psikologi penjas
Rabu, 26 Februari 2025
MATERI SENAM LANTAI SD KELAS III
Senin, 26 Oktober 2020
MAKALAH FILSAFAT ILMU
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat
Allah swt. Karena berkah hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
ini dapat disusun dengan harapan dapat membantu dalam mengikuti mata
perkuliahan Filsafat Ilmu.
Pada kesempatan ini pula kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing dan
memberikan arahannya dalam pembuatan makalah kami yang berjudul Pengertian
Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu.
Semoga setelah kita membaca
makalah ini, kita dapat memahami dan menambah wawasan mengenai masalah
Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Terlepas dari
kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermamfaat
bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar
Isi................................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan
masalah.................................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................................... 3
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
filsafat.................................................................................................. 4
B. Pengertian
ilmu...................................................................................................... 9
C. Pengertian filsafat
ilmu......................................................................................... 11
D.
Pembahasan …………………………………………………………………...…15
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………………………18
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bumi itu bulat”, sebelum
keadaan ini dibuktikan, banyak ilmuan berfikir tentang bentuk bumi yang kita
tempati saat ini. Ada yang menganggap bumi bumi itu datar, ada juga yang
menganggap bumi itu berbentuk cakram datar yang berpusat di kutup utara dan dikelilingi
oleh dinding es antartika, seperti yang diungkapkan Samuel Rowbotham (1816-
1884). Bahkan jauh sebelum masehi, orang-orang yunani kuno sudah ada yang
meyakini jika bumi itu bulat, namun mereka belum benar-benar bisa
mambuktikannya. Jaman modern ini, setelah dilakukan penelitian dapat dibuktikan
jika bumi itu benar-benar bulat. Untuk melakukan penelitian itu setiap manusia
harus memliliki dasar ilmu pengetahuan yang baik. Bukti yang nyata jika bumi
itu bulat salah satunya adalah pada bulan desember 1972, pesawat ruang angkasa
Apollo 12 berhasil membuat potret bumi dan dapat dilihat jika bumi itu bulat.
Peralatan-peralatan yang digunakan tersebut pastinya dibuat oleh manusia yang
memiliki ilmu pengetahuan baik di bidang tersebut. Selain teori tersebut, masih
banyak teori lain yang muncul dari pemikiran manusia namun belum bisa
dipertanggungjawabkan dengan penelitian-penelitian. Seperti teori evolusi yang
diungkapkan Darwin, dalam Yahya (2004), yang menganggap “Seluruh makhluk hidup
muncul menjadi ada sebagai hasil peristiwa alamiah biasa yang tidak disengaja,
atau secara kebetulan”. Sampai saat ini teori itu belum bisa terjawab dengan
pasti dan dianggap bagi sebagian orang sebagai filsafat, tapi berpengaruh besar
dengan filsafat-filsafat yang muncul dengan berpondasi pada teori evolusi
tersebut karena menganggap teori tersebut benar. Sanggahan tentang teori
evolusi juga dinyatakan oleh beberapa ahli ilmu pengetahuan di bidangnya
seperti yang diungkapkan Yahya (2004), “Filsafat tersebut adalah "materialisme",
yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan
bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada
sesuatu pun selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik
yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme
mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala
sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang
hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini
adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia”. Filsafat juga
telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan ummat manusia dari
pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa
lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh
para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati sekaligus di takuti kemudian
disembah.
Dengan filsafat, pola pikir yang
tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang
tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan,
dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa
sebagian permukaan bumi. Beberapa contoh diatas secara tidak
langsung menunjukkan bahwa sebuah ilmu tidak pernah lepas dari sebuah filsafat
yang mendasarinya, dari sebuah pemikiran manusia yang dapat
dipertanggungjawabkan lewat logika berpikir dan logika bahasa akan muncul
sebuah filsafat, kamudian dari filsafat itu akan membuat manusia berusaha
membuktikan. Setelah filsafat tersebut bisa terbukti dengan benar pasti akan
ada ilmu yang mempelajari tentang teori yang di hasilkan lewat filsafat
tersabut. Untuk itu, makalah ini disusun untuk membahas lebih mendalam tentang
materi mengenai ilmu, filsafat, dan filsafat ilmu.Filsafat
dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian filsafat?
2. Apa
pengertian ilmu?
3. Apa
pengertian filsafat ilmu?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk
mengetahui pengertian ilmu
3. Untuk
mengetahui pengertian filsafat ilmu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Filsafat
1. Dari sisi
kebahasaan (etimologis)
Kata filsafat atau falsafat, berasal
dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang, suka, dan kata shopia berarti
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa filsafat
menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik
suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau
kebenaran, suka kepada hikmah atau kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat
adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan
bujaksanaan.
Selain ilmu sebagai usaha untuk mangolah, memahami dan
manghayati dunia maka dibutuhkan pula sebuah pendekatan yang dinamakan
filsafat. Menurut Rachman dkk (2006:55), filsafat adalah usaha untuk memahami
atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilainilainya. Bidang filsafat sangat
luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran
manusia. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal
mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan
tujuan hidupnya. Filsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggung jawab
penting dalam mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara padu
dan mengakar dalam tiga dimensi ilmiahnya (ontologi, epistemologi dan
aksiologi) yang kokoh dan sejajar dengan ilmu lain. Ontologi membahas tentang
apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan pengkajian mengenai
teori tentang ada. Dasar ontologi dari ilmu berhubungan dengan materi yang
menjadi obyek penelaahan ilmu, ciri-ciri esensial obyek itu yang berlaku umum.
Ontologi berperan dalam perbincangan mengenai pengembangan ilmu, asumsi dasar
ilmu dan konsekuensinya pada penerapan ilmu. Ontologi merupakan sarana ilmiah
untuk menemukan jalan penanganan masalah secara ilmiah . Dalam hal ini ontologi
berperan dalam proses konsistensi ekstensif dan intensif dalam pengembangan
ilmu. Metode keilmuan merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan
pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan
baru atau mengembangkan yang telah ada. Aksiologi ilmu membahas tentang manfaat
yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatnya. Bila persoalan value
free dan value bound ilmu mendominasi fokus perhatian aksiologi pada umumnya,
maka dalam hal pengembangan ilmu baru menjadi dimensi aksiologi diperluas lagi
sehingga secara inheren mencakup dimensi nilai kehidupan manusia seperti etika,
estetika, religius (sisi dalam) dan juga interrelasi ilmu dengan aspek-aspek
kehidupan manusia dalam sosialitasnya (sisi luar aksiologi). Keduanya merupakan
aspek dari permasalahan transfer pengetahuan. Relevansi filosofis ini pada
gilirannya mensyaratkan pula komunikasi lintas, inter dan muiltidisipliner
ilmu-ilmu terkait dalam upaya menjawab persoalan dan tantangan yang muncul dari
fenomena yang ada . Dengan kata lain, proses timbal balik yang sinergis antara
khasanah keilmuan dan wilayah praktisi muncul, dan menjadi tanggungjawab
filsafat untuk mengkritisi, memetakan dan memadukan hal tersebut.
Orang yang ahli dalam berfilsafat
disebut philosopher (Inggris), dan orang Arab
menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi fhilosof. Pemikiran secara filsafat sering
diistilahkan dengan pemikiran filosofis.
2.
Linkup Filsafat
Dalam pengertian yang lebih luas
Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:
a.
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
b.
Filsafat adalah suatu proses suatu
proseskritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
junjung tinggi.
c.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
d.
Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta
penjelasan tentang arti konsep.
e.
Filsafat ialah sekumpulan problema-problemayang
langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli
filsafat.
Menurut Rachman dkk (2006:59), lingkup pengertian
filsafat sangat luas, bidang lingkup pengertian filsafat yaitu sebagai berikut:
a. Filsafat
sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu
b. Filsafat
sebagai suatu sikap dan pandangan hidup
c. Filsafat sebagai suatu metode
d. Filsafat sebagai kelompok persoalan
e. Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem
pemikiran
f.
Filsafat sebagai
analisis logis tentang bahasa dan penjelasan
Di
zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan special,
akan tetapi suatu cara hidup yang konkrit, suatu pandangan hidup yang total
tentang manusia dan alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang.
Selanjutnya dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema
kehidupan yang dihadapinya, maka pengertian yang bersifat teoritis seperti yang
di lahirakan filsafat Yunani kehilangan kemampuannya untuk member jawaban yang
layak tentang kebenaran itu.
3. Sejarah
Kelahiran Filsafat
Berbicara tentang kelahiran dan
perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidakdapat dipisahkan dengan
perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada peradaban kuno (masa
Yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon
yang hidup di pembah sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat
pengukur berat, table bilangan berpangkat, table perkalian dengan menggunakan
sepuluh jari.
Piramida yang menjadi salah satu
keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya menerapkan geometrid an
matematika, menunjukkan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka sudah
dapat mengadakan kegiatan pengamatan benca-benda langit, baik bintang, bulan,
matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana
matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi.
Di India dan Cina waktu itu telah
ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai penunjuk arah).
3. Kegunaan
Filsafat
Kajian lain yang sangat terkait
dengan filsafat ialah kegunaan filsafat, yaitu untuk apa kajian filsafat
dilakukan. Tanpa pertimbangan ini mempelajari filsafat ini menjadi sesuatu yang
kurang bermakna. Karena itulah para filsuf dan pemerhati kefilsafatan
mengajukan beberapa manfaat dari kajian ini. Secara umum dapat di simpulkan
yaitu sebagai berikut:
a.
Filsafat mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh
(general) terhadap suatu wujud (ontologi), sekaligus memberikan konsep
kebenaran (justifikasi) terhadap wujud tersebut.hasil pemikiran filsafatdi
pandang benar ,manakala di produksi dari pemikiran yang maksimal, dan dengan
kebenaran yang dicapai tersebut manusia akan daapt bertindak benar dan
bijaksana. Inilah maksud dari philoshopia, cinta kebenaran dan
kebijaksanaan
4.
Persoalan Filsafat
Menurut
Rachman dkk (2006:66), persoalan filsafat berbeda dengan persoalan non
filsafat. Perbedaan terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri
persoalan filsafat adalah sebagai berikut:
1. Bersifat
umum
2. Tidak
menyangkut fakta
3. Bersangkutan
dengan nilai-nilai (values)
4. Bersifat
kritis
5. Bersifat
sinoptis
6. Bersifat
implikatif
5.
Ciri-Ciri Berfikir Kefilsafatan
Berfikir kefilsafatan
memiliki karakter tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu lain. Menurut
Mustansyir dan Munir (2001:5) beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Berfikir
sampai akar-akarnya (radikal)
2. Menyangkut
pengalaman umum manusia (universal)
3.
Hasil generasi dan abstraksi manusia
(konseptual
4. Sesuai
kaidah berfikir logis (koheren dan konsisten)
5. Saling
berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud tertentu (sistematis)
6. Mencangkup
atau menyeluruh untuk menjelaskan alam secara keseluruhan (komperhensif)
7. Bertanggung
jawab dari hasil pemikirannya setidaknya untuk hatinya sendiri.
Kelanjutan yang diatas,
ialah memperoleh kebijaksanaan. Harold H. Titus dalam bukunya Living
Issues in Philosopy menjelaskan: “Apabila tujuan seni ialah
kreatifitas, kesemprnaan bentuk, keindahan, komunikasi dan ekspresi, maka
tujuan (kegunaan) filsafat ialah pengertian dan kebijaksanaan (understanding
and wisdom)”. Oleh karena itu, filsafat disamping mampu memberikan
pengertian sekaligus memberikan gambaran dari suatu pengertian sekaligus
memberikan gambaran dari suatu pengertian (kebenaran dibalik kebenaran). Karena
adanya pengertian (kebenaran) di balik pengertian (kebenaran) inilah filsafat
selalu mengajak manusia untuk bertindak bijaksana, sesuai namanya, yaitu philo dan sophia.
1.
Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi seseorang
(filsuf) karena kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan yang sedang
dan akan dihadapi, sesuai dengan keluasan dan pemahamannya.
2.
Filsafat dapat dijadikan sebagai dasar pijakan
untuk mengadakn perobahan dunia. Jadi filsafat tidak hanya sekedar menjelaskan
dunia, melainkan juga merubahnya, seperti kata Karl Marx: “The philosopher have
only interpreted the world in different way. The poin however is to change it”.
3.
Bagi kalangan agamawan, filsafat dapat dijadikan
sebagai pendukung atau penguat terhadap keyakinan agama. Misalnya konsep
ketuhanan yang biasanya hanya diterima secara absolute dengan argumentasi naqli
(al-Quran dan Hadist).
B.
Pengertian
Ilmu
1.
Pengertian Ilmu
Ilmu
atau sains jika disebut dalam bahasa inggris merupakan sebuah kata yang biasa
kita dengar sehari-hari, banyak orang yang mendefinisikan tentang ilmu, Menurut
Lestari (2013), Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sedangkan kajian-kajian yang telah
dilakukan Rachman dkk (2006:84), menyebutkan jika ilmu atau sains pada
prinsipnya merupakan suatu usaha mengorganisasi dan mensistematisasi “common
sense”, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan
teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dengan
penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain).
Menurut The Liang Gie dalam Salakory dan Zulfendy (2006:181), juga menyimpulkan
bahwa ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa angka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, Ketiga
pernyataan tersebut bisa diambil satu kesimpulan jika ilmu pada prinsipnya
adalah suatu usaha yang cermat dan teliti untuk mempelajari suatu hal dengan
menggunakan berbagai metode penelitian ilmiah tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan manusia di berbagai sisi kehidupan. Untuk ciri-ciri ilmu itu sendiri
menurut Ross dan Hag dalam Sadulloh (2003:46), mengemukakan bahwa ciri-ciri
sains yaitu 1) bersifat rasional, 2) bersifat empiris, 3) bersifat umum, 4),
bersifat akumulatif. Ciri ilmu yang pertama yaitu rasional, yaitu bisa
diartikan jika untuk melakukan sebuah kegiatan kilmuan harus menggunakan akal
(rasio). Ciri ilmu yang kedua yaitu bersifat empiris, bisa diartikan sebagai
hasil dari pengamatan yang diterima oleh indra manusia, kemudian bersifat umm
yang tujuannya untuk dimanfaatkan bagi semua makhluk di dunia, dan yang
terakhir bersifat akumulatif yang tujuannya untuk dikembangkan di masa yang
akan datang. Ilmu juga berasal dari bahasa
Arab, yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat,
ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu
merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya antara science dan knowledge dalam
bahasa Inggris.
Kata “ilm” dalam bahasa Arab menggunakan tiga huruf,
yaitu huruf ‘ain, lam, dan miem. Menurut Muhammad, tiga
huruf itu mempunyai makna tersendiri, yakni:
a.
Huruf ‘ain bentuknya di depan
ibarat mulut yang posisinya pengetahuan itu tidak akan pernah kenyang.
Seseorang yang berilmu akan terus mencari pembenaran-pembenaran ilmiah untuk
semua yang dipikirkannta. Setiap hari ilmu digunakan manusia untuk
meningkatakan derajat kehidupannya.
b.
Huruf lam sesudah ‘ain, panjangnya
tidak terbatas. Boleh menjulang sampai kelangit dan menjangkau cakrawala yang
nun jauh disana. Itu pertanda bahwa mencari ilmu tidak mengenal batas usia.
Semua berhak melakukannya, bahakan sejak buaian ibu hingga masuk ke liang
lahat.
c.
Huruf terakhir huruf miem, yang
meletakkan diri di dasar, menunduk pertanda kefakiran ilmunya. Artinya, meskipun
ilmu pengetahuan telah menjulang tinggi, seorang yang ‘alim harus rendah hati
bagaikan ilmu padi, makin berisi makin tertunduk, tawadhu.
Pada dasarnya, pengetahuan merupakan objek utama filsafat ilmu, dan atu
ilmulah yang menjadi objek filsafat ilmu. Karena jika terdapat pengetahuan,
akan dipertanyakan secara epistemology, dari mana asal pengetahuan tersebut,
bagaimana memperolehnya. Demikian pula, apabila yang dihadapi adalah ilmu,
pertanyaannya pun sama.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan merupakan objek kajian
epistemologi. Akan tetapi ketika pertanyaan tersebut dijawab bahwa pengetahuan
berasal dari pengalaman, muncul pertanyaan bagaimana memperoleh pengalaman
tersebut, atau bahwa ilmu berasal dari kesepakatn para ilmuan setelah menemukan
pengetahuan yang mengujinya maka dipertanyakan, bagaimana melakukan
pengujianterhadap pengetahuan yang dimaksudkan. Sampai ke akar-akarnya,
pertanyaan yang berkaitan denga seluk beluk segala bentuk pengetahuan merupakan
kajian filsafat ilmu.
C. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu, kata lain dari
epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang
berarti knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi
epistomologi bararti”teoei pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan
dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran,
dan batasan ilmu manusia. Dalam filsafat, efistomologi adalah cabang filsafat
yang meneliti asal, struktur, metode-metode, dan keshahihan pengetahuan.
Istilah “epistomologi” pertama kali di pakai oleh J. F. Ferrier, institutes
of Metaphysics (1854 M) yang membedakan dua cabang filsafat:
epistomologi dan ontologi. Epistomologi berbeda dengan logika. Jika logika
merupakan sains formal yang berkenaan dengan atau tentang prinsip-prinsip
penalaran yang shahih, epistomologi adalan sains filosofis tentang asal usul
pengetahuan dan kebenaran.
Pengertian-pengertian
tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan
ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya
bergantung pada hubungan timbal-balik dan salingpengaruh antara filsafat dan
ilmu. Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat
ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama
menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Filsafat ilmu atau epistomologi
adalisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana
pengetahuan diperoleh, menjadi pengetahuan epistomologis, sebagai contoh bahwa
semua pengetahuan berasal dari Tuhan (innama al ‘ilm min’indillah, la
‘ilmalana illa ma ‘allamtana), artinya Tuhan sebagai sumber
pengetahuan. Adapun landasan ontologism suatu ilmu mejelaskan objek yang
ditelaah ilmu tersebut, wujud hakikinya serta bagaimana hubungan objek tersebut
dengan daya tangkap manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra, yang
membuahkan pengetahuan.
Menurut
Pandia, Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah. Ilmu
merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu
sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka
filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dengan
ilmu-ilmu sosial.
Landasan epistomologi suatu
ilmu menjelaskan proses dan prosedur yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan
berupa ilmu serta hal-hal yang harus diperhatikan agar diperoleh pengetahuan
yang benar. Menjelaskan kebenaran serta kriterianya, dan cara yang membantu
mendapatkan pengetahuan dalam filsafat menjadi kajian ontologis.
Epistomologis mempersoalkan
kebenaran pengetahuan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang telah
memiliki unsur-unsur epistomologis yang dinyatakan secara sistematis dan logis.
Dalam epistomologis diperbincangakan secara lebih rinci mengenai dasar, batas,
dan objek pengetahuan. Menurut Sutarjo A. Wiramihardja (2006:32), epistomologi
berbeda dengan filsafat ilmu. Epistomologis mempersoalakan kebenaran
pengatahuan, sedangkan filsafat ilmu secara khusus memperbincangkan ilmu atau
keilmuan pengetahuan.
Berkaitan dengan pemikiran diatas,
terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum telah dikenal oleh orang
banyak, yaitu:
1.
Kebenaran religious
2.
Kebenaran filosofis
3.
Kebenaran estetis
4.
Kebenaran ilmiah
Pokok
permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yaitu:
a. Logika, apa yang disebut benar dan apa yang disebut
salah
b. Etika, mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk
c. Estetika, apa yang termasuk jelek dan apa yang
termasuk indah
Ketiga cabang
utama ini akhirnya bertambah lagi yaitu:
a. Metafisika,
teori tentang ada (tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat serta
pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran)
b. Politik, kajian mengenai organisasi
sosial/pemerintahan
Akhirnya
berkembang lagi menjadi banyak cabang yang meliputi:
a. Epistimologi (filsafat pengetahuan)
b. Etika (filsafat moral)
c. Estetika (filsafat seni)
d. Metafisika
e. Politik (filsafat pemerintahan)
f.
Filsafat agama
g. Filsafat ilmu
h. Filsafat pendidikan
i.
Filsafat hukum
j.
Filsafat sejarah
k. Filsafat matematika
Sifat setiap ilmu, sebagaimana kebenaran
mutlak dan relative, dapat diidentikkan denganteori sifat ilmu, sebagaimana
dijelaskan oleh Juhaya S. Pradja bahwa teori sifat ilmu ada dua yakni teori
“subjektivitas dan “onjektivitas”. Teori itu dirumuskan dari kaidah “adziamah
mutsya’ibah” yang terjemahkan dengan “teori agung yang bercabang
banyak”. Teori ini menyatakan bahwa setiap ilmu memiliki dua sifat. Pertama,
sifat tabi’ yan diaratikan dengan sifat objektif, kedua,
sifat matbu’ yang dapat diartikan dengan sifat subjektif.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang mengkaji seluk beluk dan tata cara
untuk memperoleh suatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, metode dan
pendekatan yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan logis dan rasional.
Filsafat ilmu disebut juga dengan epistomologi, yang memulai cara kerjanya
dengan mengajukan pertanyaan, “Dari mana pengetahuan itu diperoleh? Bagaimana
cara memperolehnya, dan mengapa pengetahuan yang diperoleh demikian adanya?”.
Adapun tujuan filsafat
ilmu adalah sebagai berikut:
1. Mendalami
unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami
sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kit adapt mendapat gambaran tentangproses ilmu kontemporer secara
historic.
3. Menjadi
pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4. Mendorong
para calon ilmuan dan iluman untuk kensisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
5. Mempertegas
bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmundan agama tidak ada
pertentangan.
D. Pembahasan
Banyak
sekali pernyataan tentang konsep ilmu yang dipaparkan oleh para ahli. Demikian
pula dengan konsep filsafat, banyak juga filosofi-filosofi memberi pernyataan
tentang konsep tersebut. Namun pada hakekatnya antara ilmu dan filsafat ataupun
sebaliknya yaitu filsafat dengan ilmu mempunyai bounding . Dalam setiap aspek
kehidupan, kita tidak akan terlepas dari apa yang disebut dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan serta teknologi. Proses pendidikan menuntut
seseorang untuk memahami setiap bidang kajian ilmu dengan lebih luas dan
mendalam. Proses pembelajaran atau pendidikan ini akan menuntun seseorang untuk
latihan berfikir ilmiah, logis dan kritis. Sehingga dibutuhkan ilmu filsafat
untuk mendukung seseorang untuk memahami ilmu pengetahuan secara lebih
mendalam. Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang
dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan
lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus
pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekarbercabang secara subur sebagai
sebuah fenomena kemanusiaan. Masingmasing cabang pada tahap selanjutnya
melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing
mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin
lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang
akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan
yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan
hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan
dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing
bidang. Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah
mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan
modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam
dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan
primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan
pergeseran yang sangat signifikan pada masingmasing zaman. Disinilah pemikiran
filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah
menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke
logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan. Jadi, ilmu berhubungan dan
mempersoalkan fakta-fakta yang factual, diperoleh dengan mengadakan eksperimen,
observasi, dan verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian dari aspek
kehidupan atau peristiwa di dunia ini. Sedangkan filsafat mencoba berhubungan
dengan keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih
komperhensif dan bermakna tentang sesuatu tanpa harus dipertanggungjawabkan
dengan penyelesaian sains atau keilmuan. Sedangkan dari uraian yang telah
dijelaskan di kajian pustaka bisa di artikan jika filsafat ilmu merupakan
bagian dari ilmu filsafat yang sangat berguna untuk mengetahui apa tujuan ilmu
bagi manusia. Secara garis besar, filsafat ilmu memberikan alasan yang mendasar
mengapa pengetahuan diperlukan bagi keteraturan dalam hidup manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata filsafat atau falsafat, berasal
dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang, suka, dan kata shopia berarti
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Ilmu berasal dari bahasa Arab,
yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat, ilmu
dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu
merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya antara science dan knowledge dalam
bahasa Inggris.
Filsafat ilmu, kata lain dari
epistomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang
berarti knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theory. Jadi
epistomologi bararti”teoei pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan
dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran,
dan batasan ilmu manusia.
a.
Ilmu berhubungan
dan mempersoalkan fakta-fakta yang actual, diperoleh dengan mengadakan
eksperimen, observasi, dan verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian dari
aspek kehidupan atau peristiwa di dunia ini.
b.
Filsafat mencoba
berhubungan dengan keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan
yang lebih komperhensif dan bermakna tentang sesuatu tanpa harus dipertanggungjawabkan
dengan penyelesaian sains atau keilmuan.
c.
Fungsi filsafat
ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep
dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah. Filsafat ilmu merupakan bagian dari ilmu filsafat yang sangat berguna
untuk mengetahui apa tujuan ilmu bagi manusia. Secara garis besar, filsafat
ilmu memberikan alasan yang mendasar mengapa pengetahuan diperlukan bagi
keteraturan dalam hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro
Ahmadi, Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu, Bandung:
Pustaka Setia, 2009.
Hasan Bakti, Filsafat Umum, Bandung:
Citapustaka Media, 2005.
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Lestari, Cinta. 2013. Arti dan Pengertian Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pengertianbahasa.blogspot.com/2013/02/pengertianilmu.html.
15.00 28-9-2014 WIB.
Pandia, Wisma.
Modul Kuliah Filsafat Ilmu. Philadelphia. Philadelphia Baptist Evangelical
Seminary.
Ranchman, Dkk. 2006. Filsafat Ilmu. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Salakori, M.,
Zulfendi. 2006. Helmintologi Dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Universitas
Sumatera Utara. Hal. 180-187.
Yahya, Harun. 2004. Keruntuhan Teori Evolusi.
harunyahya.com/indo: Harun Yahya Internasional 2004