LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui untuk ujian Laporan Pengambilan Nomor
Registrasi Anggota dan Slayer KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG Angkatan
V dengan kategori Susur Gua di Gua Salukang kallang.
Makassar, 14 Oktober 2016
PENDAMPING
MUJAHIDIN ( ............................ )
LEMBAR PENGESAHAN
Pengambilan Nomor Registrasi Angkatan dan Slayer
KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG ANGKATAN V dengan Kategori SUSUR GUA di Gua Salukangkallang.
Disahkan
oleh :
Pengurus
KAPAS
Periode
2016 – 2017
Ketua
Umum
ANDRI
SAPUTRA
NRA.III.KAPAS.14.SG-SLK.041
PEMBINA :
ERWIN YAMIN, S.Pd., Gr ( ............................. )
PENDAMPING :
MUJAHIDIN ( ............................. )
STEERING COMMITE :
SUTI DIRHAMSAH, S.Sos ( .............................
)
:
MASKUR (
............................. )
:
AGUSRIADI (
............................. )
:
FIRMAN.S (
............................. )
:
ASWANDI (
............................. )
PENGUJI :
MANSUR SYAH N (
............................. )
:
HERIYATI (
............................. )
KODE ETIK
PENCINTA ALAM
1.
PENCINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA
ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA.
2.
PENCINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT
INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR.
3.
PENCINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA SEGENAP PENCINTA ALAM
INDONESIA SAUDARA SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN
YANG MAHA ESA.
SEMBOYANG
1.
JANGAN MENGAMBIL SESUATU KECUALI WAKTU
2.
JANGAN MENINGGALKAN SESUATU KECUALI JEJAK
3.
JANGAN MEMBUNUH SESUATU KECUALI WAKTU
MOTTO
TINDAKAN
HARUS BERSUARA LEBIH NYARING DARI PADA KATA – KATA
GUA
MEMANG GELAP DAN MEMILIKI BERIBU KEINDAHAN ITU BERNILAI DARI PADA HATI YANG
GELAP TANPA PERJUANGAN.
ABSTRAK
YENNI
OKTAVIA, MEGAWATI, ASLINDA PUTRI, RISMAN. LAPORAN PENGAMBILAN NOMOR REGISTRASI
ANGGOTA DAN SLAYER KOMUNITAS MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG ANGKATAN V DENGAN
KATEGORI SUSUR GUA DI DUA SALUKANGKALLANG.
Penelitian ini bertujuan diantaranya
untuk memenuhi salah satu syarat untuk menjadi Anggota Penuh KOMUNITAS
MAHASISWA PENCINTA ALAM SOPPENG Angkatan IV sesuai yang tercantum didalam
aturan kelembagaan, mengkaji lebih dalam baik dari segi histori, keadaan alam
maupun budaya dalam kehidupan masyarakat di sekitar gua salukangkallang.
Terima kasih kami panjatkan atas
segala rahmat dan hidayah sehingga kami mampu menyelesaikan prosesi pengambilan
Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer Di Gua Salukangkallang desa Kappang Kabupaten
Maros Sulawesi Selatan.
Dengan dilakukan prosesi pengambilan
Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer Di Gua Salukangkallang, hobi serta serta
bakat dalam hal susur gua yang dimiliki oleh peserta dapat tersalurkan.
Begitupula terhadap rasa kecintaan pada alam terkhusus dalam penyelusuran gua
semakin bertambah.
Dengan terselesainya prosesi
pengambilan Nomor Registrasi Anggota Dan Slayer Komunitas Mahasiswa Pencinta
Alam Soppeng, adanya data-data yang dikumpulkan sebagai bentuk hasil serta
dokumentasi kepada teman-teman sesama pencinta alam lainnya sebagai bahan acuan
dan referensi. Meski kami akui bahwa data yang kami peroleh belum sepenuhnya
lengkap dan kapan saja bisa bertambah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT
karena telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga kami
dapat menyusun karya ilmiah ini dapat terselesainya dengan baik meskipun dalam
bentuk yang sangat sederhana.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
laporan mengenai “Pengambilan Nomor
Registrasi Anggota Dan Slayer” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai
yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk menambah kelengkapan dan kesempurnaan
laporan ini kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun.
Atas terselesainya laporan ini, kami tak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas dukungan, bantuan kerjasama semua pihak, khususnya :
1.
Kanda Pendiri
Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng.
2.
Angkatan I, II
dan III.
3.
Teristimewa kami
ucapkan kepada kedua orang tua kami dan keluarga.
Agar kiranya semua pihak yang telah
membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan ini senantiasa mendapat berkah da
rahmat dari ALLAH SWT . semoga laporan ini dapat bermanfaat dan sebagai bahan
informasi bagi para pembaca.
Amin....
Makassar, 9 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR
TABEL
Nomor Halaman
1.
Tabel
Data Hasil Penelian .................................................................... 77
2.
Tabel
Logistik ..................................................................................... 79
3.
Tabel
Perlengkapan Kelompok ............................................................ 81
4.
Tabel
perlengkapan Pribadi ................................................................. 83
5.
Tabel
Perlengkapan Alat Penelitian ...................................................... 85
6.
Tabel
Laporan Keuangan .................................................................... 86
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
KODE ETIK PENCINTA ALAM INDONESIA
KODE ETIK LINGKUNGAN HIDUP
MOTTO
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan
Penelitian ...................................................................... 2
C. Gambar
Umum Kegiatan ......................................................... 2
D. Waktu
dan Tempat Pelaksanaan .............................................. 3
BAB II DATA DAN INFORMASI
A. Sekilas
Tentang Gua Salukangkallang .................................... 4
B.
Materi Penunjang Perjalanan ................................................. 7
C. Perizinan
............................................................................... 58
D. Kebudayaan
Setempat .......................................................... 58
BAB III STRUKTUR PERSIAPAN PERJALANAN
A. Struktur
dan Personil ............................................................. 59
B.
Uraian Tugas ......................................................................... 59
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Jurnal
Kegiatan ..................................................................... 60
B. Operasi
Perjalanan ................................................................ 60
C. Kronologi
Perjalanan ............................................................. 61
D. Transportasi
.......................................................................... 69
E. Logistik
................................................................................. 69
F. Daftar
Perlengkapan Kelompok ............................................ 71
G. Daftar
Perlengkapan Pribadi .................................................. 73
H. Daftar
Alat Penelitian ............................................................. 75
I.
Daftar Pengeluaran Keuangan ................................................ 76
BAB V PENUTUP
A. Evaluasi
................................................................................ 81
B.
Kesimpulan ........................................................................... 82
C. Saran
.................................................................................... 82
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 83
LAMPIRAN
...............................................................................................
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP ...................................................................
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
Pemetaan
Pengukuran Gua .................................................................. 68
2.
Dokumentasi
perjalanan ....................................................................... 61
3.
Dokumen
Riwayat Hidup Peserta ........................................................
|
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Proses datang dan pergi dalam sebuah
lembaga merupakan suatu siklus yang akan terjadi selama dalam lembaga tersebut
berlangsung sebuah regenerasi. Regenerasi yang akan melahirkan generasi baru
untuk menggantikan generasi yang lama. Proses ini idealnya dilakukan oleh
generasi yang telah lebih dulu bergabung dalam lembaga itu, dengan membekali
generasi yang baru dengan kesiapan-kesiapan dalam rangka menghadapi dunia
organisasi. Kesiapan-kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan mental yang
meliputi intelektual, emosional, dan spiritual serta jiwa persaudaraan dan
kekeluargaan dalam Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng
Sebuah
perencanaan yang terstruktural dalam satu visi misi kelembagaan menuju
transformasi merupakan sebuah wujud dan
cita – cita semua lembaga. Kemampuan dari setiap individu yang akan mengawal
lembaga tersebut pasti akan berbeda namun visi misi lembaga tersebut yang akan menampung setiap aspirasi setiap
indivudu yang berbeda karakter. Mahasiswa dengan segala potensi yang dimiliki
tentu bukan hal baru jika kemudian mencapai kesempurnaan dan pencapaian visi
misi tersebut, yang kemudian mendorong kami dalam mahasiswa olahraga pencinta alam dengan
tujuan yang lebih mengedepankan nilai – nilai kebersamaan dengan tingkat
solidaritas yang tinggi.
Dalam konteks internal lembaga
kepencinta alaman
mengharuskan anggota memiliki kemampuan yang spesifik dan profesional dalam
pengembangan sumber daya manusia yang merupakan tolak ukur dari pengaplikasian ilmu
kepecintaalaman guna mengawal dan menjalankan visi misi kelembagaan.
Berangkat dari pemikiran tersebut
maka kami sebagai anggota muda KAPAS (Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam
Soppeng) angkatan IV ingin meneruskan tongkat estafet yang telah dijalankan
para pendahulu kami dan salah satu langkah awalnya adalah sebuah proses
pengambilan nomor registrasi anggota yang merupakan salah satu persyaratan
untuk menjadi anggota penuh.
B.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
bisa menjadi anggota penuh KAPAS
(Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Soppeng).
2. Menanamkan
rasa peduli dan tanggung jawab terhadap lembaga pencinta alam
3. Untuk
mensyukuri salah satu keindahan alam dari Sang Pencipta
4. Sebagai
salah satu proses pembelajaran dan penelitian.
5. Untuk
menyalurkan minat dan bakat kami akan kepencintaalaman khususnya kegiatan penelusuran gua.
C.
Gambaran
Umum Kegiatan
Berdasarkan tujuan kegiatan
pengambilan Nomor Registrasi Anggota, maka gambaran umum kegiatan adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian
dilaksanakan di gua salukang kallang, Maros
2. Jenis
gua yang akan diteliti memiliki karakter vertikal horizontal
3. Mengukur
kedalaman gua sebagai bentuk penelitian
D.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Pengambilan Nomor Registrasi Anggota dan
Slayer akan dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 25 September 2016 di Gua Salukang
Kallang desa Labuaja Kec.Cenrana Kab. Maros.
4
|
DATA
DAN INFORMASI
A. Sekilas tentang Gua Salukang
Kallang
1.
Gua
Salukangkallang
Kekayaan alam Sulawesi Selatan, tepatnya
di Kabupaten Maros, selama ini memang terkenal dengan gugusan gunung karstnya.
Suguhan barisan tebing yang menjulang indah tersebut kerap diistilahkan The
Spectacular Tower Karst, yang memiliki Khazanah alam bawah tanah atau gua.
Tidak hanya itu, gua terindah di Indonesia pun terletak di daerah ni, tepatnya
di Desa Labuaja. Keindahan panorama bawah tanah dan guanya sangat memukau
sehingga dijuluki sebagai surga alam bawah tanah. Gua yang dimaksud tersebut
adalah Salukang Kallang.
Gua Salukang
Kallang merupakan Gua horizontal dengan panjang lebih kurang 27 kilometer ini
menjadikan Salukang Kallang sebagai gua terpanjang di Indonesia. Gua ini
termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang dikelola dan
dilindungi pemerintah.Letaknya di jalan poros antar kota Makassar dan kabupaten
Bone. Jarak lokasi goa dengan kota Maros sekitar 25 kilometer atau dapat
ditempuh kurang dari satu jam perjalanan sambil menikmati pemandangan sawah dan
pepohonan liar yang tumbuh di sepanjang jalan.
Setiba di area gua, anda bisa memarkirkan kendaraan di
pinggir jalan atau menitipkannya diwarung dan rumah penduduk. Dari sini masih
butuh perjalanan lebih kurang satu kilometer lagi untuk menemukan mulut goa.
Anda pun harus berhati-hati dan teliti dalam menemukan rute jalan kaki. Mulut
gowa Salukang Kallang sangat kecil hanya berdiameter kurang lebih 50 cm di
kedalaman kurang lebih 10 meter sehingga membutuhkan peralatan panjat tebing
(Rapling) untuk meraihnya.
Terdapat berbagai macam
ornament yang tersusun rapi dan bisa ditemukan dalam penelusuran gua di Taman
Nasional Bantimurung-Bulusaraung ini. Antara lain adalah gordam, gordin,
stalagtit, stalagmite, sodastaw, dan berbagai macam ornament lainya. Mereka
berkilauan bagaikan tambang permata. Mereka juga bisa mengeluarkan bunyi indah
ketika diketuk. Namun, tetap berhati-hati ketika bermain dengan batu tetes
(Dropstone) ini. Jangan sampai merusaknya karena butuh waktu ratusan tahun
membentuk gugusan kerucut indah (Sodastraw) di dalam goa.
Pembentukan ornament membutuhkan waktu
beratus-ratus tahun lamanya agar menjadi indah seperti yang dilihat saat ini.
Saat ini keberadaan ornament-ornament tersebut sangat terancam dari kehancuran.
Jika dipelajari
lebih dalam, kehidupan didalam goa adalah sesuatu yang sangat unik. Berbagai
macam biota goa dapat beradaptasi dan berevolusi menyesuaikan kondisi
lingkungannya. Peralatan seperti
helm, head lamp dan sepatu boot adalah perlengkapan dasar yang harus dikenakan
sebab medan yang ditelusuri seringkali memberikan kejutan. Selain, tidak ada
sama sekali sinar matahari yang masuk, lantai goa juga basah dan lembab, serta
tekstur langit-langit goa kebanyakan landai dan kasar. Terkadang akan membuat
kepala dan punggung cedera jika tidak menggunakan pengaman.
Semakin ke dalam
goa tantangan semakin besar, tidak hanya menunduk dan merayap tapi juga
berenang menyusuri sungai. Ya.. tepat di tengah-tengah goa terdapat aliran
sungai jernih. Sungai bawah tanah ini menjadi pemasok utama ketersediaan air
bersih bagi kehidupan warga kabupaten Maros dan sekitarnya. Salukang Kallang
diakui para peneliti sebagai goa yang memiliki system air yang baik yaitu
sungai Permukaan dasar aliran sungai Bantimurung. Sungai seringkali dijadikan
tempat periristirahatan oleh pengunjung yang ingin menginap di dalam goa.
Aliran sungai
bawah tanah yang terdapat di goa Sallukang Kallang merupakan sumber air utama
yang biasa digunakan sebagai konsumsi. Baik oleh masyarakat Maros ataupun
pemerintah kabupaten Maros melalui PDAM Tirta Bantimurung.
Keberadaan sungai bawah tanah tersebut patut
dijaga kelestariannya. Tidak hanya sistem perguaannya, namun juga vegetasi
diatas system perguaan tersebut. Dengan adanya vegetasi yang bagus maka sistem
tata air perguaan pun teratur dengan sendirinya. Selain menjadi tempat wisata petualangan, Salukang Kallang biasa
dijadikan obyek penelitian dan tempat pelatihan penelusuran goa (Caving).
Konon, goa yang terbentuk sejak ribuan tahun lalu ini menjadi tempat tinggal
bagi para manusia prasejarah. Disini juga banyak biota dan vegetasi khas
menarik untuk dikaji.
2. Keadaan penduduk
sekitar Gua Salukangkallang
Gua Salukangkallang
adalah gua yang terletak di kawasan desa wisata Samangki, Kabupaten Maros,
provinsi Sulawesi Selatan.Kabupaten ini dikenal dengan keindahan alamnya,
banyak gua dan tebing-tebing yang menjulang indah serta berbagai macam-macam
peninggalan sejarah dari zaman purba kala.
Aliran sungan
bawah tanah yang terdapat di goa Sallukang Kallang merupakan sumber air utama
yang biasa digunakan sebagai konsumsi. Baik oleh masyarakat ataupun pemerintah
melalui PDAMnya. Keberadaan sungai bawah tanah tersebut patut dijaga
kelestariannya. Tidak hanya sistem pergoaannya, namun juga vegetasi diatas
system pergoaan tersebut. Dengan adanya vegetasi yang bagus maka sistem tata
air pergoaan pun teratur dengan sendirinya dan kebanyakan para penduduk di Desa
wisata Samangki masyarakat disini bermata pencaharian sebagai petani dengan
memanfaatkan kekayaan yang ada di sekitar mereka misalnya pohon aren, yang bisa
menghasilkan bahan baku pembuatan gula
merah, ataupun hanya diolah sebagai minuman tradisional saja (dalam bahasa
bugisnya Tua Cenning), dan sebagaian masyarakat yang ada di pinggir jalan raya
memanfaatkan untuk menambah penghasilan kesehariannya seperti membuka warung
makan ataupun eceran biasa,dan juga membuka usaha pembengkelan.
B. Materi penunjang
perjalanan
1. Caving
Penelusuran gua atau caving
adalah salah satu cabang dari kegiatan alam bebas yang kini mulai banyak
digemari di Indonesia. Bentang alam Indonesia yang luas dan memiliki berbagai
tipe geografi tanah menjadikan wiliyah negara kita ini banyak memiliki gua-gua
alam. "Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki
orang" menurut IUS (International Union of Speleology) tentang definisi
dari gua. Sedangkan ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya dinamakan
speleologi, yang berasa dari kata Yunani yaitu spalion (gua) dan logos (ilmu).
Speleologi di Indonesia tergolong ilmu yang masih baru dan
mulai berkembang sekitar tahun 1980. Sedangkan di Perancis dan Jerman sudah
mempelajari ilmu tersebut sejak abad -19. Speleologi adalah ilmu-ilmu yang
mempelajari gua-gua. Kata tersebut diambil dari Bahasa Yunani : SPELALION :
Gua, LOGOS : ilmu. SPELEOLOGI dapat diartikan secara umum sebagai ilmu yang
mempelajari gua beserta lingkungannya. Sebelum membicarakan Speleologi lebih
lanjut , kita perlu mengetahui definisi dari gua : Menurut IUS (International
Union of Speleology) yang berkedudukan di Wina, Austria Gua adalah setiap
ruangan bawah tanah, yang dapat dimasuki orang Gua memiliki sifat yang khas
dalam mengatur suhu udara didalamnya, yaitu pada saat udara diluar panas maka
didalarn gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua di pergunakan sebagai tempat
berlindung. Gua-gua yang banyak diternukan di Pulau Jawa dan pulau pulau
lainnya di Indonesia , sebagian besar adalah gua batu gamping atau gua karst.
Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan kini kering (gua fosil) atau
di masa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari
gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst
dibawah permukaan (endo karst phenomena) supava memahami cara-cara gua
terbentuk dan bagaimana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam, yang
mempunyai nilai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua, atau sebagai sumber
air, tanpa mencemarinya.
a. Sejarah Penelusuran Gua
Tidak ada catatan
resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalan peninggalan, berupa
sisa makanan, tulang belulang, dan juga lukisan-lukisan, dapat disimpulkan
bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang tersebar di
benua Eropa, Afrika, dan Amerika.
Menurut catatan
yang ada, penelusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMONT, ahli bedah dari Somerset,
England (1674). la seorang ahli tambang dan geologi amatir, tercatat sebagai
orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing) sedalam 20 meter dan
menemukan ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3 meter. Serta ketinggian
plafon 10 meter, a-3,dan menggunakan penerangan Win. Menurut catatan, Beaumont
merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). la
mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan
mengukur ruangan dalam gua tersebut. la melaporkan penemuan ini pada Royal
Society, Lembaga Pengetahuan Inggris. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan
gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON JOHANN VALSAVOR dari Slovenia. la
mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa, dan melahirkan empat buku setebal
2800 hataman.
JOSEPH NAGEL, pada
tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di
Kerajaan Austro-Hongaria. Sedangkan wisata gua pertama kali tercatat tahun
1818, ketika Kaisar Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua Adelsberg
(sekarang bemama gua Postojna) tertetak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan
Josip Jersinovic mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan
tempat itu dapat dicapai. Diberi penerangan dan pengunjung dikenai biaya masuk.
New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak
hanya untuk mencari keuntungan. Stephen Bishop pemandu wisata yang paling
berjasa, ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang
pengacara yang membeli tanah di sekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika Serikat
pada tahun 1838. Dan kini gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia. Sedangkan
di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik gua
sebagai tempat pemujaan. sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai
tempat tinggal makhluk. Namun semuanya memiliki nilai budaya, legenda, mistik,
dan kepercayaan sesuatu terhadap gua perluloh didokumentasi dan dihargai
sebagai potensi budaya bangsa. Maka Antropotogi juga merupakan bagian dari
Speleologi.
b. Macam dan fungsi Gua
Gua adalah suatu
lorong yang terdapat di bawah tanah yang terbentuk karena proses alami dan bisa
dilalui oleh manusia, sedangkan gua berlorong kecil disebut sebagai gua mikro.
Gua juga dapat terbentuk oleh manusia yang disebut sebagai gua buatan, dan
biasa dugunakan sebagai tempat perlindungan. Gua alam berdasarkan letak dan
batuan pembentuknya di bedakan menjadi empat, yaitu:
1. Gua lava. Terbentuk karena kejadian yakni gejala aktivitas
vulkanologi yang biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda
(endapan lahar) dan tidak ditemui ornamen khas gua.
2. Gua Litoral. Sesuai dengan namanya yang terdapat di daerah
pantai, palung laut, atau pada tebbing muara sungai. Terbentuk akibat terpaan
ombak pantai sehingga membentuk lorong-lorong yang akhirnya menjadi sebuah gua.
Namun untuk menelusuri gua ini, kita harus berhati-hati karena gua biasanya
akan terendam oleh air pasang laut.
3. Gua batu gamping (karst). Gua yang satu ini merupakan jenis
gua yang paling banyak kita temui di seluruh dunia, yang prosentasenya mencapai
75% dari gua yang terdapat di seluruh dunia. Terbentuk akibat proses pelarutan
batuan kapur akibat aktivitas air. Sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan
batuan yang sangat menarik melalui proses kristalisasi dan pelarutan. Ornamen
gua banyak kita temui pada jenis gua ini. Gua pasir, gua batu halit, gua es.
Gua jenis sangat jarang untuk kita temui diseluruh dunia. Hanya berkisar 5%
dari gua di dunia.
Ø Fungsi gua:
· Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano)
· Sebagai tempat perburuan sarang walet atau kelelawar
· Sebagai obyek wisata
· Obyek sosial budaya
· Indikator perubahan lingkungan. Karena gua memiliki
kesensitifan pada perubahan lingkungan sekitarnya.
· Laboratorium ilmiah
· Gudang air tanah potensial
· Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan
vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua.
c.
Proses terjadinya gua dan ornamen dalam gua
1.
Proses terbentuknya gua
Dua unsur penting yang
memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih
tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak
keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos
ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya.
Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan
meninggalkan bentuk gua, lorong, celah, atau bentuk lain semacamnya. Ini sering
disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi. Proses yang terjadi
terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses
kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai permukaan yang
halus dan licin.
Pembentukan gua
lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi dominan
Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah
larut dalam air,bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi
dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan dibawah permukaan. Tetapi sering
kali ditemukan juga mineral- mineral hasil reaksi yang tidak larut dalam air,
misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’ .
Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan
jenuh kalsium, ditempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan
dalam bentuk kristalin, dan variasi-variasi ornamen gua lainnya yang menarik
untuk dilihat.
Air cenderung
bergerak ke tempat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah
permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif.
Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan
dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar
di di tempat yang lebih dalam .rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula,
hal ini berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup
ke dalam celah yang lebih kecil dan sempit sekalipun. Ukuran besarnya gua tidak
hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang
berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu
berlangung. Sedangkan pola rongga yang
terjadi di bwah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang
spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut
berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek geologis lainnya.
Selain jenis lava
dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu pasir juga
kadang-kadang memungkinkan tejadinya gu, demikian pula batuan yang memebentuk
lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis
batuan yang terakhir ini biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak
begitu dalam. Gua yang terjadi disini adalah gua laut. Didalam proses
pembentukan lorong ada banyak seklai kemungkinan bentuk, termasuk juga
pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem.
2. Ornament dalam Gua
Berapa ornamen yang memiliki sifat
sama diberi nama diantaranya:
1. Stalagtit. Ornamen yang satu ini terbentuk karena rekahan kecil yang memungkinkan terjadinya
tetesan kecil yang mengandung kalsium karbonat. Pada saat itulah terjadi
“persipitasi”, sehingga terlepaslah karbon dioksida dan terbentuk endapan
bening yang disebut mineral kalsit. Stalagtit tumbuh dari atap gua menuju ke
bawah.
2. Stalagmit. Terbentuk karena tetesan air stalagtit berlebih
yang menetes kebawah dan jatuh ke lantai gua dan terakumulasi selama beribu
tahun dan membentuk dekorasi sendiri. Dekorasi yang terbentuk di lantai gua ini
yang dinamakan stalagmit.
3. Coloumn atau pilar. Terbentuknya ornamen ini terjadi ketika
stalagtit yang berasal dari atap gua menyambung dengan stalagmit yang berasal
dari lantai gua yang kemudian membentuk seperti pilar. Sehingga memerlukan
waktu berjuta tahun hingga dapat terbentuknya ornamen yang satu ini.
4. Flowstone. Terbentuk selama milayaran tahun yang disebabkan
berjuta tetes air yang mengalir menyelubungi bongkahan batu di dalam gua.
5. Shawl atau drapery.ornamen ini dinamakan seperti ini karena
ornamen ini memiliki tampilan yang hampir sama dengan namanya. Terbentuk dari
tetesan air yang mengalir pada dinding gua. Jika kita lihat, kadang ornamen
tersebut tembus cahaya dan berwarna-warni akibat kandungan mineral besi yang
terkandung di dalamnya.
6. Helectit. Ukuran dari ornamen ini kecil dan terkesan tidak
beraturan. Terkadang cabangnya melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari
tetesan
7. air yang mengalir melalui alur kecil sebagai akibat gaya
kapiler. Pembentukan dekorasi ini menyalahi gravitasi bumi.
8. Cave pearl. Terbentuk pada saat kerikil yang terkena tetesan
air dan terus menerus sehingga terselimuti oleh kandungan mineral kalsit.
Mutiara gua dapat kita temui menempel pada ornamen lain atau pada dinding dan
lantai gua. Akan tetapi cave pearl sulit untuk kita temui.
9. Aragonit: Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3,
jarang dijumpai
10. Gours: Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air
atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung ba]nyak CO2. Semakin CO2 memuai
(menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
11. Marble: Batu gamping
yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan
sehingga merubah struktur uang unik dari batu tersebut.
12. Straw : Seperti stalactic tapi diameternya kecil, sebesar
tetesan air.
13. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu
gamping.
14. Pearls: Kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam di
bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
15. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang
terlipat,menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
16. Couli Flower
17. Rimstone Poool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk
ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang
bersusun-susun.
3.
Etika Penulusuran Gua
a. Tidak mengambil sesuatu kecuali mengambil potret (Take
nothing but picture.)
b. Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali jejak kaki yang
penempatannya hati-hati (Leave nothing but carefully placed footprint)
c. Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (Kill nothing but time)
d.
Teknik dalam penelusuran gua
1.
Penelusuran Gua Horisontal
Pada dasarnya
setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit.
Malah dalam sebuah buku teks disebutkan, apabila badan terasa kurang fit,
sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini
disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran burung
dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam
kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru, beberapa
pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena terserang
penyakit ini.
Selain memerlukan
kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus harus
memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam
keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak
seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif
kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
Dalam penelusuran
horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak, merayap,
tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung
siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
Peralatan pribadi untuk gua horisontal ;
a) Helm
b) Caving sling
c) Cover all
d) Caving pack sack
Peralatan tim untuk gua horisontal ;
a) Perahu karet
b) Tali
c) Kamera
d) Kompas
e) Topofil
Penelusuran Gua Vertikal
Sampai dengan saat
ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua vertikal. Yang
dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique (SRT).
SRT hanya
menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban ketika
menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
Peralatan
Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan
dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT, dan sedikit
alternatifnya.
a.
Peralatan Pribadi
Perlengkapan/4alatan
yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang harus melekat pada
seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua vertikal. Secara
garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3, yaitu alat
untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
b.
Peralatan Naik (ascender)
Ada beberapa jenis
peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, g memiliki keistimewaan
apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.
1. Foot Loop Jammer
Alat ini akan
digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan, dihubungkan dengan webbing ke
sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada alat ini ditempatkan
foot-loop (sling injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini menggunakan
gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin terbeban
akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop Jammer
adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan kiri,
dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki
bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.
2. Chest Jammer
Alat untuk naik
yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih ringkas (tidak
ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit Harness dan
Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga agar badan
tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut Croll yang
memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll
merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan kita
menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di
Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.
c.
Peralatan Turun (Descender)
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan
sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan, mengingat Figure
Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan arah tali,
sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih mudah
rusak apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin Descender
Alat yang
dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk menuruni tali pada SRT,
yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang sudah
terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman,
kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. Rack
Rack memiliki
batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur friksi antara alat
dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan. Rack akan relatif lebih
dingin setelah pengunaan jangka panjang.
4.
Auto Stop Descender
Auto Stop
merupakan alat turun yang paling aman untuk digunakan dalam melakukan SRT. Hal
ini karena Auto Stop dilengkapi dengan sistem kunci otomatis, dan dapat
dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke harness.
d.
Peralatan Penunjang
Merupakan
peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang digambarkan
disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan prinsip sama
1. Sit
Harness
Ada berbagai jenis
Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan Avanti. Sit Harness
ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun canyoning. Avanti
dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam melakukan SRT,
ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2.
Linking Maillon
Semacam karabiner
tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon sangat kuat,
terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya sebagai
penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif lain
dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga,
digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp” dapat dipanjang dan
pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier atau sling.
4.
Security Link
Disebut juga
“safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari Dynamic
Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih. Pada
kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop jammer
dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan
webbing.
5.
Chest Harness
Merupakan harness
khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness berguna untuk
menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar dengan tali.
Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar. Alternatif lain
memakai sling/chest strap.
6.
Main Attachment
Delta maillon 10mm
adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau aluminium. Main attachment
merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk mengunci
sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link, cow’s
tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah digunakan
carabiner.
7.
Cow’s tail
Sebagai pengaman
pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu menuruni tali atau
menaiki tali. Cow’s tail dapat dibuat dari “climbing rope 11mm”. Panjangnya
kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya dibuat figure
of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. “loop” pada
bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8.
Karabiner
Oval karabiner
digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate karabiner untuk descender.
Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan ‘oval screw gate
carabiner’.
9.
Helmet
Merupakan
perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya untuk
melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. ‘Petzl helmet’
diperlengkapi dengan lampu karbit.
Perlengkapan Tim
1.
Tali
Tali yang dipakai
dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat
menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang
dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk
memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas tali). Cucilah
tali setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus.
Jemur tali di tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas
matahari.
2.
Webbing
Disebut juga tape
(pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor, dan lain-lain.
3.
Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain
yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle bag), juga
untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu
karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk
membawa karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor. Untuk mengarungi
sungai di dalam gua diperlukan perahu karet khusus.
Tali Temali (Knots)
Merupakan
pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpul-simpul yang biasa
digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:
1.
Bowline
Digunakan untuk
membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila mendapat beban.
Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat simpul ini, ujung tali harus overhand knot.
2.
Figure of eight
Merupakan simpul
yang paling penting karena sering digunakan. Mudah membuatnya dan
melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay dan untuk
menyambung tali.
3.
Tape knot
Simpul ini
digunakan untuk menyambung webbing dengan menggabungkan kedua ujungnya. Tidak
ada simpul lain untuk keperluan tersebut.
4.
Butterfly knot
Berfungsi untuk
mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul ini untuk tali dengan beban vertikal.
5.
Prusik knot
Untuk prusikking
(naik tali dengan bantuan prusik)
Sistim Anchor
Anchor merupakan
sebuah “titik keamanan”. Anchor yang baik, menjamin keselamatan penelusur gua,
saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat kembali naik. Dalam verical
caving dikenal sistim “back up” dengan menggunakan beberapa titik (point).
Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang belay) , guna
menghindari gesekan batu. Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan
untuk keperluan tertentu, seperti hauling, lowering, rescue dll.
Ada dua macam
sistim anchor, yaitu :
1.
Anchor Alam (Natural Anchor)
Natural Anchor
relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain. Caranya
dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung menggunakan
tali, dengan simpul bowline.
2.
Artificial Anchor
Dinding gua
biasanya tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat anchor
buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan ‘bolt’, sedangkan piton dan
chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan :
1 . Posisi Anchor
: Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan batu
2. Periksa keadaan
dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara mengetukkan hammer ke dinding
gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan batu yang rapuh.
Abseiling (teknik menuruni tali)
Dengan sistem SRT,
teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman, dibandingkan dengan penggunaan
tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah ketika melakukan SRT badan
kita harus selalu berada dalam kondisi aman, dalam artian ada paling tidak satu
buah pengaman yang menjaga apabila terjadi sesuatu. Dalam hal ini, pengaman
yang paling ter akhir dilepas dan paling awal dipasang adalah Cow’s Tail.
Cara menuruni tali
:
Pertama pasang
cow’s tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender. Setelah
descender terpasang, lepaskan cow’s tail dan lakukan abseiling. Tangan kiri
pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol laju
pada waktu turun.
Kecepatan waktu
abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau tersendat-sendat selain
berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju percepatan gunakan
carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main attachment.
Sebelum melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung tali.
Pindah Anchor (passing a re-bellay on the descend)
Seringkali pada
saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk dapat
melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik
pindah anchor.
Teknik pindah atau melewati anchor :
- Pasang cow’s tail pendek pada anchor, pada
saat posisi descender sejajar dengan anchor.
- Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail
pendek, pasang cow’s tail panjang pada hang belay, buka descender yang sudah
bebas beban.
- Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri
pada foot loop.
- Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail
panjang dan lepas foot loop jammer.
Pindah Sambungan (Passing a knot on the descend)
Kadang-kadang tali
yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus disambung
dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Teknik melewati sambungan :
- Turunkan descender hingga menyentuh sambungan
tali
- Pasang cow’s tail pada safety loop figure of
eight
- Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender,
jangan terlalu jauh atau terlalu dekat
- Buka descender dan pasang di tali bawah
sambungan dengan posisi mengunci
- Buka croll, dengan bantuan foot loop
- Lanjutkan abseiling setelah melepas cow’s
tail dan foot loop jammer.
Prussiking (teknik menaiki tali)
Yaitu bagaimana
supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam vertikal caving,
telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan dan
kelebihannya.
Ada dua system,
yaitu :
1. Rope Walking
System
Ciri utama dari sistim
ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah, sehingga setiap kaki
dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti seorang yang sedang
menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin efisien sistim ini
berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell
system, Pigmy system dan gabungan ketiganya.
2. Sit-stand
system
Berbeda dengan
rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua ascender, tetapi
cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga beban ditopang
bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk istirahat. Sit
stand system terdiri dari frog system, inchworm system, texas system dan a one
ascender prusik system. Dari keempat sistim, frog system paling sering
digunakan karena efisien dan aman.
Frog system
menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan mendorong
jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi
terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di
bawah jummar. Demikian seterusnya.
Pindah anchor (passing a re-belay on the ascend)
Seperti pada
abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda. Teknik
melewati anchor :
- Pasang cow’s tail pada anchor
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas
anchor berdiri
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang
pada tali atas.
- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan sambungan
(passing a knot in the ascend)
- Pasang cow’s tail pada ‘safety loops’ figure
of eight knot.
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas
sambungan.
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang
tali atas.
- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Kemungkinan Kecelakaan Yang Terjadi
Sebagian besar
kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur
sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur
melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup
dalam, terlihat dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat
ke dalam lobang tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan
apapun di dalam gua.
Tertimpa batu,
merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat rapuhnya
dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan
jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib dikenakan untuk
melindungi kepala.
Jenis kecelakaan
yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan yang
dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu
perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan
ragu-ragu untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan,
misalnya.
Bahaya banjir
merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor suhu
udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi
di gua yang basah.
Kejadian-kejadian
di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung dari persiapan
dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
Zona
Gua dan Habitat dalam Gua
1. Karakteristik
lingkungan gua
Meski di dalam gua
kondisi lingkungan beragam, tetapi bila dibandingkan
Caving_Repel_Pic_thumbdengan kondisi fisik lingkungan di luar gua akan
mempunyai keragaman yang lebih kecil. Beberapa parameter fisik yang berkaitan
dengan kondisi fisik gua antar lain :
a. Suhu di dalam gua mendekati rata-rata suhu
tahunan daerah di luar gua.
b. Kelembaban yang sangat tinggi mencapai lebih
dari 90% dan jarang dibawah 80 %.
c. Secara kimiawi air gua dicirikan dengan kadar
alkali dan pH yang relatif tinggi.
d. Pada aliran sungai di gua, kosentrasi oksigen
biasanya tinggi, tapi dalam kolom Rimstone yang airnya berasal dari rembesan
dan resapan, kandungan oksigennya bisa rendah.
2. Zona lingkungan gua
Moore dan Sullivan, 1978 membagi
lingkungan gua menjadi 3 bagian, yaitu
:
a. Zona terang (
Twilight Zone)
Merupakan daerah
yang dekat dengan mulut gua yang memungkinkan mendapat sinar matahari secara
langsung. Zona ini memiliki densitas organisme yang tinggi.
b. Zona peralihan
( Middle Zone)
Zona ini dicirikan
dengan adanya daerah gelap total, tetapi memiliki kelembaban dan temperature
yang berfluktuasi pada siang dan malam hari. Zona ini masih bisa mendapatkan
cahaya matahari walaupun tidak secara langsung, yaitu melalui pantulan.
c. Zona gelap
(Totally Dark Zone)
Merupakan cirri
gua yang memiliki kegelapan abadi, dimana secara alami tidak ada cahaya
matahari yang bisa masuk. Temperaturan dan kelembaban relative konstan
sepanjang tahun, kalaupun ada variasi mempunyai fluktuasi kecil.
Sejalan dengan
perubahan zonasi diatas, tekanan atmosfer dan temperature dalam gua akan
semakin menurun. Adanya penurunan diatas mengakibatkan aliran udara didalam gua
sangat kecil.
3. Adaptasi biota gua
Guna menjaga
kelangsungan hidupnya dan kelestarian generasinya, maka organisme gua melakukan
bentuk-bentuk adaptasi guna menghadapi kondisi lingkungan guayang sangat ekstreem
dan spesifik.
Adapun bentuk
adaptasi yang dilakukan oleh biota-biota tersebut secara garis besar dibagi 4,
yaitu :
a. Kompensasi
sensori (Alat perasa)
Sensor terhadap
cahaya (penglihatan) mengalami kemunduran / reduksi dan digantikan dengan
sensor terhadap gerakan dan perabaan yang mengalami peningkatan menjadi sangat
peka. Peningkatan kepekaan alat perasa pada saatnya akan menghasilkan
pertambahan anggota tubuh yang berfungsi sebagai alat perasa.
b. Adaptasi
terhadap kelembaban tinggi
Organisme gua yang
hidupnya di daerah tidak berair (terrestrial) harus beradaptasi dengan udara
yang jenuh dengan uap air. Ada batas maksimum toleransi terhadap kelembababan
hewan gua yang masuk Arthropoda terrestrial yang hidup di permukaan tanah.
Howarth (1983) menyatakan bahwa hewan-hewan gua mampu melakukan mekanisme
ekskretori (pengeluaran) air yang efektif sehingga akan meningkatkan
permeabilitas kutikuler dengan cara mereduksi kutikula.
c. Metabolisme
Ekonomi
Karena maknan
sangat jarang di dalam gua, hewan gua akan menurunkan laju metabolisme yang
bertujuan menghemat energi yang memungkinkan hewan untuk bertahan terhadap
kelaparan. Selain itu, hewan akan mempunyai cadangan energi untuk keperluan
yang lebih penting seperti reproduksi.
Neoteni
Kondisi
keterbatasan tersedianya makanan menyebabkan hewan gua harus mengembangkan
strategi tertentu untuk mengatasinya. Strategi adaptasi tersebut adalah neoteni
(perlambatan pertumbuhan tubuh). Hal ini juga dimaksudkan untuk mengalihkan
penggunaan energi untuk reproduksi. Hewan akan menunjukkan morfologi masih muda
(juvenile) seperti ukuran badan dan kepala meskipun mereka telah dewasa, bentuk
yang demikian dinamakan Paedomorph.
Berdasarkan
tingkat adaptasi dan tingkat siklus hidupnya, Moore & Sullivan (1978)
membagi biota gua menjadi 3 kelompok :
1). Trogloxene
Kelompok biota ini
tidak pernah melengkapi siklus hidupnya di dalam gua. Biasanya mereka tinggal
di mulut gua untuk mencari tempat istirahat dan perlindungan sementara. Setelah
keadaan membaik/sesuai, mereka meninggalkan gua. Contoh hewan yang hidup di
daerah ini ialah musang, ular, dan sebagainya.
2). Troglophile
Biota di dalam
kelompok ini biasanya hidup di zona gelap, walaupun bisa hidup di luar gua apabila
lingkungannya tidak jauh berbeda. Adaptasi yang telah dilakukan menyebabkan
mereka dapat menyelesaikan siklus hidupnya di dalam gua. Contoh hewan yang
hidup di daerah ini ialah kekelawar dan burung wallet.
3). Troglobion / Trogobite
Kelompok biota ini
adalah hewan yang hidup permanent di dalam gua dan hanya ditemui di dalam gua.
Seluruh siklus hidupnya diselesaikan di dalam gua. Biasanya mereka mempunyai
pigmenyang telah mereduksi dan mata yang kecil bahkan tidak ada sama sekali
(Moore & Sullivan, 1978).
4). Jaring- Jaring
Makanan di Dalam Gua
Jaring- jarring
makanan merupakan perputaran kembali materi-materi organic diantara populasi
yang ada di dalam gua. Sebagai contoh jaring makanan yang terjadi di dalam gua
ialah : Jamur mendapat nutrisi dari proses peruraian dan dengan cara menyerap
substansi organik dari materi tersebut atau yang terdapat di dalam kotoran
hewan. Serangga pemakan jamur seperti Beetles, Springtail, Mites memakan jamur
benang dan bakteri. Hewan akuatik gua dapat mencerna materi organic yang
mengapungsecara langsung. Hewan-hewan ini pada gilirannya akan disantap oleh
pemangsa yang lebih besar seperti Salamender, Crayfish, dan ikan-ikan. Dalam
siklus makanan ikan-ikan ini akan mati dan terurai sehiongga menghasilakn
materi organic ke dalam lingkungan gua. Kotoran gua merupakan sumber lain
materi organic.
Perputaran makanan
di dalam gua seringkali dikatakan sebagai Closed Ecologic System ( Ekosistem
Tertutup). Dalam suatu system yang benar-benar tertutup, setiap organisme
pemakan organisme lain pada gilirannya akan dimakan oleh organisme lainnya
dalam system yang sama. Tetapi system ini tidak bisa terpelihara tanpa adanya
bantuan secara tidak langsung dari sinar matahari.
Di dalam gua tidak
ada produsen primer kecuali beberapa bakteri Autotrof Khemosintetic yang
menggunakan besi dan sulfur sebagai donor elektron. Jadi secar umum komunitas
gua hanya terdiri dari dekomposer dan predator. Sumber makanan/energi untuk
biota gua berasal dari luar ekosistem gua , yaitu berupa :
Faeces/kotoran
(guano) dan sisa makanan dari kekelawar dan hewan trogloxene lain.
Management penelusuran
Management penelusuran terbagi dalam beberapa tahapan,
sebagai berikut:
· Sebelum penelusuran
1. Non teknis
a) Pengumpulan data dan informasih mengenai gua
b) Perizinan dan surat jalan yang dibutuhkan
· Teknis
a) Perlengkapan/logistik yang dibutuhkan
b) Jumlah personil yang memadai minimal 3 orang
c) Meninggalkan pesan kepada orang lain tentang pelaksanaan kegiatan
· Selama penelusuran
Ada pembagian
tugas dan wewenang dalam team selama kegiatan berlangsung sehingga terkordinir
dengan baik.
a. Setelah penelusuran
1. Cheeking peralataan
2. Perawatan peralatan
3. Evaluasi kegiatan
4. Pembuatan laporan kegiatan
5. Pelaporan kegiatan
P3K dan Kesehatan Perjalanan
a. Definisi P3K
Pada Kecelakaan
(P3K) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban
kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik.
Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang
sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh
petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban.
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana
dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan
benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban
dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa
memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.
b. Tujuan P3K
Tujuan
dari P3K adalah sebagai berikut:
a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
- Memperhatikan
kondisi dan keadaan yang mengancam korban
- Melaksanakan
Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) kalau perlu
- Mencari dan
mengatasi pendarahan
b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah
kondisi memburuk)
- Mengadakan
diagnose
- Menangani korban
dengan prioritas yang logis
- Memperhatikan
kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi.
c. Menunjang penyembuhan
- Mengurangi rasa
sakit dan rasa takut
- Mencegah infeksi
- Merencanakan
pertolongan medis serta transportasi korban dengan tepat
c. Prinsip
P3K
Beberapa prinsip
yang harus ditanamkan pada jiwa petugas P3K apabila menghadapi kejadian
kecelakaan adalah sebagai berikut:
a. Bersikaplah tenang,
jangan pernah panik. Anda diharapakan menjadi penolong bukan pembunuh atau
menjadi korban selanjutnya (ditolong)
b. Gunakan mata dengan
jeli, kuatkan hatimu karna anda harus tega melakukan tindakan yang membuat
korban menjerit kesakitan untuk keselamatannya, lakukan gerakan dengan tangkas
dan tepat tanpa menambah kerusakan.
c. Perhatikan keadaan
sekitar kecelakaan, cara terjadinya kecelakaan, cuaca dll
d. Perhatikan keadaan
penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat
kesakitan dll
e. Periksa pernafasan
korban. Kalau tidak bernafas, periksa dan bersihkan jalan nafas lalu berikan
pernafasan bantuan (A, B = Airway, Breathing management)
f. Periksa nadi atau
denyut jantung korban. Kalau jantung berhenti, lakukan pijat jantung luar.
Kalau ada perdarahan berat segera hentikan (C = Circulatory management)
g. Apakah penderita
Shock? Kalau shock cari dan atasi penyebabnya
h. Setelah A, B, dan C
stabil, periksa ulang cedera penyebab atau penyerta. Kalau ada patah tulang
lakukan pembidaian pada tulang yang patah, Jangan buru-buru memindahkan atau
membawa ke klinik atau rumah sakit sebelum tulang yang patah dibidai.
i. Sementara memberikan
pertolongan, anda juga harus menghubungi petugas medis atau rumah sakit
terdekat.
d. Prioritas
Pertolongan
Ada beberapa
prioritas utama yang harus dilakukan oleh penolong dalam menolong korban yaitu
henti napas, henti jantung, pendarahan berat, shock, ketidaksadaran,
pendaraahan ringan, patah tulang atau cedera lain
e. Tindakan
Pertama Saat Menemukan Korban
- Pastikan ABC korban telah stabil, kalau perlu
lakukan RJP
- Mengadakan diagnosa (mendapatkan informasi
tentang keadaan korban)
- Melakukan pertolongan
dan perawatan terhadap hasil diagnosa diatas sesuai dengan prioritas
pertolongan.
f. Keluhan
Dan Gejala Penyakit Atau Derita
a. Keluhan yang mungkin
diungkapkan korban:
Misalnya: nyeri, takut, panas, tidak dapat mendengar secara
normal, hilang penginderaan, penginderaan abnormal, haus, mual, perih, mau
pingsan, kaku, tidak sadar sebentar, lemah, gangguan daya ingat, pening, tulang
terasa patah.
b. Gejala yang mungkin
dilihat (ekspresi):
Misalnya: Cemas dan nyeri, gerakan dada abnormal, berkeringat,
luka, pendarahan dari liang tubuh, bereaksi bila disentuh, bereaksi atas
ucapan, lebam, warna kulit abnormal, kejang otot, bengkak deformitas (kelainan
bentuk), benda asing, bekas suntikan, bekas gigitan, bekas muntahan, dll.
c. Gejala yang
didapatkan dari perabaan:
Misalya: lembab, suhu tubuh abnormal, nyeri dan luka lunak bila
disentuh, pembengkakan, deformitas (perubahan bentuk ke yang buruk),
ujung-ujung tulang bergeser.
d. Gejala yang mungkin
didengar:
Misalnya: napas bising atau sesak, rintihan, suara hisapan,
bereaksi bila disentuh, reaksi atas ucapan.
e. Gejala yang mungkin
dicium:
Misalnya: Aseton, alcohol, gas atau uap, asap atau terbakar.
g. Tindakan
Dan Perawatan Lanjutan
Tindakan dan
perawatan lanjutan ini tergantung kepada penilaian anda terhadap kondisi
korban, anda biasa:
- Membawa korban ke tempat yang
aman dan nyaman untuk beristirahat
- Menghubungi rumah sakit atau
pihak berwewenang
- Mengatur evakuasi dan
transportasi korban ke rumah sakit
- Menghubungi keluarga korban
- Mengijinkan korban pulang
h. Pertolongan
Dan Perawatan Korban
KELAINAN JALAN
NAPAS DAN PERNAPASAN
1. Tenggelam
Tindakan :
a. Ketika mengangkat korban kepala harus lebih rendah dari
badan, ini bertujuan untuk mengurangi resiko menghirup air.
b. Baringkan korban pada tempat yang hangat (atasi
Hipothermia) dan siap-siap untuk RJP
2. Asthma
Tindakan :
a. Tenangkan korban
b. Dudukkan pasien bersandar ke depan dengan posisi ½ duduk
dan istirahat sambil berpegangan. Pastikan pasien cukup mendapat udara segar
c. Suruh pasien untuk mengatur napasnya
d. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
e. Bila pasien mempunyai obat, suruh ia menggunakannya /
meminumnya
GANGGUAN SIRKULASI
1. Shock
Tindakan :
a. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat anda
tangani
b. Pasien dibaringkan dengan posisi kepala harus lebih rendah
c. Kaki ditinggikan dan ditopang. Hati-hati kalau anda
menduga ada patah tulang
d. Longgarkan pakaian yang mengikat agar tekanan pada keher,
dada, dan punggang berkurang
e. Pasien diselimuti agar tidak kedinginan
f. Periksa dan catat pernapasan, nadi dan tingkat reaksi tiap
10 menit
2. Pingsan
Tindakan :
a. Pasien dibaringkan dengan posisi kaki di tinggikan dan
ditopang
b. Baringkan korban dalam posisi terlentang
c. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
d. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang
menghambat pernafasan
e. Beri udara segar
f. Periksa kemungkinan cedera lain
g. Selimuti korban
h. Korban diistirahatkan beberapa saat
i. Bila tak segera sadar , periksa nafas dan nadi, posisi
stabil, Rujuk ke instansi kesehatan
3. Luka
Tindakan :
a. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
b. Tutup luka dengan kasa steril/plester
c. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
d. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan
luka
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menangani luka:
a. Anda harus
memperhatikan dan mengecek apakah ada benda asing pada luka, bila ada:
Keluarkan tanpa
menyinggung luka
Kasa/balut steril
(jangan dengan kapas atau kain berbulu)
Evakuasi korban ke
pusat kesehatan
b. Bila sudah ada
bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh
dibuang, jika di buang maka luka akan berdarah lagi.
PENGARUH PANAS DAN
DINGIN
1. Hipotermia
Hipotermia
merupakan suatu kedaan dimana korban dalam keadaan dingin atau suhu badan
korban meknurun karena lingkungan yang dingin.
Gejala :
a. Menggigil atau gemetar
b. Kulit dingin, pucat dan kering, kulit terasa dingin
seperti marmer
c. Apatis, konfusi atau perilaku yang tidak masuk akal, sering
menjadi agresif
d. Mengantuk
e. Gangguan kesadaran
f. Pernapasan dangkal, cepat dan nadi lambat
g. Pada kasus yang eksterna henti jantung
h. Pandangan terganggu.
i. Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat
Tindakan :
a. Bawa korban ketempat hangat
b. Korban dibaringkan dan diselimuti
c. Jaga jalan nafas tetap lancar
d. Korban yang sadar di beri minuman hangat, sup atau makan
yang berenergi tinggi seperti coklat dll
e. Jaga korban agar tetap sadar
e. Kalu anda ragu akan kondisi korban yang sudah tua atau
masih bayi, panggil dokter
d. Jika korban menjadi tidak sadar, periksa nadi dan
napasnya, serta melakukan resusitasi jika perlu
2. Dehidrasi
yaitu suatu
keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila
cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini
biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan
karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara
terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala :
a. Dehidrasi
ringan
Defisit cairan 5% dari berat badan
Penderita merasa haus
Denyut nadi lebih dari 90x/menit
b. Dehidrasi
sedang
Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
Denyut Nadi lebih dari 90x/menit
Nadi lemah
Penderita merasa sangat haus
c. Dehidrasi berat
Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
Hipotensi
Mata cekung
Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
Kejang-kejang
Tindakan :
a. Mengganti
cairan yang hilang dan mengatasi shock
b. Mengganti
elektrolit yang lemah
c. Mengenal dan
mengatasi komplikasi yang ada
d. Memberantas
penyebabnya
e. Rutinlah minum
jangan tunggu haus
GIGITAN BINATANG
Gigitan binatang
dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk
mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan
jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis yaitu yang berbisa
(beracun) dan yang tidak berbisa (tidak beracun). Pada umumnya resiko infeksi
pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa. Oleh karena itu yang
harus kita lakukan untuk menolong korban di gigit binatang adalah:
1. Cucilah bagian
yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
2. Bila
pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
ROCK CLIMBING (PANJAT TEBING)
A.
DEFINISI PANJAT TEBING
Panjat Tebing adalah Seni olahraga atau Hobi yang dilakukan
dengan mengandalkan kelenturan dan kekuatan otot serta tekhnik tersendiri untuk
memanjat mencapai Puncak Tertinggi.
B. ETIKA
PEMANJATAN
Secara
umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1.Dilarang
mengambil sesuatu kecuali gambar
2.Dilarang
meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3.Dilarang
membunuh sesuatu kecuali waktu
Secara
khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing
adalah sebagai berikut :
1.Menghormati adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2.Menjaga
kelestarian alam.
3.Merintis jalur
baru.
4.Memanjat jalur
bernama.
5.Pemberian nama
jalur.
6.Memberi keamanan
bagi pemanjat lain
C.ALAT – ALAT
PEMANJATAN
1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat
kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi
dua macam yaitu :
–Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%,
digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending.
Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.
–Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%,
digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada
titik tertinggi.
2. Harnest adalah alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yg
nantinya dihubungkan dengan tali.
3. Carabiner adalah cincin kait yg terbuat dari alumunium
alloy sebagai pengait dan dikaitkan dgn alat lainnya.
–Karabiner Skrup/carabiner srew gate
–Karabiner Snap/carabiner non screw gate
4. Helmet adalah pelindung kepala yg melindungi kepala dari
benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.
5. Webbing, peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu
kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai harnest
6. Prusik, merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6
mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan untuk
meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik, seperti pada SRT
7. Sepatu Panjat, sbg pelindung kaki dan mempunyai daya
friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering
digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras)
8. Chock bag/Calk bag, sebagai tempat MgCo3 (Magnesium
Carbonat) yg berfungsi agar tangan tdk licin karena berkeringat sehingga akan membantu
dalam pemanjatan.
9. Descender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali
kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering
digunakan adalah figure of eight dan auto stop.
10. Ascender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke
atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan
biasanya jumar dan croll
11. Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini
mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan
sendirinya.
12. Hammer, berfungsi untuk menanamkan pengaman dan
melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan
tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.
13. Pulley, mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan
dalam beban yg berat. Digunakan untuk perlengkapan evakuasi.
14. Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara
manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.
SIMPUL YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
Simpul – simpul yang
digunakan dalam pemanjatan
1. Simpul Delapan Ganda
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang
dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
2. Simpul Delapan Tunggal
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang
dihubungkan dengan tubuh atau harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55%
– 59%.
3. Simpul Pangkal
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai
pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap
kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
4. Simpul Jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai
pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap
kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
5. Simpul Kambing / bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama
yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
6. Simpul Kupu – kupu / Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa
juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap
kekuatan tali 50%.
7. Simpul Nelayan / Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat
licin. Toleransi 41% – 50%
8. Simpul Frusik
Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT
9. Simpul Pita
Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau
berbentuk pipih (umumnya digunakan untuk menyambung Webbing)
10. Simpul Italy
Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau grigri.
Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.
Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi
terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.
Clove hitch knot
Untu mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai
pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap
kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang
dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor.
Toleransi 68%.
Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor
natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat selesai dan turun dari tebing
tanpa meninggalkan alat.
BAGIAN – BAGIAN
TEBING
– Poin : Bagian Pada Tebing yang bias dijadikan
tempat Pegangan dan Pijakan
–Rekahan : Bagian
Tebing Yang retak membentuk rekahan
–Rock : Bagian/ Poin tebing yang terjatuh kedasar
tebing
–Roof : Bagian Tebing yang berbentuk Kursi terbalik.
F. JENIS ANCOR
–Natural Ancor/
Penambat Alami adalah penambat alamiah yang tersedia oleh alam,Contoh : Batang
pohon, Akar pohon, Batu besar yang dijamin kuat
–Artificial Ancor/
Penambat Buatan adalah Alat yang didesain secara khusus untuk digunakan sebagai
penambat, contoh : Piton, sky hook, Brigbo, ramset, hunger, stoper,
Contoh – contoh
Artificial ancor:
1)
Paku Piton
Merupakan pengaman sisipan yg
berguna sebagai pasak.
2)
Stopper
Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan
prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi
3)
Sky Hook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan
ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan
gerak.
4)
Ramset dan Hanger
Satu set peralatan dalam artificial
climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan
hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
5)
Friend
Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam
ukuran. Friend ada 2 macam :
–Regular Friend
Terbuat dari
allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai
kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
–Fleksibel Friend
Bentuknya sama dengan
regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yg menjadikan
friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala
posisi.
6)
Etrier/tangga gantung
&daisy chain
oEtrier : alat yg terbuat dari webbing yg menyerupai tangga
untuk membantu menambah ketinggian.
oDaisy chain : terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah
ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.
KODE – KODE YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
Kode – kode
pemanjatan adalah sebagai berikut :
1. Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada
Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat
2. Climbing : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat
bhw dia siap mengamankan pemanjat
3. On Belay : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay
bahwa pemanjat memulai memanjat
4. Belay On : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat
bhw dia telah mengamankan pemanjat
5. Full : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar
tali dikencangkan
6. Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada
pembilay agar tali dikendorkan
7. Rock : Pemanjat Memberitahukan kepada
orang yang berada dibawah bahwa ada batuan tebing yang jatuh
8. Top : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah
sampai pada puncak
9. Belay of :
Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan lagi
pengamanan
10. Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa
dia tidak mengamankan lagi
JENIS PEGANGAN
1. Open Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan
dengan posisi tangan terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar
2. Cling Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan
degan menggunakan seluruh
jari tangan dan
dan agak mirip mencubit biasanya digunakan pada tebing yang permukaannya banyak
tonjolan,
3. Pinch Grip : Pegangan pada pemanjatan yang mirip dengan
mencubit,dan mengandalkan kekuatan jempol dan telunjuk yang biasa digunakan
untuk memegang poin – poin kecil pada tebing
4. Poket Grip : Pegangan pada pemanjatan dilakukan dengan
cara memasukkan jari – jari kedalam celahan/ lobang tebing, biasanya digunakan
pada tebing limenstone ( kapur ) yang banyak memiliki poin lobang.
5. Vertikal Grip : Pegangan pada pemanjatan yang
bertumpu pada poin tebing dengan menggunakan kekuatan lengan untuk bertumpu dan
menaikkan badan.
JENIS PIJAKAN
1. Frinction Steep : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu
pada kaki bagian depan dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
2. Eadging : Pijakan dalam pemanjatan yang
menggunakan sisi luar kaki.
3. Mearing : Pijakan dalam pemanjatan yang
menggunakan seluruh alas kaki (Pijakan Biasa)
4. Hel Hooking : Pijakan dalam pemanjatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi poin2 yang menggantung dengan menggunakan
kekuatan kaki untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya.
JENIS – JENIS/
TEKHNIK PEMANJATAN
1. Artificial
Climbing
Adalah
olahraga yang dilakukan pada tebing-tebing dengan tingkat kesulitan yang tinggi dengan bermodalkan alat yang diselipkan
pada celah-celah batu atau memanfaatkan pengaman alam (natural anchor). Artificial
climbing ini dimana alat benar-benar digunakan sebagai penambah ketinggian
disampin sebagai pengaman pemanjatan.
2. Soloing
Adalah
Pemanjatan yang dilakukan dengan mengandalkan kekuatan tubuh untuk langsung
mencapai top tanpa menggunakan pengaman, biasanya dilakukan oleh pemanjat
profesional karna sangat berbahaya.
3. Boldering
Pemanjatan
yang dilakukan untuk melatih kekuatan dan kelenturan badan yang biasanya
dilakukan secara enyamping pada tebing – tebing pendek atau tebing buatan.
4. Free Climbing
Pada
prinsipnya hampir sama dengan pemanjatan artificial hanya dalam free climbing
alat digunakan hanya sebagai pengaman saja sedangkan untuk menambah ketinggian
menggunakan pegangan tangan dan friksi (gaya gesek) kaki sebagai pijakan.
5. Runer to runer
Pemanjatan
yang dilakukan tahap demi tahap,dilakukan pada pemanjatan yang sudah memiliki
jalur yang berupa ancor/penambat, biasa juga diperlombakan pada wall buatan.
MACAM – MACAM
TEBING
Beberapa
batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang
pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan
Limenstone Batuan yang banyak memiliki lobang – lobang dan berwarna putih.
2. Batuan Beku- Andersit,berwarna hitam
keabu-abuan massif dan kompak
–Lava
Andersit,seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas
keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis
–Breksi
lava,menyerupai batu breksi pada umumnya
–Granit,berwarna
terang dengan warna dasar putih
3. Batuan Sedimen
–Batu
Gamping,berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau
lubang,dan biasanya berlapis.
–Breksi
Sedimen,seperti halnya breksi lava tapi batu ini biasanya berupa batu pasir.
4. Batu Metamorf
Hampir
sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan
warnanya sangat beragam.
PERSIAPAN
PERJALANAN ALAM TERBUKA (PPAT)
Persiapan untu merencanakan suatu perjalanan ke alam
bebas harus disusun secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan 4 W & 1
H, yang kepanjanganannya adalah Where,
who, why, when dan how.berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut.
Ø Where (dimana) : lokasi atau tempat pelaksaan kegiatan, untuk
melakukan suatu kegiatan alam terbuka kita harus mengetahui dimana kita akan
melakukan kegiatan, misalnya: Gua Salukangkallang
Ø Who (siapa) : pelaksana kegiatan , apakah anda akan melakukan
kegiatan alam terbuka tersebut sendiri atau dengan berkelompok, contoh satu
kelompok(25 personil) terdiri dari 20 orang panitia dan 5 orang peserta
Ø Why (Mengapa) : harus melakukan kegiatan tersebut, ini adalah
pertanyaan melakukan pengambilan NRA
Ø When (Kapan) : waktu pelaksanaan kegiatan, waktu pelaksanaan
tersebut berapa lama?
Ø How (bagaimana): proses pelaksanaan kegiatan, merupakan suatu
pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan
Jawaban dari pertanyaan yang diambil itulah kita dapat
menyusun rencana kegiatan yang didalamnya mencakup rincian sebagai berikut:
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi base camp panitia, pembagian waktu dan
sebagainya
2. Pengurusan perisinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan dan lain sebagainya dan
yang tidak kalah pentingya adalah anda akan mendapatkan point- point bagi
kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut
a. Jenis PPAT
1. PPAT darat 65%
2. PPAT laut 25%
3. PPAT udara 10%
b. Yang harus dilakukan sebelum PPAT
1. Mengetahui medan
2. Mengetahui jalur
c. Perlengkapan jalan
1. Ransel carrier
2. Penutup carrier atau cover bag
3. Kantong sampah
4. Pakaian jalan bajun dan celana
5. Sepatu dan kaos kaki
6. Jas hujan
7. Kecamata hitam
8. Botol peples
9. Goltes
10. Jam tangan
11. Kaos tangan
12. Headlamp
13. Senter
14. Slayer
15. Guitter
d. Perlengkapan tidur
1. Training
2. Jacket
3. Sleeping bag
4. Kaos tangan
5. Kaos kaki
6. Matras
e. Perlengkapan masak
1. Kompor
2. Nesting
3. Korek api
4. Kompor tranggea atau kompor kupu”
f. Perlengkapan cadangan
1. Pakaian dag kresek
2. lam
3. Celana panjang atau pendek
g. Perlengkapan lapangan
1. Tenda
2. Flysheet
3. Ponco
4. Tali pramuka
5. Kantong kresek
h. Perlengkapan navigasi
1. Peta
2. Kompas mini
3. Douglas proktektor
i.
Perlengkapan makan dan
minum
1. Gelas
2. Piring/mangkok
3. Sendok
j.
Perlengkapan mandi dan
mencuci
1. Sampo
2. Pasta gigi(odol)
3. Sikat gigi
4. Rinso
5. Sabun
k. P3K
1. Obat-obatan
b. Perizinan
1. Perizinan kepada
pengurus
2. Perizinan/penyampain kepada aparatur daerah setempat
3. Perizinan kepada orang tua
Kebudayaan setempat
Gua Salukangkallang
terletak di daerah Kappang desa labuaja, kecamatan Cenrana, kabupaten Maros,
masyarakatnya cenerung menganut agama islam dan memiliki tempat ibadah yaitu
masjid serta juga terdapat sebuah gereja yang letaknya tak jauh dari lokasi
penelitian pengambilan nomor registrasi anggota dan slayer. Kepercayaan adat
dan isitiadat daerah tersebutmasih kental dengan kebudayaaan tradisional
meskipun beberapa masyarakatnya sudah mengarah modernisasi. Dan juga konon, Gua
Salukangkallang yang terbentuk sejak ribuan tahun lalu ini menjadi tempat
tinggal bagi para manusia prasejarah.
59
|
STRUKTUR
PERSIAPAN DAN PERJALANAN
A.
Struktur Dan Personil
1. Andri Saputra (Penangggungjawab)
2. Mansyur Syah N (Leader)
3. Mujahidin (Sweaper-Pendamping)
4. Aslinda putri (Peserta)
5. Megawati (Peserta)
6. Risman (Peserta)
7. Yenni oktavia (Peserta)
B.
Uraian Tugas
1. Penanggung jawab umum bertugas untuk mengkordinir seluruh anggota tim dan bertanggung jawab
terhadap seluruh anggota tim
2. Leader bertugas untuk menjadi penunjuk arah jalan, baik pada
saat memasuki gua maupun keluar dari gua atau orang yang dituakan.
3. Sweaper bertugas untuk menjadi orang yang ada di belakang tim
dan mengkordinir seruh anggota dari belakang
4. Pendamping bertugas mendampingi peserta dalam perjalanan
penelitian
5. Peserta yaitu orang yang ada di tengah bertugas untuk
melakukan penelitian.
60
|
PELAKSANAAN
KEGIATAN
A.
Jurnal
Kegiatan
1. Ujian
proposal pengajuan pengambilan NRA
2. Training
Camp
3. Simulasi
4. Operasi
perjalanan
5. Presentase
perjalanan
B.
Operasi
Perjalanan
1. TC: 20-21 September 2016
2. Simulasi: 22 September 2016
3. packing perlengkapan
:23
September 2016
4. Tanggal
24 September 2016 dari Makassar menuju desa Labuaja Kec. Cenrana Kab. Maros ( camp ).
5. Tanggal
24 September 2016 dari tempat camp menuju
mulut gua dan Melakukan pengukuran, kembali ke camp.
6. Tanggal
25 November 2015 dari tempat camp kembali
ke Makassar (Sekretariat Kapas)
C.
Kronologi
Perjalanan
1. Jum’at,
23 September 2016
Pada
hari jum’at tepat pada pukul 15.25 Wita, kami berkumpul disekretariatan KAPAS
untuk pergi belanja perlengkapan ransum.
2.
Sabtu, 24 September 2016
Hari
sabtu pada pukul 01.30 Wita packing perlengkapan
serta pengecekan alat yang akan kami bawa untuk camp besok. Dan pada jam 02.50 Wita semua perlengkapan telah
selesai di packing. Setelah Packing selesai, seluruh anggota tetap
tinggal di sekretariatan Kapas untuk beristirahat.
Setelah
terbangun, pada pukul 07.38 Wita, kami melakukan persiapan untuk sarapan, kami
memasak pada pukul 08.18 Wita, dan Sarapan pada pukul 09.28 Wita. Setelah
selesai sarapan pada pukul 09.44 Wita, sebagian dari kami yakni Delta bersama Aven bergegas berangkat ke toko
Agung untuk membeli Termometer (Pengukur suhu), sesudah membeli termometer dan dalam perjalanan pulang
ke secret, Delta sebagai pengendara motor menerobos rambu
lalulintas dan ditilang di pos polisi dan alasannya delta tidak melihat rambu lalu-lintas,
terasa sudah lama Delta
bersama Aven di pos polisi yang sedang member penjelasan sambil bernegosiasi
dengan
pak polisi, alhasil pak
polisi mengembalikan kunci motor yang dipakai Delta bersama Aven. Mungkin baju
kaos, celana
training dan dengan alasan
buru-buru, dan mungkin
ditambah muka kasihan yang menjadi
alasan diberikan kunci motornya kembali dan memberinya
uang sebesar Rp.10.000,00.
Setelah
itu kami berangkat pada pukul 11.50 Wita dengan memulai pembacaan doa dan sedikit
wejangan dari kakanda senior. Pada pukul 12.10 singgah di pertamina dan
kemudian berangkat lagi. Ketemu dengan kakanda batok pada pukul 12.45 Wita.
Dengan menempuh perjalanan hampir 2jam dikarenakan macet dan hujan, kami pun
sampai ditujuan pada pukul 02.10 Wita. Kami pun mulai perjalanan menuju mulut
gua dengan kondisi gerimis yang sedikit menghambat dan sampai di mulut gua pada
pukul 03.54 dengan suhu 26̊ C kondisi mulut gua banyak bebatuan yang licin
karena terpaan air hujan yang juga membasahi kami dengan di temani suara
jangkrik yang melengking berbunyi persekian detik. Dan kami memulai pemasangan
Angkor pada pukul 04.02 Wita yang dibantu oleh pendamping kami.pada pukul 05.40
Wita hujan semakin deras dan kami memulai repling dimulut gua vertikal tersebut
dengan suhu 26̊ C. Kemudian
repling
kedua pada 05.45 Wita. Dan kemudian berjalan menuju Aula pertama dan memulai
persiapan pengukuran dengan membentangkan meteran per-30m di suhu 26̊ C, pada pukul 06.01 Wita dimulai
pengukuran kedalam pertama sebanyak tiga belas kali pengukuran dan selesai pada
pukul 18.40 Wita sehingga total pengukuran mulai dari
aula pertama sampai aula sungai adalah 390m. Setelah beristirahat dan makan, pada pukul 19.12 Wita, kami
bersiap-siap melanjutkan pengukuran,
sebelum berangkat kami terlebih dahulu berdoa, setelah selesai berdoa kakanda
senior memberikan arahan serta masukan sebelum melakukan pengukuran. setelah
kakanda selesai memberikan arahan kami pun segera melanjutkan pengukuran,
didalam perjalanan kami melewati sungai dan melihat berbagai ornament serta
flora dan fauna, diperjalanan kami kesulitan untuk melanjutkan perjalanan
karena sebagian dari kami tidak bisa berenang, dan bebatuan yang sangat licin
sering kali membuat salah satu diantara kami terjatuh dan tergores, serta
headlamp dari salah satu anggota muda mati dan tidak bisa dipakai,
tetapi dengan instruksi dan kekompakan anggota muda kamipun dapat melewati medan-medan yang sulit, setelah pukul
20.16 Wita dengan suhu 290C kamipun sampai di kubangan dengan jumlah
pengukuran 670 m sehingga total keseluruhan pengukuran kami saat ini berjumlah
1060 m. Pada pukul 20.24 Wita kami pun bergegas kembali menuju ke aula untuk beristirahat, pada pukul 21.17
Wita kami pun sampai di aula, sesampai di aula kami telah mendapati kakanda
Kompas dan Runner yang telah mempersiapkan makanan, kamipun membersihkan diri
dan langsung menikmati makanan yang telah dipersiapkan. Pada pukul 21.48 Wita
semua anggota telah selesai menyantap makanan dan kami pun bergegas mencuci
piring dan beristirahat sejenak, sementara itu kakanda sibuk membersihkan
tempat yang sudah ditempati untuk memasak, setelah kami selesai membersihkan,
kamipun beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga. Pada pukul 22.51 Wita
kamipun bergegas melanjutkan pengukuran menuju ke air tejun, lagi-lagi kami
mendapati medan yang sulit serta arus yang sangat deras sehingga menyulitakan
kami untuk melakukan pengukuran, di pengukuran menuju air terjun ini kami
banyak mendapati bebatuan besar serta bebatuan tajam yang sangat licin. Pada
pukul 23.52 Wita dengan pengukuran 500 m dengan suhu 290C menuju air
tejun kami mendapati sebuah pintu yang biasa disebut pintu 2
Salukangkallang disana kami mendapati
bebatuan serta fauna seperti jangkrik dan kelelawar, kami menyempatkan diri untuk
mengamati serta beristirahat sejenak, setelah melewati pintu 2 Salukangkallang
kami melanjutkan pengukuran ke air terjun, di perjalanan ini banyak sekali
ditemui kesulitan dalam menyebrangi sungai, tetapi dengan kekompakan serta kerja sama yang baik kami mampu melewai
medan tersebut. Akhirnya pada pukul 00.36 Wita kamipun sampai di air terjun
dengan pengukuran 913 m yang bersuhu 280C, dengan total pengukuran
sementara 1973 M, disini kami mengamati serta mengukur ketinggian air terjun
yang tingginya ± 6 M, tak lama kemudian kami membersihkan dan menggulung
meteran, pada pukul 00.49 Wita kami pun
bergegas kembali ke aula, diperjalanan pulang kami sangat keletihan
sehingga diantara kami banyak yang sering jatuh dan terpleset, pada pukul 01.37
kamipun sampai di aula, sesampainya di aula kami pun mulai memasak sementara
yang lain membersihkan diri, setelah selesai menyantap makanan, pada pukul
02.23 Wita kamipun mulai beristirahat.
3.
Minggu
25 September 2016
pada pukul
09.12 dengan suhu 280c kami mulai bangun dan membersihkan tempat
tidur, setelah pukul 09.28 kami memulai memasak dengan sisa ransum yang ada, dan
pada pukul 12.23 kami memulai mempacking barang barang serta mempersiapkan diri
untuk melanjutkan pengukuran. setelah pukul 12.30 kami mulai melanjutkan
perjalanan ke aula pertama untuk menyimpan carrier, pada pukul 13.05 kamipun
tiba diaula pertama, kamipun menyimpan carrier dan mulai mengukur sementra
kakanda yang lain membawa carrier dan perlengkapan lain keluar dari gua, di
pengukura ini kami mendapati banyak ornamen yang berupa stalaktit, stalakmit,
mountmilk, gordam, serta pilar dll, dipengukuran medan yang kami lewati tidak
cukup sulit tetapi kami juga menemui beberapa jalur yang mengharuskan kami
untuk menggunakan tekhnik penelusuran gua, pada pengukuran 300 M kami pun
menemui sebuah tempat yang katanya merupakan sebuah air terjun akan tetapi saat
kami tiba disana kami tidak menemui adanya air terjun dikarenakan kurangnya air
yang masuk ke gua. Pada` pukul 13.58 Wita
kami pun sampai pada akhir pengukuran sepanjang 566 m sehingga total
keseluruhan pengukuran kami yaitu 2539 M, disini kami pun menyempatkan
mengambil beberapa gambar sebagai bukti dokumentasi. Pada pukul 14.15 Wita
kamipun kembali menuju ke mulut gua, setelah pukul 15.06 Wita akhirnya kamipun
sampai ke mulut gua dan kami pun mempersiapkan diri untuk climbing keatas, pada
pukul 15.17 Wita satu demi satu kami menaiki tebing
setinggi 10 M tersebut. Tak jarang kaki dan tangan kami gemetar untuk memegang
dan berpijak pada dinding tebing yang kapan saja bisa terlepas dengan
sesukanya. Kami dengan tegar menaiki tebing dengan bantuan tali carmantel yang terpasang erat pada
tebing. Sesampainya kami diatas kami
melakukan prosesi pemasangan selayer. Perasaan
lega terpancar dari raut wajah kami masing-masing setelah kami sampai di atas
dengan selamat meski banyaknya lecet ataupun luka-luka kecil yang kami rasakan. Pukul 16.46 Wita akhirnya semua anggota
pun berhasil sampai kembali mulut gua dengan selamat, dan kami pun melanjutkan perjalanan kembali mengambil
motor di parkiran, sembari menunggu kakanda pulang mengambil motor kami
beristirahat di pinggir jalan sambil menikmati sisa ransum dan membersihkan
diri, setelah beberapa lama ada seseorang yang mengendarai mobil memberikan
gorengan kepada kami kami pun langsung menyantap makanan sambil menikmati
suasana disekitar pingggir jalan. Pukul 19.10 Wita kami bergegas berangkat
kembali menuju Makassar dengan kendaraan masing-masing, akan tetapi kami
menyempatkan singgah beristirahat sejenak didaerah camba. Pada pukul 19.54 Wita
kami pun melanjutkan perjalanan, pukul 20.05 Wita kami pun singgah dipertamina
mengisi bahan bakar kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan. Pukul 20.49
Wita tiba-tiba ditengah perjalanan tepatnya di Kabupaten Maros ban motor saudara
Delta bocor sehingga kami harus singgah sejenak untuk menambalnya. Pada pukul
21.02 Wita ban motor saudara Delta pun selesai ditambal dan kami pun
melanjutkan perjalanan, dan tidak lama kemudian ban motor saudara Delta kembali
bocor tepatnya ditello. Akhirnya pada pukul 21.31 Wita ban motor saudara Delta
selesai ditambal dan kamipun melanjutkan perjalanan. Pukul 10.05 Wita kamipun
sampai pada sekretariat KAPAS
Data-data
hasil penelitian
Tgl/waktu
|
zona
|
kedalaman
|
ornamen
|
habitat
|
suhu
|
24-11-2016
pukul
03.54
|
Terang
|
0-20 M
|
-
|
Nyamuk, kupu-kupu, dan lalat
|
26̊
C
|
24-11-2016
pukul
03.54
|
Senja
|
20m-40m
|
Stalagtit dan stalagmite
|
Nyamuk dan jangkrik
|
260C
|
24-11-2016
pukul
03.54
|
Gelap
|
40m-450m
|
Stalagtit, stalagmite, mountmilk, dan coloumn
|
Jangkrik, kelelawar, kepiting
|
260C
|
24-11-2016
pukul
03.54
|
Gelap abadi
|
450m-2520m
|
Stalagtit, stalagmite,, mountmilk, coloumn gordam, serta
pilar
|
Jangkrik, kelelawar, laba-laba, dan kepiting,
|
290C
|
CATATAN :
- Suhu ditentukan pada saat team berada di
zona tersebut.
- Habitat
yang kami catat hanya habitat yang dilihat team kami.
- Adapun
tumbuhan/hewan yang tidak kami ketahui namanya.
D.
Transportasi
a)
Makassar
– Maros (Desa Labuaja)…………….Motor
b)
Maros
– Makassar (Manuruki 9)……………….Motor
E.
Logistik
NO.
|
Jenis Ransum
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
|
Beras
|
± 2 liter
|
kelompok
|
2.
|
Kol
|
2 buah
|
Pasar manuruki
|
3.
|
Wortel
|
4 buah
|
Pasar manuruki
|
4.
|
Tomat
|
5 buah
|
Pasar manuruki
|
5.
|
Roti samdys surya
|
1 buah
|
Indo mode
|
6.
|
Roti gardenia selei
|
1 buah
|
Indo mode
|
7.
|
Telur ayam
|
22 butir
|
Indo mode
|
8.
|
Minyak goreng filma
|
2 liter
|
Indo mode
|
9.
|
Terigu mila
|
1 kg
|
Indo mode
|
10.
|
Kapal api
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
11.
|
Biscuit stik
|
2 bungkus
|
Indo mode
|
12.
|
Roma biscuit kelapa
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
13.
|
Sambal Indofood pedas
|
1 botol
|
Indo mode
|
14.
|
Indomie
|
15 bungkus
|
Indo mode
|
15.
|
Garam halus 500 kg
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
16.
|
Gula putih 1 kg
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
17.
|
Roti gardenia coklat susu
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
18.
|
Susu cap enak sashet
|
1 pak
|
Indo mode
|
19.
|
Bumbu nasi sajiku rasa pedas
|
3 bungkus
|
Indo mode
|
20.
|
Roti gardenia bludwer
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
21.
|
Roti gardenia kasur
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
22.
|
Royco
|
1 gantung
|
Indo mode
|
23.
|
Skm Gold
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
24.
|
Bumbu nasi goreng rasa ayam
|
2 bungkus
|
Indo mode
|
25.
|
Abc kecap manis
|
1 botol
|
Indo mode
|
26.
|
Miwon 500 gram
|
1 bungkus
|
Indo mode
|
F.
Daftar
Perlengkapan
Perlengkapan
kelompok
No.
|
Nama barang
|
Jumlah
|
1.
|
Tenda
|
1 buah
|
2.
|
Carrier
|
4 buah
|
3.
|
Nesting
|
2 buah
|
4.
|
Tabung
|
5 buah
|
5.
|
Kompor fortable
|
2 buah
|
6.
|
Pisau
|
2 buah
|
7.
|
Matras
|
6 buah
|
8.
|
Korek api
|
3 buah
|
9
|
Kotak p3k
|
1 set
|
10.
|
ransum
|
Terlampir
|
11.
|
Perlengkapan makan dan minum
|
1 set
|
12.
|
Lilin
|
2 bungkus
|
13.
|
Tali carmantel
|
20 M x 1 buah
|
14.
|
Hanrest
|
2 buah
|
15.
|
carbiner
|
5 buah
|
16.
|
Thermometer
|
2 buah
|
17.
|
Webbing
|
8 buah
|
18.
|
Runner
|
2 buah
|
19.
|
figure
|
1 buah
|
20.
|
Pelampung
|
3 buah
|
21.
|
Tissue basah mitu baby
|
1 buah
|
22.
|
Tissue paseo
|
1 buah
|
Perlengkapan pribadi masing – masing peserta
Megawati
No.
|
Nama Barang
|
Jumlah
|
1.
|
Pakaian lapangan
|
4 buah
|
2.
|
Pakaian dalam
|
4 buah
|
3.
|
Perlengkapan mandi
|
1 set
|
4.
|
Obat pribadi
|
1 set
|
5.
|
Baterai
|
2 pasang
|
6.
|
Buff
|
1 buah
|
.7.
|
Headlamp
|
1 buah
|
Yenni Oktavia
No.
|
Nama Barang
|
jumlah
|
1.
|
Pakaian lapangan
|
3 buah
|
2.
|
Pakaian dalam
|
3 buah
|
3.
|
Perlengkapan mandi
|
1 set
|
4.
|
Obat pribadi
|
1 set
|
5.
|
Baterai
|
2 pasang
|
6.
|
Headlamp
|
1 buah
|
Aslinda Putri
No.
|
Nama Barang
|
jumlah
|
1.
|
Pakaian lapangan
|
3 buah
|
2.
|
Pakaian dalam
|
3 buah
|
3.
|
Perlengkapan mandi
|
1 set
|
4.
|
Obat pribadi
|
1 set
|
5.
|
Baterai
|
1pasang
|
6.
|
Headlamp
|
1 buah
|
Risman
No.
|
Nama Barang
|
jumlah
|
1.
|
Pakaian lapangan
|
3 buah
|
2.
|
Pakaian dalam
|
3 buah
|
3.
|
Perlengkapan mandi
|
1 set
|
4.
|
Obat pribadi
|
1 set
|
5.
|
Baterai
|
2 pasang
|
G.
Daftar Alat penelitian
No.
|
Nama barang
|
Jumlah
|
1.
|
Alat tulis
|
1 buah
|
2.
|
Thermometer
|
2 buah
|
3.
|
Meteran / Tali ukuran
|
30 M x 1 buah
|
4.
|
Pelampung
|
4 buah
|
H. Daftar
Pengeluaran Keuangan
NO.
|
HARI/TANGGAL
|
URAIAN
|
DEBET
|
KREDIT
|
SALDO
|
1.
|
Jumat,23 September 2016
|
Kontrobusi 4 orang Rp.
75.000
|
Rp. 300.000
|
|
Rp. 300.000
|
2.
|
|
Roti samdys surya
|
|
Rp. 6.000
|
Rp. 94.000
|
3.
|
|
Roti gardenia selei
|
|
Rp. 6.000
|
Rp. 288.000
|
4.
|
|
Telur 8 butir
|
|
Rp. 22.600
|
Rp. 265.400
|
5.
|
|
Minyak goreng 2 Liter
|
|
Rp. 27.000
|
Rp. 238.400
|
6.
|
|
Terigu Mila 2 kg
|
|
Rp. 14.600
|
Rp. 223.800
|
7.
|
|
Kapal api
|
|
Rp. 11.600
|
Rp. 212.200
|
8.
|
|
Biscuit stick 2 bungkus
|
|
Rp. 15.000
|
Rp. 197.200
|
9.
|
|
Biskuit roma kelapa
|
|
Rp. 8000
|
Rp. 189.200
|
10.
|
|
Sambal Indofood pedas
|
|
Rp. 8.400
|
Rp. 180.400
|
11.
|
|
Indomie
|
|
Rp.30.000
|
Rp. 150.000
|
12.
|
|
Garam halus 500 gram
|
|
Rp. 1.500
|
Rp. 148.900
|
13.
|
|
Gula putih 1 kg
|
|
Rp. 13.000
|
Rp. 135.900
|
14.
|
|
Roti gardenia coklat susu
|
|
Rp. 6.000
|
Rp. 129.900
|
15.
|
|
Susu cap enak sashet
|
|
Rp. 5.400
|
Rp. 124.500
|
16.
|
|
Sajiku nasi goreng pedas
|
|
Rp. 4.200
|
Rp. 120.300
|
17.
|
|
Roti gardenia bluder
|
|
Rp.5.000
|
Rp. 115.300
|
18.
|
|
Roti gardenia kasur
|
|
Rp.6.000
|
Rp. 109.300
|
19.
|
|
Royco sapi
|
|
Rp.4.000
|
Rp. 105.300
|
20.
|
|
Susu gold
|
|
Rp. 9.000
|
Rp. 96.300
|
21.
|
|
Bumbu nasi goreng
|
|
Rp. 2.800
|
Rp. 93.500
|
22.
|
|
Abc kecap manis
|
|
Rp.5.800
|
Rp. 87.700
|
23.
|
|
Miwon
|
|
Rp. 2.200
|
Rp. 85.500
|
24.
|
|
Tissue paseo
|
|
Rp. 10.200
|
Rp. 75.300
|
25.
|
|
Sunlight
|
|
Rp. 1.700
|
Rp. 73.600
|
26.
|
|
Spon yonaga
|
|
Rp. 1.500
|
Rp. 72.100
|
27.
|
|
Soffel
|
|
Rp. 11.200
|
Rp. 60.900
|
28.
|
|
Lilin cakrawala
|
|
Rp. 13.800
|
Rp. 47.100
|
29.
|
|
Mitu baby
|
|
Rp. 9.900
|
Rp. 51.900
|
30.
|
|
Sayuran
|
|
Rp. 20.000
|
Rp. 31.900
|
31.
|
|
Bensin @pendamping
|
|
Rp. 30.000
|
Rp. 1.900
|
32.
|
|
thermometer
|
|
Rp. 7.400
|
Rp.-5.500
|
Jumlah Pemasukan : Rp. 300.00
Jumlah Pengeluaran : Rp. 305.000
Saldo : Rp. –
5.500
81
|
PENUTUP
Segala puji bagi Allah pemilik mata air cinta yang
tiada pernah kering karena dengan kasih sayangya penulis bisa menyelesaikan
proposal pengambilan nomor registrasi anggota dan slayer dengan kesabaran dan
kebahagiaan, penulis menyadai bahwa masih banyak kesalahn dan kekurangan. Maka
dari itu saran kritik yang membangun dari pembaca merupakan modal utama untuk
meraih tangga kesuksesan.
Akhirnya tiada kata paling indah kecuali pujian syukur
Alhamdulillah pada pemilik kasih saying sempurna atas berjuta nikmat yang
tercura.
A.
EVALUASI
1.
Rancangan
dan yang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan apikassi di lapangan untuk itu
diperlukan informasih dari masyarakat sekitar, pecinta alam lainnya.
2.
Minimya
peralatan yang sangat jadi masalah dalam perjalanan olehnya itu dibutuhkan kelengkapan
dan keamanan segala peralatan.
3.
Perencana
dana harus diatur sebagaimana mestinya
Kesimpulan
1.
Terseluruhkannya
minat dan bakat akan kepecinta alaman dengan terealisasikan kegiatan prosesi
pengambilan nomor registrasi anggota.
2.
Pengamanan
dan pencatatan data selama kegiatan sebagai referensi pihak – pihak yang
membutuhkan informasih berjalan dengan kancar mesikipun data – data yang
diperlulkan masih sangat memungkinkan untuk adanya penambahan dan penyempurnaan
data di Gua Salukang kallang .
3.
Dengan
adanya perjalanan ini akan meningkatkan mental dan kekompakan serta
pengembangan kepribadian bagi anggota muda.
4.
Mengaplikasiakn
materi-materi yang selama ini kami pelajari selama menjadi anggota muda.
Saran
1.
Kemampuan
fisik dan mental sebaiknya dimiliki oleh setiap penggiat alam bebas melakukan
susur gua.
2.
Kesadaran
akan pentingnya kebersihan dan kelestarian alam harus dimiliki oleh penggiat
alam bebas.
3.
Kesadaran
akan pentingnya kebersihan dan kelestarian alam harus dimiliki oleh penggiat
alam bebas.
4.
Persiapan
yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang akan dihadapi di lapangan.
5.
Pembuatan
laporan perjalanan yang factual, berbobot, dan komunikatif sangat penting
sebagai refresi untuk penggiat alam bebas yang lain sekaligus pengabdian
cerita.
DAFTAR
PUSTAKA
Andri, Mansyur, dkk. Laporan Penelitian
Pengambilan NRA dan Selayer Kategori Caving Angkatan IV. Makassar, 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar