan olehnya itu dibutuhkan kelengkapan dan keamanan segala peralatan.
3.      Perencana dana harus diatur sebagaimana mestinya




Kesimpulan
1.      Terseluruhkannya minat dan bakat akan kepecinta alaman dengan terealisasikan kegiatan prosesi pengambilan nomor registrasi anggota.
2.      Pengamanan dan pencatatan data selama kegiatan sebagai referensi pihak – pihak yang membutuhkan informasih berjalan dengan kancar mesikipun data – data yang diperlulkan masih sangat memungkinkan untuk adanya penambahan dan penyempurnaan data di Gua Salukang kallang .
3.      Dengan adanya perjalanan ini akan meningkatkan mental dan kekompakan serta pengembangan kepribadian bagi anggota muda.
4.      Mengaplikasiakn materi-materi yang selama ini kami pelajari selama menjadi anggota muda.
Saran
1.      Kemampuan fisik dan mental sebaiknya dimiliki oleh setiap penggiat alam bebas melakukan susur gua.
2.      Kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kelestarian alam harus dimiliki oleh penggiat alam bebas.
3.      Kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kelestarian alam harus dimiliki oleh penggiat alam bebas.
4.      Persiapan yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang akan dihadapi di lapangan.
5.      Pembuatan laporan perjalanan yang factual, berbobot, dan komunikatif sangat penting sebagai refresi untuk penggiat alam bebas yang lain sekaligus pengabdian cerita.
DAFTAR PUSTAKA
 Andri, Mansyur, dkk. Laporan Penelitian Pengambilan NRA dan Selayer Kategori Caving Angkatan IV. Makassar, 2016.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar