Rabu, 26 Februari 2025

MATERI SENAM LANTAI SD KELAS III

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam menjelaskan dan mampu 
mempraktikkan aktivitas pembelajaran pola gerak dominan pada senam, seperti 
keseimbangan, sikap lilin, dan lompat kangkang dengan benar sesuai potensi dan 
kreativitas yang dimiliki serta mengembangkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila 
dengan menanamkan nilai-nilai sikap seperti: mandiri dan gotong royong, serta dapat 
menerapkan pola perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
B. Deskripsi Materi
Pada unit pembelajaran 4 ini peserta didik dapat menunjukkan kemampuan 
mempraktikkan aktivitas pembelajaran pola gerak keseimbangan, sikap lilin, dan 
lompat kangkang. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan teori dan praktik. 
Kegiatan guru meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan asesmen 
pembelajaran. Langkah pembelajaran meliputi tahap pendahuluan: guru bersamasama peserta didik melakukan doa, apersepsi, menyampaikan tujuan, dan 
menyampaikan asesmen yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti guru menjelaskan 
materi aktivitas pembelajaran pola gerak keseimbangan, sikap lilin, dan lompat 
kangkang, kemudian peserta didik diminta untuk mempraktikkan aktivitas 
pembelajaran pola gerak tersebut. Pada kegiatan akhir, guru menutup pelajaran 
dengan menyampaikan simpulan materi pembelajaran serta berdoa.
Untuk menstimulus kemampuan peserta didik dalam mengategorikan, 
mempraktikkan, dan memprediksi konsekuensi dari emosi dan pengekspresiannya, 
pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk permainan musang dan ayam dengan 
peraturan yang dimodifikasi dengan menekankan pada nilai-nilai mandiri dan 
gotong royong.
Alternatif pembelajaran mempraktikkan aktivitas pembelajaran pola gerak 
keseimbangan, sikap lilin, dan lompat kangkang dapat dilakukan dengan bermain. 
Untuk mengurangi faktor kesulitan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara 
berpasangan dan kelompok kecil.
Apabila peserta didik tidak mampu melakukan gerakan-gerakan tersebut, maka 
guru dapat mencontohkan gerakan-gerakan tersebut melalui gambar atau video 
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik diminta untuk melakukan 
aktivitas gerakan sesuai dengan petunjuk dari guru.

a) Aktivitas pembelajaran 1: menjelaskan fakta, konsep, dan prosedur, serta mampu 
mempraktikkan pola gerak keseimbangan
Bentuk-bentuk aktivitas pembelajaran pola gerak keseimbangan bertumpu pada 
kaki, tangan, kepala, dan lutut.

Senin, 26 Oktober 2020

MAKALAH FILSAFAT ILMU

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Karena berkah hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dapat disusun dengan harapan dapat membantu dalam mengikuti mata perkuliahan Filsafat Ilmu.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing dan memberikan arahannya dalam pembuatan makalah kami yang berjudul Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu.

Semoga setelah kita membaca makalah ini, kita dapat memahami dan menambah wawasan mengenai masalah Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermamfaat bagi pembaca.

 

 

                                   

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar.......................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I

Pendahuluan

A.    Latar belakang........................................................................................................ 1

B.     Rumusan masalah.................................................................................................. 2

C.     Tujuan.................................................................................................................... 3

BAB II

Pembahasan

A.     Pengertian filsafat.................................................................................................. 4

B.     Pengertian ilmu...................................................................................................... 9

C.     Pengertian filsafat ilmu......................................................................................... 11

D.     Pembahasan …………………………………………………………………...…15

BAB III

Penutup

A.    Kesimpulan………………………………………………………………………18

Daftar Pustaka……………………………………………………………………..11

 

  

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Bumi itu bulat”, sebelum keadaan ini dibuktikan, banyak ilmuan berfikir tentang bentuk bumi yang kita tempati saat ini. Ada yang menganggap bumi bumi itu datar, ada juga yang menganggap bumi itu berbentuk cakram datar yang berpusat di kutup utara dan dikelilingi oleh dinding es antartika, seperti yang diungkapkan Samuel Rowbotham (1816- 1884). Bahkan jauh sebelum masehi, orang-orang yunani kuno sudah ada yang meyakini jika bumi itu bulat, namun mereka belum benar-benar bisa mambuktikannya. Jaman modern ini, setelah dilakukan penelitian dapat dibuktikan jika bumi itu benar-benar bulat. Untuk melakukan penelitian itu setiap manusia harus memliliki dasar ilmu pengetahuan yang baik. Bukti yang nyata jika bumi itu bulat salah satunya adalah pada bulan desember 1972, pesawat ruang angkasa Apollo 12 berhasil membuat potret bumi dan dapat dilihat jika bumi itu bulat. Peralatan-peralatan yang digunakan tersebut pastinya dibuat oleh manusia yang memiliki ilmu pengetahuan baik di bidang tersebut. Selain teori tersebut, masih banyak teori lain yang muncul dari pemikiran manusia namun belum bisa dipertanggungjawabkan dengan penelitian-penelitian. Seperti teori evolusi yang diungkapkan Darwin, dalam Yahya (2004), yang menganggap “Seluruh makhluk hidup muncul menjadi ada sebagai hasil peristiwa alamiah biasa yang tidak disengaja, atau secara kebetulan”. Sampai saat ini teori itu belum bisa terjawab dengan pasti dan dianggap bagi sebagian orang sebagai filsafat, tapi berpengaruh besar dengan filsafat-filsafat yang muncul dengan berpondasi pada teori evolusi tersebut karena menganggap teori tersebut benar. Sanggahan tentang teori evolusi juga dinyatakan oleh beberapa ahli ilmu pengetahuan di bidangnya seperti yang diungkapkan Yahya (2004), “Filsafat tersebut adalah "materialisme", yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia”. Filsafat juga telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan ummat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati sekaligus di takuti kemudian disembah.

Dengan filsafat, pola pikir yang tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Beberapa contoh diatas secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebuah ilmu tidak pernah lepas dari sebuah filsafat yang mendasarinya, dari sebuah pemikiran manusia yang dapat dipertanggungjawabkan lewat logika berpikir dan logika bahasa akan muncul sebuah filsafat, kamudian dari filsafat itu akan membuat manusia berusaha membuktikan. Setelah filsafat tersebut bisa terbukti dengan benar pasti akan ada ilmu yang mempelajari tentang teori yang di hasilkan lewat filsafat tersabut. Untuk itu, makalah ini disusun untuk membahas lebih mendalam tentang materi mengenai ilmu, filsafat, dan filsafat ilmu.Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian filsafat?

2.      Apa pengertian ilmu?

3.      Apa pengertian filsafat ilmu?

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat

2.      Untuk mengetahui pengertian ilmu

3.      Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Filsafat

1.      Dari sisi kebahasaan (etimologis)

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata shopia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah atau kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bujaksanaan. 

Selain ilmu sebagai usaha untuk mangolah, memahami dan manghayati dunia maka dibutuhkan pula sebuah pendekatan yang dinamakan filsafat. Menurut Rachman dkk (2006:55), filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilainilainya. Bidang filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran manusia. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggung jawab penting dalam mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara padu dan mengakar dalam tiga dimensi ilmiahnya (ontologi, epistemologi dan aksiologi) yang kokoh dan sejajar dengan ilmu lain. Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologi dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi obyek penelaahan ilmu, ciri-ciri esensial obyek itu yang berlaku umum. Ontologi berperan dalam perbincangan mengenai pengembangan ilmu, asumsi dasar ilmu dan konsekuensinya pada penerapan ilmu. Ontologi merupakan sarana ilmiah untuk menemukan jalan penanganan masalah secara ilmiah . Dalam hal ini ontologi berperan dalam proses konsistensi ekstensif dan intensif dalam pengembangan ilmu. Metode keilmuan merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan yang telah ada. Aksiologi ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatnya. Bila persoalan value free dan value bound ilmu mendominasi fokus perhatian aksiologi pada umumnya, maka dalam hal pengembangan ilmu baru menjadi dimensi aksiologi diperluas lagi sehingga secara inheren mencakup dimensi nilai kehidupan manusia seperti etika, estetika, religius (sisi dalam) dan juga interrelasi ilmu dengan aspek-aspek kehidupan manusia dalam sosialitasnya (sisi luar aksiologi). Keduanya merupakan aspek dari permasalahan transfer pengetahuan. Relevansi filosofis ini pada gilirannya mensyaratkan pula komunikasi lintas, inter dan muiltidisipliner ilmu-ilmu terkait dalam upaya menjawab persoalan dan tantangan yang muncul dari fenomena yang ada . Dengan kata lain, proses timbal balik yang sinergis antara khasanah keilmuan dan wilayah praktisi muncul, dan menjadi tanggungjawab filsafat untuk mengkritisi, memetakan dan memadukan hal tersebut.

Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), dan orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi fhilosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis.

2.      Linkup Filsafat

Dalam pengertian yang lebih luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:

a.       Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.

b.       Filsafat adalah suatu proses suatu proseskritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.

c.       Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

d.      Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti konsep.

e.       Filsafat ialah sekumpulan problema-problemayang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

Menurut Rachman dkk (2006:59), lingkup pengertian filsafat sangat luas, bidang lingkup pengertian filsafat yaitu sebagai berikut:

a.        Filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu

b.        Filsafat sebagai suatu sikap dan pandangan hidup

c.       Filsafat sebagai suatu metode

d.       Filsafat sebagai kelompok persoalan

e.       Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran

f.        Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan

           Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan special, akan tetapi suatu cara hidup yang konkrit, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema kehidupan yang dihadapinya, maka pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirakan filsafat Yunani kehilangan kemampuannya untuk member jawaban yang layak tentang kebenaran itu.

 

3.       Sejarah Kelahiran Filsafat

Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidakdapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada peradaban kuno (masa Yunani).

Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di pembah sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, table bilangan berpangkat, table perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.

Piramida yang menjadi salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya menerapkan geometrid an matematika, menunjukkan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benca-benda langit, baik bintang, bulan, matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi.

Di India dan Cina waktu itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai penunjuk arah).

3.      Kegunaan Filsafat

Kajian lain yang sangat terkait dengan filsafat ialah kegunaan filsafat, yaitu untuk apa kajian filsafat dilakukan. Tanpa pertimbangan ini mempelajari filsafat ini menjadi sesuatu yang kurang bermakna. Karena itulah para filsuf dan pemerhati kefilsafatan mengajukan beberapa manfaat dari kajian ini. Secara umum dapat di simpulkan yaitu sebagai berikut:

a.              Filsafat mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh (general) terhadap suatu wujud (ontologi), sekaligus memberikan konsep kebenaran (justifikasi) terhadap wujud tersebut.hasil pemikiran filsafatdi pandang benar ,manakala di produksi dari pemikiran yang maksimal, dan dengan kebenaran yang dicapai tersebut manusia akan daapt bertindak benar dan bijaksana. Inilah maksud dari philoshopia, cinta kebenaran dan kebijaksanaan

4.      Persoalan Filsafat

Menurut Rachman dkk (2006:66), persoalan filsafat berbeda dengan persoalan non filsafat. Perbedaan terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan filsafat adalah sebagai berikut:

1.      Bersifat umum

2.      Tidak menyangkut fakta

3.      Bersangkutan dengan nilai-nilai (values)

4.      Bersifat kritis

5.      Bersifat sinoptis

6.      Bersifat implikatif

5.      Ciri-Ciri Berfikir Kefilsafatan

Berfikir kefilsafatan memiliki karakter tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu lain. Menurut Mustansyir dan Munir (2001:5) beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.   Berfikir sampai akar-akarnya (radikal)

2.   Menyangkut pengalaman umum manusia (universal)

3.   Hasil generasi dan abstraksi manusia (konseptual

4.   Sesuai kaidah berfikir logis (koheren dan konsisten)

5.      Saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud tertentu (sistematis)

6.      Mencangkup atau menyeluruh untuk menjelaskan alam secara keseluruhan (komperhensif)

7.      Bertanggung jawab dari hasil pemikirannya setidaknya untuk hatinya sendiri.

 Kelanjutan yang diatas, ialah memperoleh kebijaksanaan. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosopy menjelaskan: “Apabila tujuan seni ialah kreatifitas, kesemprnaan bentuk, keindahan, komunikasi dan ekspresi, maka tujuan (kegunaan) filsafat ialah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom)”. Oleh karena itu, filsafat disamping mampu memberikan pengertian sekaligus memberikan gambaran dari suatu pengertian sekaligus memberikan gambaran dari suatu pengertian (kebenaran dibalik kebenaran). Karena adanya pengertian (kebenaran) di balik pengertian (kebenaran) inilah filsafat selalu mengajak manusia untuk bertindak bijaksana, sesuai namanya, yaitu philo dan sophia.

1.      Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi seseorang (filsuf) karena kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan yang sedang dan akan dihadapi, sesuai dengan keluasan dan pemahamannya.

2.       Filsafat dapat dijadikan sebagai dasar pijakan untuk mengadakn perobahan dunia. Jadi filsafat tidak hanya sekedar menjelaskan dunia, melainkan juga merubahnya, seperti kata Karl Marx: “The philosopher have only interpreted the world in different way. The poin however is to change it”.

3.      Bagi kalangan agamawan, filsafat dapat dijadikan sebagai pendukung atau penguat terhadap keyakinan agama. Misalnya konsep ketuhanan yang biasanya hanya diterima secara absolute dengan argumentasi naqli (al-Quran dan Hadist).

B.     Pengertian Ilmu

1.      Pengertian Ilmu

Ilmu atau sains jika disebut dalam bahasa inggris merupakan sebuah kata yang biasa kita dengar sehari-hari, banyak orang yang mendefinisikan tentang ilmu, Menurut Lestari (2013), Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sedangkan kajian-kajian yang telah dilakukan Rachman dkk (2006:84), menyebutkan jika ilmu atau sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha mengorganisasi dan mensistematisasi “common sense”, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dengan penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain). Menurut The Liang Gie dalam Salakory dan Zulfendy (2006:181), juga menyimpulkan bahwa ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa angka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, Ketiga pernyataan tersebut bisa diambil satu kesimpulan jika ilmu pada prinsipnya adalah suatu usaha yang cermat dan teliti untuk mempelajari suatu hal dengan menggunakan berbagai metode penelitian ilmiah tujuannya untuk meningkatkan kemampuan manusia di berbagai sisi kehidupan. Untuk ciri-ciri ilmu itu sendiri menurut Ross dan Hag dalam Sadulloh (2003:46), mengemukakan bahwa ciri-ciri sains yaitu 1) bersifat rasional, 2) bersifat empiris, 3) bersifat umum, 4), bersifat akumulatif. Ciri ilmu yang pertama yaitu rasional, yaitu bisa diartikan jika untuk melakukan sebuah kegiatan kilmuan harus menggunakan akal (rasio). Ciri ilmu yang kedua yaitu bersifat empiris, bisa diartikan sebagai hasil dari pengamatan yang diterima oleh indra manusia, kemudian bersifat umm yang tujuannya untuk dimanfaatkan bagi semua makhluk di dunia, dan yang terakhir bersifat akumulatif yang tujuannya untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Ilmu juga berasal dari bahasa Arab, yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya antara science dan knowledge dalam bahasa Inggris.

Kata “ilm” dalam bahasa Arab menggunakan tiga huruf, yaitu huruf ‘ain, lam, dan miem. Menurut Muhammad, tiga huruf itu mempunyai makna tersendiri, yakni:

a.       Huruf ‘ain bentuknya di depan ibarat mulut yang posisinya pengetahuan itu tidak akan pernah kenyang. Seseorang yang berilmu akan terus mencari pembenaran-pembenaran ilmiah untuk semua yang dipikirkannta. Setiap hari ilmu digunakan manusia untuk meningkatakan derajat kehidupannya.

b.      Huruf lam sesudah ‘ain, panjangnya tidak terbatas. Boleh menjulang sampai kelangit dan menjangkau cakrawala yang nun jauh disana. Itu pertanda bahwa mencari ilmu tidak mengenal batas usia. Semua berhak melakukannya, bahakan sejak buaian ibu hingga masuk ke liang lahat.

c.       Huruf terakhir huruf miem, yang meletakkan diri di dasar, menunduk pertanda kefakiran ilmunya. Artinya, meskipun ilmu pengetahuan telah menjulang tinggi, seorang yang ‘alim harus rendah hati bagaikan ilmu padi, makin berisi makin tertunduk, tawadhu.

Pada dasarnya, pengetahuan merupakan objek utama filsafat ilmu, dan atu ilmulah yang menjadi objek filsafat ilmu. Karena jika terdapat pengetahuan, akan dipertanyakan secara epistemology, dari mana asal pengetahuan tersebut, bagaimana memperolehnya. Demikian pula, apabila yang dihadapi adalah ilmu, pertanyaannya pun sama.

 Oleh karena itu, ilmu pengetahuan merupakan objek kajian epistemologi. Akan tetapi ketika pertanyaan tersebut dijawab bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, muncul pertanyaan bagaimana memperoleh pengalaman tersebut, atau bahwa ilmu berasal dari kesepakatn para ilmuan setelah menemukan pengetahuan yang mengujinya maka dipertanyakan, bagaimana melakukan pengujianterhadap pengetahuan yang dimaksudkan. Sampai ke akar-akarnya, pertanyaan yang berkaitan denga seluk beluk segala bentuk pengetahuan merupakan kajian filsafat ilmu.

C.    Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu, kata lain dari epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi epistomologi bararti”teoei pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia. Dalam filsafat, efistomologi adalah cabang filsafat yang meneliti asal, struktur, metode-metode, dan keshahihan pengetahuan. Istilah “epistomologi” pertama kali di pakai oleh J. F. Ferrier, institutes of Metaphysics (1854 M) yang membedakan dua cabang filsafat: epistomologi dan ontologi. Epistomologi berbeda dengan logika. Jika logika merupakan sains formal yang berkenaan dengan atau tentang prinsip-prinsip penalaran yang shahih, epistomologi adalan sains filosofis tentang asal usul pengetahuan dan kebenaran.

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan salingpengaruh antara filsafat dan ilmu. Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.

Filsafat ilmu atau epistomologi adalisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi pengetahuan epistomologis, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan (innama al ‘ilm min’indillah, la ‘ilmalana illa ma ‘allamtana), artinya Tuhan sebagai sumber pengetahuan. Adapun landasan ontologism suatu ilmu mejelaskan objek yang ditelaah ilmu tersebut, wujud hakikinya serta bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra, yang membuahkan pengetahuan.

Menurut Pandia, Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial.

 Landasan epistomologi suatu ilmu menjelaskan proses dan prosedur yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu serta hal-hal yang harus diperhatikan agar diperoleh pengetahuan yang benar. Menjelaskan kebenaran serta kriterianya, dan cara yang membantu mendapatkan pengetahuan dalam filsafat menjadi kajian ontologis.

Epistomologis mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang telah memiliki unsur-unsur epistomologis yang dinyatakan secara sistematis dan logis. Dalam epistomologis diperbincangakan secara lebih rinci mengenai dasar, batas, dan objek pengetahuan. Menurut Sutarjo A. Wiramihardja (2006:32), epistomologi berbeda dengan filsafat ilmu. Epistomologis mempersoalakan kebenaran pengatahuan, sedangkan filsafat ilmu secara khusus memperbincangkan ilmu atau keilmuan pengetahuan.

Berkaitan dengan pemikiran diatas, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum telah dikenal oleh orang banyak, yaitu:

1.      Kebenaran religious

2.      Kebenaran filosofis

3.      Kebenaran estetis

4.       Kebenaran ilmiah

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yaitu:

a.       Logika, apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah

b.      Etika, mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk

c.       Estetika, apa yang termasuk jelek dan apa yang termasuk indah

Ketiga cabang utama ini akhirnya bertambah lagi yaitu:

a.        Metafisika, teori tentang ada (tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat serta pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran)

b.      Politik, kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan

Akhirnya berkembang lagi menjadi banyak cabang yang meliputi:

a.       Epistimologi (filsafat pengetahuan)

b.      Etika (filsafat moral)

c.       Estetika (filsafat seni)

d.       Metafisika

e.       Politik (filsafat pemerintahan)

f.        Filsafat agama

g.      Filsafat ilmu

h.      Filsafat pendidikan

i.        Filsafat hukum

j.        Filsafat sejarah

k.      Filsafat matematika

Sifat setiap ilmu, sebagaimana kebenaran mutlak dan relative, dapat diidentikkan denganteori sifat ilmu, sebagaimana dijelaskan oleh Juhaya S. Pradja bahwa teori sifat ilmu ada dua yakni teori “subjektivitas dan “onjektivitas”. Teori itu dirumuskan dari kaidah “adziamah mutsya’ibah” yang terjemahkan dengan “teori agung yang bercabang banyak”. Teori ini menyatakan bahwa setiap ilmu memiliki dua sifat. Pertama, sifat tabi’ yan diaratikan dengan sifat objektif, kedua, sifat matbu’ yang dapat diartikan dengan sifat subjektif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang mengkaji seluk beluk dan tata cara untuk memperoleh suatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, metode dan pendekatan yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan logis dan rasional. Filsafat ilmu disebut juga dengan epistomologi, yang memulai cara kerjanya dengan mengajukan pertanyaan, “Dari mana pengetahuan itu diperoleh? Bagaimana cara memperolehnya, dan mengapa pengetahuan yang diperoleh demikian adanya?”.

  Adapun tujuan filsafat ilmu adalah sebagai berikut:

1.      Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2.       Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kit adapt mendapat gambaran tentangproses ilmu kontemporer secara historic.

3.      Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.

4.      Mendorong para calon ilmuan dan iluman untuk kensisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.

5.      Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmundan agama tidak ada pertentangan.

D.       Pembahasan

Banyak sekali pernyataan tentang konsep ilmu yang dipaparkan oleh para ahli. Demikian pula dengan konsep filsafat, banyak juga filosofi-filosofi memberi pernyataan tentang konsep tersebut. Namun pada hakekatnya antara ilmu dan filsafat ataupun sebaliknya yaitu filsafat dengan ilmu mempunyai bounding . Dalam setiap aspek kehidupan, kita tidak akan terlepas dari apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan serta teknologi. Proses pendidikan menuntut seseorang untuk memahami setiap bidang kajian ilmu dengan lebih luas dan mendalam. Proses pembelajaran atau pendidikan ini akan menuntun seseorang untuk latihan berfikir ilmiah, logis dan kritis. Sehingga dibutuhkan ilmu filsafat untuk mendukung seseorang untuk memahami ilmu pengetahuan secara lebih mendalam. Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekarbercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masingmasing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang. Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masingmasing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan. Jadi, ilmu berhubungan dan mempersoalkan fakta-fakta yang factual, diperoleh dengan mengadakan eksperimen, observasi, dan verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian dari aspek kehidupan atau peristiwa di dunia ini. Sedangkan filsafat mencoba berhubungan dengan keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih komperhensif dan bermakna tentang sesuatu tanpa harus dipertanggungjawabkan dengan penyelesaian sains atau keilmuan. Sedangkan dari uraian yang telah dijelaskan di kajian pustaka bisa di artikan jika filsafat ilmu merupakan bagian dari ilmu filsafat yang sangat berguna untuk mengetahui apa tujuan ilmu bagi manusia. Secara garis besar, filsafat ilmu memberikan alasan yang mendasar mengapa pengetahuan diperlukan bagi keteraturan dalam hidup manusia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata shopia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Ilmu berasal dari bahasa Arab, yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya antara science dan knowledge dalam bahasa Inggris.

Filsafat ilmu, kata lain dari epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi epistomologi bararti”teoei pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.

a.       Ilmu berhubungan dan mempersoalkan fakta-fakta yang actual, diperoleh dengan mengadakan eksperimen, observasi, dan verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian dari aspek kehidupan atau peristiwa di dunia ini.

b.      Filsafat mencoba berhubungan dengan keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih komperhensif dan bermakna tentang sesuatu tanpa harus dipertanggungjawabkan dengan penyelesaian sains atau keilmuan.

c.       Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Filsafat ilmu merupakan bagian dari ilmu filsafat yang sangat berguna untuk mengetahui apa tujuan ilmu bagi manusia. Secara garis besar, filsafat ilmu memberikan alasan yang mendasar mengapa pengetahuan diperlukan bagi keteraturan dalam hidup manusia.


DAFTAR PUSTAKA

 

 Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013

Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Hasan Bakti, Filsafat Umum, Bandung: Citapustaka Media, 2005.

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Lestari, Cinta. 2013. Arti dan Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.     http://pengertianbahasa.blogspot.com/2013/02/pengertianilmu.html. 15.00 28-9-2014 WIB.

 Pandia, Wisma. Modul Kuliah Filsafat Ilmu. Philadelphia. Philadelphia Baptist Evangelical Seminary.

Ranchman, Dkk. 2006. Filsafat Ilmu. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

 Salakori, M., Zulfendi. 2006. Helmintologi Dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Universitas Sumatera Utara. Hal. 180-187.

Yahya, Harun. 2004. Keruntuhan Teori Evolusi. harunyahya.com/indo: Harun Yahya Internasional 2004